Innalillahi Wa Innailahi Rojiiun. Politisi dan Da'i Sejuta Ummat, Zainuddin MZ meninggal mendadak akibat penyakit jantung. Setelah salat Subuh lalu menyantap sarapan pagi, mendadak dia tidak sadarkan diri di rumahnya. Sebelumnya Zainuddin MZ tidak mengeluh sakit. Dia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, RS Pusat Pertamina. Namun, nyawanya tidak tertolong lagi. Zainuddin telah meninggal saat dokter IGD RSPP hendak memeriksa. Zainuddin meninggal di RS Pusat Pertamina, Selasa, 5 Juli 2011 pukul 09.22 WIB.Â
Perjuangannya menentang pemerintah Belanda dengan cara menyebarluaskan prinsip-prinsip nasionalisme membuat ia sering mendekam di penjara bahkan dibuang ke Papua. Ia memilih menempuh perjuangan yang sulit dan berisiko daripada hidup nyaman tapi Tanah Air dijajah bangsa asing.
Haji Johannes Cornelis Princen kelahiran Den Haag, Belanda 21 November 1925, tokoh pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi yang konsisten berjuang sejak jaman kolonial Belanda, era demokrasi terpimpin, era Orde Baru dan era reformasi. Dia meninggal dunia pada Jumat 22 Februari 2002 dinihari pukul 00:55 WIB di kediamannya Jalan Arjuna 3 Nomor 24, Pisangan Baru, Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur setelah beberapa lama lumpuh akibat stroke.
Burhanuddin Mohammad Diah atau yang lebih akrab dipanggil BM Diah dikenal sebagai seorang tokoh pers serba bisa, pejuang kemerdekaan, diplomat, pengusaha dan seorang nasionalis yang gigih. Menimbang jasa-jasanya yang cukup besar kepada negara, pendiri Harian Merdeka ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Pria Batak kelahiran Harianboho, Samosir, Sumatera Utara 2 Oktober 1924 ini sudah menjadi seorang Pemimpin Redaksi harian Suara Nasional terbitan Sibolga, pada saat usianya masih sangat belia 19 tahun, di tahun 1943. Padahal, sebelumnya ia sama sekali belum pernah bersentuhan dengan profesi jurnalistik.
Dokter spesialis kandungan ini kerap diundang sebagai pembicara di berbagai seminar dan acara televisi membahas tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seks. Meski ditentang habis-habisan oleh kalangan yang tidak setuju dengan kegiatannya, dokter Puskemas Teladan se-Propinsi Lampung pada 1985 ini tetap konsisten di dunianya. Ia membuka klinik yang khusus menangani problema pasangan suami istri, menulis sejumlah buku pendidikan seks dan melayani konsultasi seks di berbagai media.
Prof. Drs. Dawam Rahardjo, seorang cendekiawan yang berpikir bebas dan berani menyatakan kebenaran tanpa terpengaruh kepentingan (pribadi dan kelompok) dan situasi sulit apa pun. Ketua Dewan Direktur Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) Indonesia, ini seorang pejuang kebenaran pluralisme. Menurutnya, pluralisme merupakan jalan menuju toleransi dan perdamaian.
Seluruh pelosok negeri nusantara pernah mendengar dan menyanyikan lirik indah sebuah lagu, Bagimu Negeri, yang diciptakan oleh Kusbini. Dia berhasil menciptakan lagu fenomenal yang tetap dikumandangkan hingga saat ini karena lagunya sanggup membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia. Boleh dikatakan, ia termasuk salah satu pejuang kemerdekaan yang berjuang lewat karya dan lagu.
Tuanku Imam Bonjol (TIB) (1722-1864), yang diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkam SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973, adalah pemimpin utama Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1837) yang gigih melawan Belanda.
Meski sempat dipandang sebelah mata, pilihannya sebagai aktivis buruh akhirnya berbuah manis. Ia bertemu dengan para pemimpin dunia, menjadi wakil presiden wadah konfederasi buruh internasional (ITUC) dan pengurus eksekutif organisasi buruh sedunia (ILO). Di kancah nasional, pria yang sudah mengelilingi semua benua di dunia pada umur 33 tahun ini, menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (MPO-KSBI) dan Komisaris PT Jamsostek.
Muhammad Nazar dibesarkan dalam keluarga agamais yang mementingkan pendidikan. Kegemarannya membaca dan berorganisasi membuat dia tampil sebagai sosok yang cerdas, kritis dan suka memimpin.
Muhammad Nazar termasuk dalam jajaran pemimpin yang ikut mengukir sejarah berakhirnya konflik berkepanjangan di Aceh. Keteguhannya dalam memperjuangkan penegakan HAM dan referendum di Aceh membuat ia harus bolak-balik mendekam di penjara sebagai tahanan politik. Dia adalah pemimpin muda inspiratif, Sang Pejuang Aceh yang Bermartabat.
Muhammad Nazar ingin mengawal perdamaian di Aceh dengan pembangunan bersemangat kearifan agama dan budaya yang dibingkai dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kepercayaan masyarakat, dukungan dari para ulama Aceh dan partai politik, Muhammad Nazar bersama Nova Iriansyah siap memimpin Aceh dengan empat misi dan empat strategi pembangunan.
Pasangan Muhammad Nazar dan Nova Iriansyah yang mendapat nomor urut 4 dalam pilkada Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (9 April 2012), siap bersaing dengan pasangan lain. Mereka tampil dengan VISI: Tegaknya perubahan dan pembangunan yang benar, menyelamatkan serta menyejahterakan – menuju negeri aceh yang aman, damai, maju, berkeadilan, bermartabat dan berperadaban (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur) serta mencapai kemenangan dunia-akhirat.
Pahlawan Nasional Mr. Koesoemah Atmadja bernama lengkap Prof. Dr. Mr. Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja adalah Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia pertama. Anggota BPUPKI dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada itu lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 8 September 1898 dan meninggal di Jakarta, 11 Agustus 1952.
Soerjadi, SH adalah pejuang independensi Mahkamah Agung. Ketua Mahkamah Agung RI Ketiga periode Juni 1966 sampai Agustus 1968 itu sangat teguh pada prinsip independensi MA. Dia menabukan hakim agung berasal dari TNI (ABRI) dan nonhakim serta melarang hakim berpolitik. Ketika prinsip ini didobrak kekuasaan, dia pun memilih mundur. Dia yang menggantikan Wirjono Prodjodikoro (1952-1966) kemudian digantikan Prof. R. Soebekti (1968-1974).
Mr. Wirjono Prodjodikoro adalah Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia kedua dan terlama. Pria kelahiran Surakarta, 15 Juni 1903, itu menjabat Ketua MA selama 14 tahun, mulai tahun 1952 sampai 1966.
Mudjono, SH, Ketua Mahkamah Agung RI Ke-6 periode 18 Februari 1981 sampai 24 April 1984, dan Menteri Kehakiman, Kabinet Pembangunan III, 29 Maret 1978 - 9 Februari 1981, dijuluki sebagai Semar dalam Trio Punakawan/Pendekar Hukum karena ketegasannya dalam penegakan hukum.
Prof. R. Soebekti, SH, Ketua Mahkamah Agung RI Keempat (1968-1974), lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 14 Mei 1914 dan meninggal di Bandung, Jawa Barat, 9 Desember 1992 pada usia 78 tahun. Guru besar hukum perdata Fakultas Hukum UI itu sebelumnya menjabat Wakil Ketua Mahkamah Agung (1962-1968).
Harifin Andi Tumpa, SH, MH, pria kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1942 menjabat Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia periode 2009 hingga 8 Februari 2012. Dia Ketua MA Ke-12 menggantikan Bagir Manan dan kemudian digantikan Hatta Ali.
Ketua Mahkamah Agung RI, Dr. H. Muhammad Hatta Ali, SH, MH, berobsesi memulihkan citra Mahkamah Agung. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 7 April 1950 itu berjanji akan melakukan peningkatan pelayanan publik, percepatan penyelesaian perkara, putusan yang berkeadilan dan SDM yang berkualitas dan berintegritas.