Meniti Peran di Dunia Film
Atiqah Hasiholan
[SELEBRITI] Debut layar lebarnya dimulai pada tahun 2006 saat membintangi film Berbagi Suami besutan sutradara Nia Dinata. Setelah itu, ikon merek sabun kecantikan ternama ini tampil dalam sejumlah film layar lebar yang semakin mengangkat namanya di dunia perfilman.
Atiqah Hasiholan, aktris pendatang baru yang lahir di Jakarta, 3 Januari 1982 dari pasangan Ahmad Fahmi Alhady dan aktivis perempuan, Ratna Sarumpaet. Sejak SD, perempuan berdarah campuran Arab-Batak ini pernah bercita-cita menjadi seorang pengacara. Profesi itu dipilihnya karena ia tergolong orang yang suka berdebat. Namun saat ia duduk di bangku sekolah menengah, ia mulai berubah haluan seiring dengan ketertarikannya pada dunia media.
Setamat SMA, bungsu dari empat bersaudara ini kemudian terbang ke Australia untuk melanjutkan pendidikannya di bidang media dan psikologi pada Monash University Australia. Hasrat untuk menjadi pengacara perlahan-lahan mulai dilupakannya. Usai menyelesaikan kuliahnya, Atiqah berkecimpung sebagai pemain Teater Satu Merah Panggung yang didirikan ibu kandungnya, Ratna Sarumpaet. Selain dikenal sebagai aktivis, Ratna juga menggeluti dunia seni, darah seninya itulah yang kemudian diwariskannya pada Atiqah. Suatu ketika saat tengah melakukan pementasan, aksi panggung Atiqah menarik perhatian pihak Kalyana Shira Film yang kemudian menawarinya untuk bermain dalam film mereka.
Sejak saat itu, dari panggung teater, Atiqah mulai menapaki karirnya sebagai aktris profesional. Debut layar lebarnya dimulai pada tahun 2006 saat membintangi film Berbagi Suami besutan sutradara Nia Dinata. Dalam film drama tersebut, Atiqah berperan sebagai Ima, seorang aktivis mahasiswi yang kemudian menjadi istri ketiga Pak Haji, seorang politisi yang diperankan aktor senior, El Manik. Film yang mengangkat isu poligami dari sudut pandang kaum hawa itu cukup mendapat tempat di hati masyarakat penggemar film. Selain mengusung tema yang selama ini jarang disentuh, Berbagi Suami juga didukung penampilan memukau para pemainnya.
Selain El Manik, lawan main Atiqah lainnya dalam film tersebut antara lain Jajang C Noer, Nungky Kusumastuti, dan Winky Wiryawan. Beradu akting dengan nama-nama besar dalam film arahan sutradara sekaliber Nia Dinata tak urung membuatnya merasa grogi dan takut melakukan kesalahan mengingat film tersebut adalah film pertamanya. “Saya banyak buat kesalahan tapi juga banyak belajar. Selalu ada rasa takut salah, takut mengecewakan,” ungkap pengagum aktris Hollywood Merryl Streep itu seperti dikutip dari situs 21cineplex.com. Meski demikian, debut Atiqah dalam film itu tak terlalu mengecewakan untuk ukuran seorang aktris pendatang baru. Terbukti dengan semakin membanjirnya tawaran bermain film yang datang kepadanya.
Atiqah Hasiholan, perempuan berdarah campuran Arab-Batak ini pernah bercita-cita menjadi seorang pengacara. Profesi itu dipilihnya karena ia tergolong orang yang suka berdebat. Namun saat ia duduk di bangku sekolah menengah, ia mulai berubah haluan seiring dengan ketertarikannya pada dunia media.
Setahun setelah membintangi Berbagi Suami, Atiqah kembali menunjukkan kemampuan aktingnya dalam film Suster N. Awalnya Atiqah sempat enggan bermain dalam film bergenre horor yang juga dibintangi aktris Wulan Guritno, Ade Irawan, dan Ratna Riantiarno itu. Pasalnya ia menganggap penggarapan film horor di Tanah Air lebih banyak yang dibuat asal-asalan. Namun setelah diyakinkan sang sutradara, Viva Westi, Atiqah akhirnya luluh juga. Namun sayangnya, Suster N kurang mendapat sambutan hangat, meski ketika itu film bertema horor tengah mewabah.
Meski film keduanya kurang diminati, Atiqah terus berusaha menampilkan kualitas aktingnya yang terbaik. Pada tahun 2008, Atiqah kembali meramaikan industri perfilman nasional dengan penampilannya di film Cinta Setaman. Perannya dalam film romantis arahan sutradara Harry Dagoe Suharyadi itu terbilang cukup menantang, Atiqah didaulat berperan sebagai gadis pemandu lagu karaoke.
Dalam film yang dibintangi 27 aktor dan aktris papan atas Indonesia itu, Atiqah digambarkan sebagai seorang wanita yang lihai merayu. Akibat rayuan mautnya, pria hidung belang yang sudah termakan rayuannya kontan saja masuk dalam perangkap dan menyerahkan begitu saja semua yang dimintanya. Agar dapat total mendalami perannya di film tersebut, Atiqah bahkan sampai melakukan observasi ke tempat hiburan malam di kawasan Kota. Usahanya pun tak sia-sia, aktingnya sebagai wanita nakal terasa alami.
Memasuki tahun 2009, eksistensi Atiqah di dunia perfilman semakin terasa seiring dengan semakin meningkatnya produktivitas dan kematangan aktingnya. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari jumlah film yang ia bintangi dalam setahun. Terbilang sebanyak 3 buah judul film yang ia bintangi di tahun 2009, film-film tersebut berjudul Pintu Terlarang, Ruma Maida dan Jamilah dan Sang Presiden.
Masing-masing judul mengurai cerita tersendiri. Seperti Pintu Terlarang, film bergenre horor ini kurang sukses di Indonesia namun mendapat sambutan hangat di berbagai festival film internasional seperti di Belanda dan Korea Selatan. Lain lagi dengan film Ruma Maida, dalam film arahan sutradara Teddy Suryaatmadja itu, ia harus menceritakan kisah-kisah di Alkitab, sementara dirinya bukan penganut Kristen.
Namun dari sekian judul film yang dibintanginya selama ini, film Jamilah dan Sang Presidenlah yang paling berkesan. Dalam film tersebut, ia berkolaborasi dengan ibunya, Ratna Sarumpaet yang bertindak sebagai produser sekaligus sutradara. Jamilah dan Sang Presiden juga berhasil membawanya masuk dalam nominasi Aktris Terbaik Festival Film Bandung di tahun 2010.
Pada tahun 2010, Atiqah didaulat menjadi pemeran utama dalam film aksi berjudul Mafia Insyaf. Selain bermain film, ia juga beberapa kali membintangi film televisi. Masih di tahun yang sama, Atiqah terpilih sebagai ikon sabun Lux menggantikan Luna Maya. “Tentu saja senang. Sebagian besar perempuan yang bekerja di dunia entertainment pasti berharap bisa menjadi bintang Lux,” demikian penggemar pilates ini mengungkapkan kebahagiaannya seperti dikutip dari harian Indopos. Menurutnya, menjadi ikon merek sabun kecantikan ternama itu merupakan sebuah pencapaian imej tertinggi, itulah yang menjadi alasannya menerima tawaran tersebut.
Atiqah terbilang beruntung, karena sebelumnya ia sama sekali belum pernah didapuk menjadi model iklan. “Alhamdulillah, pertama dan langsung bersama Lux,” katanya seraya tersenyum. Agar dapat dipilih sebagai bintang Lux, banyak kriteria yang harus dipenuhi selain faktor fisik seperti cantik dan berkulit sehat, ia juga harus memiliki prestasi, kepribadian serta kelakuan yang baik. “Yang jelas saya senang dan berterimakasih atas semua kepercayaan ini. Dan, saya hanya ingin menjalani kepercayaan ini dengan baik,” kata perempuan yang juga menyukai olahraga air ini. eti | muli, red