Rekam jejak langkah Letjen TNI (Purn) Sutiyoso, SH sebagai Pangdam Jaya menunjukkan bahwa dia seorang jenderal (pemimpin) lapangan yang amat teruji. Teruji, bagaimana dia berhasil dengan baik meredam dan mengatasi berbagai peristiwa dan kerusuhan, seperti peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 dan rentetan kerusuhan pada masa kampanye Pemilu Mei 1997. Dengan gaya dan karakter kepemimpinannya yang berani dan terkesan dingin, Sutiyoso mampu bertindak cepat dan tepat untuk meredam berbagai peristiwa kerusuhan tersebut menjadi bersifat lokal dan tidak merembet lebih luas ke mana-mana.
Perempuan cantik yang memilih drum sebagai instrumen bermusiknya ini, bersama suaminya, Wong Aksan, membuat scoring music untuk sejumlah film. Namanya mulai dikenal luas setelah berakting dalam film layar lebar Mereka Bilang, Saya Monyet! (2007) dan menggondol beberapa penghargaan antara lain Piala Citra sebagai Aktris Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2009 dan Aktris Pendatang Baru Terbaik Indonesia Movie Award 2008.
Peng Koen Auw Jong, yang kemudian populer dengan nama PK Ojong (Petrus Kanisius Ojong), adalah salah satu pendiri Kelompok Kompas – Gramedia. Dia seorang jurnalis berpikir mulia. Baginya idealisme tak boleh berjalan sendirian, tapi harus didampingi kecerdasan, kepiawaian berusaha, dan watak nan indah. Mantan Bos Kompas ini meninggal tahun 1980.
Setelah melepaskan mahkotanya sebagai Puteri Indonesia 2008, perempuan berdarah Batak ini terjun sebagai news presenter di sebuah stasiun televisi swasta. Sejumlah impian masih ingin diraihnya seperti membuka usaha sendiri dan membangun sebuah lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk peserta kontes pemilihan Putri Indonesia.
Ia terpilih secara aklamasi (9/5/05) oleh Komisi XI DPR sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Pengawasan menggantikan Aulia Pohan yang telah pensiun. Sebagai Pejabat BI, perempuan berjilbab lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ini, juga dikenal suka mengajar ngaji dan berdakwah.
Pahlawan nasional Indonesia asal Nusa Tenggara Timur pertama ini dikenal aktif dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI. Selama penjajahan Jepang, ia turut memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia melalui surat kabar asuhannya 'Timor Syuho'. Dukungan terhadap kedaulatan RI pasca proklamasi ditunjukkan saat ia terlibat sebagai anggota parlemen dan menteri di Negara Indonesia Timur (NIT).
Pak Koen, panggilan akrabnya, seorang ilmuwan yang berjasa meletakkan dasar-dasar perkembangan ilmu antropologi di Indonesia. Sehingga ia diberi kehormatan sebagai Bapak Antropologi Indonesia. Hampir sepanjang hidupnya disumbangkan untuk pengembangan ilmu antropologi, pendidikan antropologi, dan apsek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan kebudayaan dan kesukubangsaan di Indonesia.
Kegetiran hidup tak menyurutkan perjuangan Naomi Susilowati Setiono dalam menjalani kesehariannya. Dengan berapi-api, wanita sederhana ini menuturkan kisah hidupnya yang diawali sebagai tukang cuci baju, pemotong batang rokok, kernet bus antarkota, dan akhirnya menjadi pengusaha serta perajin batik lasem.
Pria yang mengawali karir bermusiknya sejak usia 10 tahun ini telah menjelma menjadi musisi jazz papan atas Indonesia. Selain sebagai penyanyi dan keyboardist, putra bungsu Jack Lesmana ini sudah menghasilkan ratusan komposisi original, puluhan album, dan belasan album solo serta aktif di belakang layar dengan menjadi produser beberapa album artis kenamaan Indonesia. Beberapa lagu hitsnya yang paling awet adalah "Warna", "Ekspresi", "Aku Ingin", dan "Dunia Boleh Tertawa".
"Setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap kata nasionalisme. Bagi saya, bekerja di luar negeri bukan berarti tak nasionalis. Yang penting adalah kontribusi untuk bangsa dan dunia, di mana pun mereka berada. Dengan karya kreasi mereka yang diakui internasional, ilmuwan di luar negeri bisa mengangkat dan mengharumkan nama bangsa dan negara."
Empat tahun setelah mundur dari Hakim Agung (2001), mantan Menteri Kehakiman (1998-1999), Mensesneg (1999) dan Rektor Undip (1994-1998), Prof. Dr. Muladi, SH, memimpin Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, selama hampir enam tahun (2005-2011). Dia Gubernur Lemhannas terlama.
Ruang kerja di lantai 29 gedung pusat Bank BNI di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, itu terasa lapang. Di ruang utama ada satu meja panjang yang bersih dari tumpukan berkas, satu set sofa tamu, dan satu meja kecil penuh berisi tumpukan map.
Di mata Sri Widiyantoro, lapisan kerak dan lempeng Bumi tidak ubahnya organ-organ tubuh manusia. Berbekal geotomografi, ia bisa membedah-bedah isi perut Bumi dan mendiagnosis pergerakan lempeng Bumi layaknya seorang dokter bedah.
Sesaat kami ragu untuk mengunjungi rumahnya pada malam hari. Waktu ketika itu menunjukkan pukul 21.30. Tak elok berkunjung ke rumah orang di Pulau Bangka larut malam begini. Profesor Muhammad Haji Salleh, pengajar Universiti Sains Malaysia yang tengah meneliti asal usul Hang Tuah, menyarankan agar datang keesokan pagi. Namun, kami tersadar, Orang Laut justru terbiasa akrab dengan malam.Â
Merasa jemu berhitung dengan konsep vertikal, Stephanus Ivan Goenawan mengembangkan penghitungan secara horizontal atau mendatar, sejak duduk di bangku SMP. Penemuan strategi berhitung dengan metode horizontal atau dinamakan Metris, lalu berkembang menjadi Gen Metris. Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta itu dengan gigih mengembangkan Metris.
Debut layar lebarnya dimulai pada tahun 2006 saat membintangi film Berbagi Suami besutan sutradara Nia Dinata. Setelah itu, ikon merek sabun kecantikan ternama ini tampil dalam sejumlah film layar lebar yang semakin mengangkat namanya di dunia perfilman.
Banyak jenis musik tradisional yang berkembang di tengah masyarakat Nusa Tenggara Timur tidak memiliki dasar teoretis. Musik tradisi itu muncul di kalangan masyarakat tertentu, berkembang, tetapi ada pula yang punah begitu saja. Padahal, musik lokal itu memiliki latar belakang sejarah, budaya, dan legenda tertentu.
Pada tahun 1980-an dia terkenal dengan perannya sebagai Tarjo dalam sinetron "Losmen" di TVRI. Sejak itu, peraih Piala Citra ini menabalkan eksistensinya sebagai aktor profesional dengan membintangi banyak film dan sinetron. Setelah tiga dasawarsa berakting di depan layar, pada tahun 2011, menantu musisi jazz almarhum Jack Lesmana ini mencoba peruntungannya sebagai sutradara.Â
Tahun 1961 merupakan masa penuh kenangan manis bagi Johanna Maria Pattinaja (73). Tahun itu sekaligus menjadi awal bagi dirinya mengoleksi kain tenun ikat tradisional Nusa Tenggara Timur. Johanna sangat mencintai salah satu aset budaya bangsa itu.