KEARIFAN ‘MENGIMANI’ PANCASILA

Remontada From Within, Novum Gradum: Trilogi Revolusi Pendidikan. 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun

AS Panji Gumilang
0
20
Buku Remontada From Within, Novum Gradum: Trilogi Revolusi Pendidikan. 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun KEARIFAN MENGIMANI PANCASILA
Lama Membaca: 3 menit

Remontada From Within, Novum Gradum: Trilogi Revolusi Pendidikan. 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun

KEARIFAN ‘MENGIMANI’ PANCASILA

Apa kearifan-kearifan yang mencerahkan dari Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang? Menurut pengalaman empiris penulis buku ini, selama lebih 20 tahun sering berdialog dengannya, sangat banyak, di antaranya: Kearifan Remontada from Within, jalan dan level baru kehidupan yang dalam konteks ‘revolusi pendidikan’ dia sebut Novum Gradum. Bagi penulis, dia semacam ensiklopedi kearifan (hikma) yang hidup; kearifan yang memoles dan mencerahkan hati, pola pikir dan peri­laku bahkan langit spiritualitas setiap orang (lintas kelompok) yang mau belajar bijaksana mengenal dan merevitalisasi diri.

Penulisan buku ini dimaksudkan sebagai penghormatan, ucapan syukur dan ucapan Selamat Hari Ulang Tahun Kelahiran Syaykh Panji Gumilang yang ke-79 (Gresik, 30 Juli 1946 – 2025). Milad yang istimewa saat Syaykh Panji Gumilang menapaki anak tangga emas puncak kreativitas dan kearifan hidupnya yang dimulai pada usia 70-an tahun: Life Begins at Seventy, menuju Life Begins at Eighty tahun depan (2026), atau Life Begins at Elderly (80-99 Tahun).

Video Kearifan ‘Mengimani’ Pancasila’

Kami mencatat tiga pokok kearifannya yang selalu hidup (bukan sekadar diajarkan atau diwacanakan) adalah kemanusiaan, toleransi dan perdamain; yang diinternalisasi dan dihabitualisasi dalam proses pendidikan, yang dapat disebut suatu revolusi pendidikan. Di Ponpes Modern ini kita menikmati kemanusiaan, toleransi dan perdamaian (manusiawi, toleran dan damai) merupakan bagian integral dari etika perilaku sosial di kampus Ponpes ini, yang berkontribusi pada perkembang­an kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual dan iman) seseorang (komunitas, santri, guru, wali santri dan para sahabatnya) serta mengubah mereka (seseorang) menjadi orang-orang yang terus bergerak dan belajar lebih bijaksana.

Darinya kita banyak belajar untuk memastikan setiap melangkah supaya dengan hati-hati dan bijaksana serta memahami bahwa hidup adalah tindakan penyeimbang yang hebat dalam interaksi sosial interdependensi dan koeksistensi. Juga tempat belajar bagaimana menghadapi kesulitan dan tantang­an dengan semangat Remontada From Within yang justru menjadi solusi mencapai prestasi terbaik.

Dari­nya kita belajar mengukur pencapaian de­ngan kesulitan dan tantangan yang harus kita atasi untuk mencapai prestasi terbaik. Dan prestasi itu bukan tujuan akhir, melainkan suatu proses perjalanan baru, Novum Gradum, yang mesti ditapaki dengan kedalaman keyakinan atas kemampuan diri sendiri: Mandiri dan merdeka ruh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu. Assalamualaikum, Merdeka!

Darinya kita memahami bahwa takdir bukan kesempatan tapi pilihan. Takdir bukan yang harus ditunggu, melain­kan hal yang harus dicapai. Dan, untuk mencapainya harus bergerak dan pasti ada tantangan. Ibarat sebuah kapal yang bersandar di pelabuhan adalah aman, tetapi bukan untuk bersandar kapal itu dibangun, melainkan untuk berlayar mengarungi samude­ra dengan segala tantangan gelombang dan badai. Menurut pengenalan penulis buku ini, itulah salah satu analogi sosok Syaykh Panji Gumilang selaku personifikasi Al-Zaytun.

Dalam pengejaran dan pilihan takdir itu, dia selalu melakoni bahwa besok adalah hari baru, jalan baru, cara baru, dan level baru. Besok bukanlah sebuah janji, tapi sebuah kesempatan; dengan te­rus belajar, bermimpi, berkreasi dan menghadapi tantangan dan menemukan solusinya untuk memetik pencapaian gemilang. Dia berkeyakinan, jika sese­orang maju dengan percaya diri ke arah impiannya, dan dia berusaha keras untuk menjalani kehidupan yang diimpikannya, ia akan menemui pencapaian gemi­lang pada situasi biasa. Rahasia pertamanya adalah berani memulai dengan percaya diri setiap hari. Jangan khawatir menghadapi kegagalan, tetapi berusaha keras-kreatiflah untuk berhasil.

Dari Syaykh Panji Gumilang, kita belajar bahwa kecerdasan tanpa mimpi (imajinasi dan ambisi) adalah ibarat burung tanpa sa­yap. Mimpi (ambisi) adalah sayap (jalan udara) menuju kesuksesan; dan kegigihan (ikhtiar, komitmen, kerja keras kreatif) adalah kendaraan (pesawat) yang dikendalikan secara terampil menuju kesuksesan. Menurut peng­amatan penulis, metafora ini empiris dilakoni Al-Zaytun.

Advertisement

Dalam ratusan kali kesempatan percakapan dengan Syaykh Panji Gumilang, kita menyadari bahwa manakala kita sudah kebanyakan waktu luang (santai, istirahat), hal itu adalah gejala bahwa kita tidak hidup secara kreatif. Bahkan mung­kin juga tidak memiliki mimpi, imajinasi, ambisi dan tujuan yang cu­kup penting, atau tidak menggunakan talenta, bakat dan upaya yang kita bisa (miliki) untuk mencapai tujuan penting. Ia seorang pemimpin yang mentransformasi perilaku manusiawi, tole­ran dan damai (menghabitualisasi dan ‘mengimani’ Pancasila) dengan visi, inisiatif, kesabaran, ketekunan, keberanian, keyakinan, hikma, kearifan dan kebijaksanaannya.

Selamat Ulang Tahun Ke-79 Syaykh Panji Gumilang, Selamat Sehat dan Ber­karya Seribu Tahun Lagi!

Jakarta, 30 Juli 2025

Ch. Robin Simanullang

Pustaka Tokoh Inddonesia

#zaytun

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini