Mengatasi Bau Karet dengan ‘Asap Cair’

 
0
2173
Noerdy Tedjaputra
Noerdy Tedjaputra | Tokoh.ID

[WIKI-TOKOH] Anda pernah mencium bau gumpalan getah karet atau bokar (bahan olahan karet) yang sudah berminggu-minggu? Baunya sungguh tak sedap. Dari pabrik pengolahan karet alam, bau tak sedap itu bisa menyebar sampai radius beberapa ratus meter.

Munculnya bau tak sedap merupakan masalah klasik dalam industri karet alam. Bau yang sangat menyengat hidung itu muncul karena getah dari pohon karet yang digumpalkan mengalami pembusukan.

Namun, dengan cairan Deorub hasil karya anak bangsa, masalah bau tak sedap sudah terpecahkan. Deorub diproduksi PT Global Deorub Industry, anak perusahaan PT Badja Baru, pabrik pengolahan karet alam di Palembang, Sumatera Selatan.

Deorub berfungsi seperti minyak wangi untuk menghilangkan bau tak sedap pengolahan karet alam. Produk Deorub sudah dipatenkan dan menjadi produk cairan penghilang bau karet alam satu-satunya di dunia. Produk ini dipakai industri pengolahan karet alam di Indonesia dan diekspor ke beberapa negara.

Noerdy Tedjaputra, Presiden Direktur PT Badja Baru, mengatakan, gagasan menghilangkan bau tak sedap dari karet alam muncul karena ia melihat kondisi para karyawan di tempatnya bekerja.

“Sampai di rumah, para karyawan harus mandi, mencuci rambut dan bajunya supaya bau itu hilang. Kalau mereka pulang naik angkutan umum, tak ada penumpang yang mau duduk dekat-dekat dia karena tak tahan baunya,” ujarnya.

Selain alasan sepele itu, Noerdy punya alasan lain yang lebih mendasar terkait kelestarian lingkungan. Ia tak mau industri karet alam dituding sebagai industri yang tidak ramah lingkungan, karena menghasilkan limbah dan menyebarkan bau tak sedap.

Pria yang meniti karier sebagai karyawan biasa PT Badja Baru sejak tahun 1969 itu mengungkapkan, tahun 1998 dia bersama anggota Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) pergi ke Thailand untuk melihat industri karet alam.

Ia terkejut karena industri karet alam di Thailand tak menyebarkan bau tidak sedap. Caranya, mereka mengasapi lembaran karet alam dengan asap kayu bakar. Dengan cara itu, karet menjadi kering dan tidak mengeluarkan bau tak sedap. Aroma yang tercium adalah bau asap, seperti aroma ikan asap.

“Saya berpikir, cara pengasapan itu bagus juga kalau diterapkan di Indonesia. Tetapi cara tersebut tak efektif karena butuh ruang pengasapan,” katanya.

Advertisement

Ia lalu menyampaikan gagasan itu kepada Ir HM Solichin, peneliti di Balai Penelitian Karet Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Gagasan Noerdy adalah menghilangkan bau tak sedap karet tanpa harus diasapi kayu bakar.

Noerdy pun kemudian membiayai penelitian bersama antara PT Badja Baru dan Balai Penelitian Karet Sembawa sebesar lebih kurang Rp 50 juta. Penelitian dimulai tahun 2000. “Saya bertekad penelitian ini harus berhasil meskipun saya ditertawakan karena ingin menghilangkan bau tak sedap dari karet,” ujarnya.

Tahun 2000 itu pula peneliti Balai Penelitian Karet Sembawa berhasil membuat cairan dari cangkang kelapa sawit yang merupakan limbah pabrik minyak sawit mentah (CPO). Cairan dibuat dengan mengumpulkan asap pembakaran cangkang kelapa sawit, lalu dengan proses kondensasi diubah menjadi cairan yang disebut “asap cair”.

Bila “asap cair” disemprotkan ke gumpalan getah karet, akan membuat gumpalan getah karet seperti diasap sehingga tidak mengeluarkan bau tak sedap.

Mendirikan Deorub

Selama 2000-2004, lanjut Noerdy, terus dilakukan penelitian untuk membuat reaktor pembuat “asap cair”. Diawali reaktor berkapasitas 10 kilogram cangkang kelapa sawit, sampai kemudian tercipta reaktor berkapasitas 2.000 kg cangkang kelapa sawit per hari.

Maret 2004 hanya terdapat dua reaktor. Namun, September 2004, sudah bertambah menjadi lima reaktor dan Oktober 2005 menjadi sembilan reaktor. Kapasitas produksi sembilan reaktor itu 18.000 kg cangkang kelapa sawit per hari, yang menghasilkan 9.000 liter “asap cair”, atau sekitar 1.500 ton per tahun.

Asap cair itu diberi merek Deorub, singkatan dari deodorant rubber. Tahun 2004, PT Badja Baru mendirikan anak perusahaan, PT Global Deorub Industry, yang khusus memproduksi asap cair bermerek Deorub. Jumlah karyawan PT Global Deorub Industry 40 orang.

Selain dijual ke pasar dalam negeri, asap cair juga diekspor ke Thailand dan Pantai Gading. Pada 2009 penjualan asap cair dalam negeri mencapai 659 ton, dengan nilai Rp 2,78 miliar, sedangkan penjualan di luar negeri sekitar 48 ton. Harga asap cair per liternya Rp 5.400.

Noerdy menuturkan, produk Deorub telah dipatenkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan berlaku 20 tahun, sejak 24 September 2002. Produk itu juga dipatenkan di Malaysia, yang berlaku 20 tahun sejak 8 April 2003. Ia sedang berupaya mendapatkan paten dari Thailand dan Vietnam.

Atas prestasi yang diraih PT Global Deorub Industry, perusahaan itu memperoleh penghargaan di bidang bisnis dan lingkungan, antara lain berupa Kalpataru pada 2006.

“Produk Deorub ini awalnya hanya untuk keperluan di pabrik PT Badja Baru. Tetapi karena Deorub merupakan produk yang ramah lingkungan, jadilah disambut baik juga oleh anggota Gapkindo lainnya,” katanya.

Pada perkembangannya, Deorub tak hanya untuk menghilangkan bau, tetapi sekaligus meningkatkan mutu karet alam Indonesia. Dengan menggunakan Deorub, karet lebih cepat dikeringkan, tidak berbau, dan ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku alami.

Noerdy ingin pemakaian Deorub bisa meluas, menjangkau petani karet di berbagai penjuru Tanah Air. Alasannya, Deorub dapat digunakan sebagai penggumpal getah karet sehingga karet petani tidak berbau.

“Pemakaian Deorub sebagai penggumpal mulai disosialisasikan Balai Penelitian Karet Sembawa kepada petani selama dua tahun terakhir ini. Petani karet di Sumsel, Jambi, Lampung, Bengkulu, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan mulai memakainya,” ujarnya.

Meski pihaknya menjadi pemegang hak paten atas Deorub, Noerdy mengaku tidak berambisi meraih keuntungan besar dari produk tersebut. “Deorub dipersembahkan untuk petani karet dan industri karet alam…,” ujarnya. e-ti

Sumber: Kompas, Senin 7 Februari 2011 | Wisnu Aji Dewabrata

Data Singkat
Noerdy Tedjaputra, Presiden Direktur PT Badja Baru dan PT Global Deorub Industry / Mengatasi Bau Karet dengan ‘Asap Cair’ | Wiki-tokoh | direktur, industri, karet, ramah lingkungan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini