Penjahat Kemanusiaan

 
0
107
Majalah Berita Indonesia Edisi 06
Majalah Berita Indonesia Edisi 06

VISI BERITA (Bangsa yang Tahan Uji, Desember 2005) – Lima tahun terakhir, bangsa kita dilanda kejahatan kemanusiaan – populer disebut terorisme—berupa aksi peledakan bom yang menewaskan ratusan orang tak berdosa. Mulai dari rangkaian pengeboman sejumlah gereja pada malam Natal (25/12/2000), Bom Atrium Senen (2001), Bom Bali I (12/10/2002), Bom Bandung (November 2003), Bom Hotel JW Marriot (5/8/2003), Bom Kuningan (9/11/2004), hingga Bom Bali II (1/10/2005).

Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 06 | Basic HTML

Mengapa para penjahat kemanusiaan itu bisa beraksi di Indonesia? Ada berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, lemahnya sistem pertahanan dan keamanan negara. Kedua, terbatasnya kemampuan intelijen Polri terkait wewenangnya yang terbatas pada aspek keamanan dan penegakan hukum. Ketiga, tiadanya payung hukum bagi aktivitas intelijen negara dalam mendeteksi, membatasi ruang gerak, serta mencegah gerakan terorisme. Peran aparat intelijen sebatas support of information bagi Polri dan tidak pro-justisia. Konsekuensinya, laporan intelijen termasuk soal terorisme tidak serta-merta bisa ditindaklajuti karena Polri bertindak berdasarkan bukti-bukti awal.

Keempat, kompleksnya persoalan umat: keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan, yang memberikan celah masuknya paham-paham yang terkesan Islami, padahal sejatinya menyimpang dari ajaran Islam. Sebut saja, misalnya, pemahaman bahwa bom bunuh diri adalah bagian dari jihad yang nilainya mati syahid dan bakal diganjar masuk surga. Islam tidak membenarkan penganutnya membunuh dirinya sendiri begitu saja, apalagi mencelakai orang lain yang tidak berdosa. Padahal, ajaran Islam sangat menghargai hidup manusia, menghormati nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan toleransi, serta memandang perbedaan sebagai sebuah keniscayaan.

Kelima, belum luasnya dakwah Islamiyah tentang pesan-pesan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Keenam, belum maksimalnya peran serta seluruh rakyat dalam membela keutuhan negara.

Dari paparan di atas, ada beberapa langkah strategis yang mesti ditempuh. Pemerintah dan DPR harus segera menerbitkan payung hukum bagi aparat dan aktivitas intelijen berupa UU Intelijen. UU ini sangat urgen guna mendeteksi gerakan dan mencegah aktivitas terorisme (preventif). Aksi-aksi biadab dan tidak berperikemanusiaan oleh segelintir penjahat kemanusiaan, yang ‘latah’ berdalih dan berdalil dengan paham-paham yang tidak Islami, telah merusak citra Islam sebagai agama ‘rahmatan lil alamin’.

Islam Indonesia yang justru menampilkan wajah Islam yang damai menjadi rusak akibat ulah segelintir orang yang mengatasnamakan Islam. Islam pun dicap sebagai agama yang identik dengan kekerasan. Citra Indonesia pun runtuh dan tercipta instabilitas ekonomi, keamanan, politik, dan dunia pariwisata.

Gerakan dakwah Islamiyah mesti diperluas baik itu dalam forum-forum khutbah, ceramah-ceramah, tabligh akbar, maupun dalam proses pendidikan yang selama ini berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal Islam, seperti pondok pesantren. Lewat forum dan proses itu disampaikan pesan-pesan Islam yang benar.

Perlu pula diberikan kesadaran, bahwa pada hakikatnya, berjihad adalah mengerahkan segenap energi (pikiran, tenaga, dan waktu) sebagai kekuatan untuk menggapai tujuan yang baik. Karena itu, jihad sesungguhnya dalam mengatasi berbagai keterpurukan umat Islam di Indonesia adalah jihad ekonomi, jihad pendidikan, jihad ilmu pengetahuan, dan/atau jihad teknologi dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki umat.

Jihad-jihad itu bukan hanya tanggung jawab para alim ulama, intelektual dan cendekiawan muslim, Ormas-ormas Islam, lembaga-lembaga pendidikan formal keislaman, tapi juga pemerintah. Bangsa ini harus mempersepsikan kejahatan kemanusiaan itu sebagai musuh bersama (public enemy). Bukan hanya musuh pemerintah, tapi juga musuh umat Islam dan musuh seluruh bangsa Indonesia.

Advertisement

Masih begitu banyak persoalan mendasar yang kita hadapi sebagai bangsa. Jangan sampai karena kejahatan kecil terkesan seluruh Indonesia telah dikuasai kejahatan. Kejahatan itu sangat tidak sebanding dengan begitu banyak langkah menuju kebaikan bangsa tapi justru tidak mendapat perhatian serius.

Kita optimis, pelbagai persoalan bangsa ini, termasuk kejahatan kemanusiaan, satu saat akan tergilas oleh pemahaman dan kesadaran akan kemanusiaan, yang dipastikan terus bergerak tanpa dapat dibendung oleh siapapun.

Kini, bangsa ini memang sedang rapuh dihantam badai persoalan, mulai dari bencana alam, busung lapar, polio, antraks, demam berdarah, flu burung, krisis BBM, PHK massal, hingga peledakan bom. Tapi, satu saat nanti, dalam suasana globalisasi yang merupakan tuntutan zaman, Indonesia pasti tampil sebagai bangsa panutan. Hal itu tak lepas dari imunisasi (tahan uji) yang dialami Indonesia.

Ke depan, bangsa ini imun dari berbagai virus persoalan karena sudah teruji menghadapi cobaan hidup sehingga jadi bangsa yang dewasa dan matang. (red/BeritaIndonesia)

Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 06

Salam Redaksi

Visi Berita

Berita Utama

Berita Tokoh

Berita Newsmaker

Berita Politik

Berita Nasional

Berita Khas

Lentera

Berita Pendidikan

Berita Ekonomi

Berita Hukum

Berita Kesehatan

Berita Opini

Lintas Media

Berita Perempuan

Berita Iptek

Berita Mancanegara

Berita Olahraga

Berita Feature

Berita Nusantara

Berita Pariwisata

Lintas Tajuk

Berita Wawancara

Berita Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini