Penemu Kata Carik Kenangan
Richard Susilo
[WIKI-TOKOH] Dia seorang jurnalis dan filatelis berkebangsaan Indonesia yang berdomisili di Tokyo, Jepang. Pria kelahiran Jakarta 15 Maret, ini selain aktif sebagai wartawan, juga berperan sebagai Kordinator Forum Ekonomi Jepang- Indonesia dan Direktur Japan Spa Association (JSPA). Filatelis ini adalah penemu kata ‘carik kenangan’ sebagai terjemahan dari Souvenir Sheet (1985).
Sebagai jurnalis yang hobi filateli, Richard Y Susilo, juga penemu kata Prangko Damping untuk terjemahan Se-Tenant (1985) dan kata Prangko Gulung untuk terjemahan Coil Stamps (1985). Penganut agama Roma Katolik ini telah mengumpulkan prangko, sejak tahun 1970.
Pria berbintang Pisces dan memiliki shio kerbau air menurut astrologi Cina, ini juga telah menulis beberapa buku mengenai filateli, di antaranya: 1) Mengenal Philateli di Indonesia (1982), untuk memperingati 60 tahun PFI; 2) Bunga Rampai Filateli I (21 Juni 1984); 3) Bunga Rampai Filateli II (5 Desember 1986); 4) Penggalangan Dana Filateli (15 Maret 1989); 5) Pengetahuan Filateli Dasar I (17 April 1993); 6) Mengenal Filateli 2002 (31 Mei 2002); dan 7) Menuai Keuntungan Filateli (17 Agustus 2002).
Peraih gelar MBA (Master of Business Administration) dari Universitas Newport, Amerika Serikat, ini sejak 11 Agustus 2003 sampai sekarang bertugas sebagai Presdir Office Promosi Ltd.
Dalam tugas jurnalistik, dia juga aktif sebagai Koresponden Televisi RCTI (1 April 2004 – sekarang), Koresponden Koran KOMPAS (1 Mei 2002-12 Juli 2004) dan juga penyiar Radio Japan, NHK (sejak Mei 1997 sampai Maret 2003, khususnya acara Gema Jepang). Selain itu, dia juga aktif menulis di berbagai media di Jepang, di antaranya Indonesia Business Weekly, The Japan Times, dan Asahi Evening News, serta beberapa media Jepang berbahasa Jepang.
Sebelumnya, dia pernah aktif sebagai koresponden koran ekonomi Bisnis Indonesia (Agustus 1993 -30 April 2002) sebagai Kepala Biro Tokyo. Juga sempat menjadi Wartawan Harian Prioritas dan penulis tetap filateli di koran Sinar Harapan sejak 1976, majalah Sahabat Pena dan beberapa media cetak Indonesia lainnya.
Richard juga memiliki kemampuan alamiah sebagai Web Designer untuk beberapa situs seperti www.suratkabar.com, www.spirals.biz, www.japanindonesia.com, www.internpro.com, www.filateli.net, www.bali-incense.com, www.tamansari.jp, dan beberapa situs lain.
Selain itu, Richard juga inisiator (pencetus dan pengusul) program siaran berbahasa Indonesia di radio InterFM, Tokyo, sejak berdiri tahun 1996. InterFM Radio ini satu-satunya radio di Tokyo dan sekitarnya yang memiliki program siaran berbahasa Indonesia. Saat direncanakan tidak ada rencana memasukan siaran berbahasa Indonesia dan Richard Susilo tanpa diperkenalkan siapa pun, langsung mendatangi stasiun radio tersebut, mencari tahu Program Director, mencetuskan ide siaran berbahasa Indonesia dan akhirnya ide berhasil diterima.
Kegiatan dan pengalamannya sebagai pehobi filateli juga cukup lengkap. Pada 1990-1993 menjadi Penasehat Filateli Pemerintah Indonesia (anggota Dewan Pembina Perfilatelian Indonesia yang diketuai Dirjen Postel). Juga pengajar di Perguruan Tinggi Pos, Bandung (1993), Sekretaris Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Cabang Jakarta, Ketua Himpunan Penulis Filateli Indonesia.
Juga pernah aktif sebagai Anggota Tim Pos/Filateli Indonesia untuk Pameran Filateli Internasional PhilaKorea82 di Seoul dan Komisaris Indonesia untuk Pameran Filateli Remaja Internasional Dusseldorf 1990. Penceramah Filateli di berbagai tempat di Indonsia (Jakarta, Bali, Padang, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Lampung, Semarang, Lasem, dan sebagainya).
Juri Tetap Filateli Nasional Indonesia. Ketua Panitia Pameran Filateli (mulai lokal sampai dengan Nasional) di Indonesia. Komisaris Eksekutif ASEANPEX’92. Ketua panitia kegiatan filateli lain (Lomba Clipping, Lomba Penulisan Filateli, dll)
Anggota PFI sejak tahun 1973 dan Redaksi “Berita Filateli” or BERIFIL (1980-1993), diterbitkan sebulan sekali. Penemu kata Carik Kenangan – terjemahan dari Souvenir Sheet (1985).
Richard juga aktif di berbagai organisasi. Di antaranya, anggota seumur hidup dari American Philatelic Society (APS) dan American Philatelic Research Library (APRL), serta anggota seumur hidup American Topical Association (ATA), anggota Japan Philatelic Society (JPS member #S-3113) dan anggota The Royal Philatelic Society London (RPSL).
Juga aktif sebagai anggota Kisha Club, Persatuan Wartawan Jepang, sejak 1993 dan anggota Foreign Corresponden Club of Japan (FCCJ), Persatuan Wartawan Asing di Jepang, sejak 1993.
Atas berbagai aktivitasnya itu, dia mendapat penghargaan dari Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia sebagai Filatelis Indonesia yang telah banyak berjasa mengembangkan perfilatelian di Indonesia – 1997. Namun Penghargaan tersebut ditolak Richard Susilo, karena merasa belum pantas menerima.
Tsunami
Warga biasa Jepang, yang sehari-hari juga memiliki uang pas-pasan, serta mengenal dan mencintai Indonesia, menyumbangkan Rp91 juta buat korban gempa dan tsunami di Aceh. Dana kemanusiaan itu dikumpulkan selama bulan Januari lalu dan dikoordinir oleh Forum Ekonomi Jepang-Indonesia (JIEF).
Koordinator JIEF, Richard Susilo, disaksikan Konsul Jenderal Jepang di Medan, Hiroharu Hashi, menyerahkan sumbangan itu kepada Pastor Yohanes Budi Haryanto, OSC di Keuskupan Agung Medan.
“Sumbangan ini benar-benar dari kalangan bawah warga Jepang yang kenal dan mencintai Indonesia. Bahkan ada wanita tua Jepang dengan pakaian sangat sederhana, yang sangat prihatin kepada Indonesia, mengetahui saya warga Indonesia, langsung spontan mengeluarkan dompet dan memberikan uang tunai 50,000 yen,” papar Richard.
Sambutan dan tanggapan yang sangat baik serta spontan dari warga Jepang disampaikan kepada masyarakat Indonesia di Jepang. Sedangkan dari kalangan eksekutif, warga yang memiliki uang banyak serta perusahaan, biasanya disampaikan kepada Palang Merah Jepang dan atau organisasi ekonomi Jepang seperti Keidanren.
Dukungan penuh warga Jepang kepada Indonesia ini karena di berbagai daerah di Jepang sangat sering terjadi gempa bumi, “Hampir setiap hari sehingga saya yang tinggal di lantai 10 sebuah apartemen, merasa digoyang seperti berdansa terus setiap hari. Mengerikan memang tetapi apa boleh buat. Dan apabila gempa itu sangat besar, banyak penderitaan terjadi seperti kita ketahui 10 tahun lalu di Kobe dan tahun lalu di Niigata,” lanjut Richard.
Dari pemerintah Jepang pun telah memutuskan membantu USD500 juta bagi negara-negara yang terpukul Tsunami. Dalam bentuk makanan dan barang sebesar USD400.000 lalu hibah USD1,500,000 kepada Indonesia. Bantuan Jepang juga disampaikan melalui Bank Dunia dan Bank Perkembangan Asia sebesar USD250 juta.
Bantuan yang disampaikan masyarakat Jepang tersebut diperkirakan tidak akan berhenti di sini saja. Untuk itu pihak JIEF, tambah Richard, berinisiatif akan mengumpulkan tambahan bantuan yang akan masuk nantinya, dan diprioritaskan bagi bea siswa anak-anak Sumatera khususnya yang terkena bencana di Aceh dan Sumatera Utara, “Misalnya untuk bea siswa anak-anak Sekolah Dasar dan sebagainya.
Selain sumbangan warga Jepang dikumpulkan oleh JIEF, berbagai pelajar Indonesia yang ada di Jepang, mulai Hokkaido sampai dengan Okinawa, semua berhasil mengumpulkan dana bantuan kemanusiaan untuk para korban bencana gempa dan tsunami di Aceh. Diperkirakan jumlahnya mencapai sekitar 5 juta yen.
Tidak heran di beberapa tempat di Jepang beberapa waktu lalu di tempat umum bertebaran beberapa aktivis yang meminta langsung dari para pejalan kaki sumbangan tersebut dan bahkan juga dengan inisiatif sendiri membuat konser pertunjukan seni Indonesia yang hasilnya untuk dana kemanusiaan tersebut. e-ti/tsl
Wah, beruntung saya pernah berfoto langsung dengan beliau saat acara diskusi Filateli di Kantor Pos Besar Pondok Gede 😉