
VISI BERITA (Bangsa yang Tahan Uji, Desember 2005) – Lima tahun terakhir, bangsa kita dilanda kejahatan kemanusiaan – populer disebut terorisme—berupa aksi peledakan bom yang menewaskan ratusan orang tak berdosa. Mulai dari rangkaian pengeboman sejumlah gereja pada malam Natal (25/12/2000), Bom Atrium Senen (2001), Bom Bali I (12/10/2002), Bom Bandung (November 2003), Bom Hotel JW Marriot (5/8/2003), Bom Kuningan (9/11/2004), hingga Bom Bali II (1/10/2005).
Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 06 | Basic HTML
Mengapa para penjahat kemanusiaan itu bisa beraksi di Indonesia? Ada berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, lemahnya sistem pertahanan dan keamanan negara. Kedua, terbatasnya kemampuan intelijen Polri terkait wewenangnya yang terbatas pada aspek keamanan dan penegakan hukum. Ketiga, tiadanya payung hukum bagi aktivitas intelijen negara dalam mendeteksi, membatasi ruang gerak, serta mencegah gerakan terorisme. Peran aparat intelijen sebatas support of information bagi Polri dan tidak pro-justisia. Konsekuensinya, laporan intelijen termasuk soal terorisme tidak serta-merta bisa ditindaklajuti karena Polri bertindak berdasarkan bukti-bukti awal.
Keempat, kompleksnya persoalan umat: keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan, yang memberikan celah masuknya paham-paham yang terkesan Islami, padahal sejatinya menyimpang dari ajaran Islam. Sebut saja, misalnya, pemahaman bahwa bom bunuh diri adalah bagian dari jihad yang nilainya mati syahid dan bakal diganjar masuk surga. Islam tidak membenarkan penganutnya membunuh dirinya sendiri begitu saja, apalagi mencelakai orang lain yang tidak berdosa. Padahal, ajaran Islam sangat menghargai hidup manusia, menghormati nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan toleransi, serta memandang perbedaan sebagai sebuah keniscayaan.
Kelima, belum luasnya dakwah Islamiyah tentang pesan-pesan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Keenam, belum maksimalnya peran serta seluruh rakyat dalam membela keutuhan negara.
Dari paparan di atas, ada beberapa langkah strategis yang mesti ditempuh. Pemerintah dan DPR harus segera menerbitkan payung hukum bagi aparat dan aktivitas intelijen berupa UU Intelijen. UU ini sangat urgen guna mendeteksi gerakan dan mencegah aktivitas terorisme (preventif). Aksi-aksi biadab dan tidak berperikemanusiaan oleh segelintir penjahat kemanusiaan, yang ‘latah’ berdalih dan berdalil dengan paham-paham yang tidak Islami, telah merusak citra Islam sebagai agama ‘rahmatan lil alamin’.
Islam Indonesia yang justru menampilkan wajah Islam yang damai menjadi rusak akibat ulah segelintir orang yang mengatasnamakan Islam. Islam pun dicap sebagai agama yang identik dengan kekerasan. Citra Indonesia pun runtuh dan tercipta instabilitas ekonomi, keamanan, politik, dan dunia pariwisata.
Gerakan dakwah Islamiyah mesti diperluas baik itu dalam forum-forum khutbah, ceramah-ceramah, tabligh akbar, maupun dalam proses pendidikan yang selama ini berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal Islam, seperti pondok pesantren. Lewat forum dan proses itu disampaikan pesan-pesan Islam yang benar.
Perlu pula diberikan kesadaran, bahwa pada hakikatnya, berjihad adalah mengerahkan segenap energi (pikiran, tenaga, dan waktu) sebagai kekuatan untuk menggapai tujuan yang baik. Karena itu, jihad sesungguhnya dalam mengatasi berbagai keterpurukan umat Islam di Indonesia adalah jihad ekonomi, jihad pendidikan, jihad ilmu pengetahuan, dan/atau jihad teknologi dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki umat.
Jihad-jihad itu bukan hanya tanggung jawab para alim ulama, intelektual dan cendekiawan muslim, Ormas-ormas Islam, lembaga-lembaga pendidikan formal keislaman, tapi juga pemerintah. Bangsa ini harus mempersepsikan kejahatan kemanusiaan itu sebagai musuh bersama (public enemy). Bukan hanya musuh pemerintah, tapi juga musuh umat Islam dan musuh seluruh bangsa Indonesia.
Masih begitu banyak persoalan mendasar yang kita hadapi sebagai bangsa. Jangan sampai karena kejahatan kecil terkesan seluruh Indonesia telah dikuasai kejahatan. Kejahatan itu sangat tidak sebanding dengan begitu banyak langkah menuju kebaikan bangsa tapi justru tidak mendapat perhatian serius.
Kita optimis, pelbagai persoalan bangsa ini, termasuk kejahatan kemanusiaan, satu saat akan tergilas oleh pemahaman dan kesadaran akan kemanusiaan, yang dipastikan terus bergerak tanpa dapat dibendung oleh siapapun.
Kini, bangsa ini memang sedang rapuh dihantam badai persoalan, mulai dari bencana alam, busung lapar, polio, antraks, demam berdarah, flu burung, krisis BBM, PHK massal, hingga peledakan bom. Tapi, satu saat nanti, dalam suasana globalisasi yang merupakan tuntutan zaman, Indonesia pasti tampil sebagai bangsa panutan. Hal itu tak lepas dari imunisasi (tahan uji) yang dialami Indonesia.
Ke depan, bangsa ini imun dari berbagai virus persoalan karena sudah teruji menghadapi cobaan hidup sehingga jadi bangsa yang dewasa dan matang. (red/BeritaIndonesia)
Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 06
Salam Redaksi
- Majalah Berita Indonesia Edisi 06 – Halaman 4
Visi Berita
- Damai, Damailah Aceh – Halaman 7
Berita Utama
- Penjahat Kemanusiaan Latah – Halaman 8
- Payung Hukum Deteksi Terorisme – Halaman 10
- Perangkat Hukum yang Preventif – Halaman 13
- Mari Menjadi “Pandu Ibuku” – Halaman 14
- Tanyakan Noor Din pada Chaidar – Halaman 16
- Petualangan Azahari & Noor Din – Halaman 18
- Terorisme Hambat Investasi – Halaman 19
Berita Tokoh
- Ansyaad Mbai: Spesialis Anti Teror dan Narkoba – Halaman 20
Berita Newsmaker
- Jenderal Polisi Sutanto: Raih Tiga “Big Bang” – Halaman 22
Berita Politik
- Membongkar Misteri Sang Pemimpin – Halaman 23
Berita Nasional
- Dody Susanto: Membangun Keteladanan dan Kesetiakawanan Sosial – Halaman 24
- Golkar Ingin Menebus “Dosa” – Halaman 27
Berita Khas
- Optimisme KA di Masa Sulit – Halaman 28
Lentera
- Kapan Indonesia Miliki Universitas Berkelas Dunia – Halaman 34
- Tamu Dari Rusia – Halaman 41
Berita Pendidikan
- “Balada Sang Guru” – Halaman 43
Berita Ekonomi
- “Reshuffle” di Tengah Amukan Inflasi – Halaman 44
Berita Hukum
- Teka-teki Sang Model – Halaman 46
- Mengganjar Si Peniup Peluit – Halaman 47
Berita Kesehatan
- Menyoal Serangan Teroris Tubuh – Halaman 48
Berita Opini
- “Balkanisasi” di Indonesia – Halaman 49
Lintas Media
- Revolusi Seks Pelajar – Halaman 50
Berita Perempuan
Berita Iptek
- Dunia Alternatif Bernama Blog – Halaman 54
Berita Mancanegara
- Jalan Keluar Baru – Halaman 56
Berita Olahraga
- Kakak-Adik Berprestasi Dunia – Halaman 57
Berita Feature
- Kemewahan Dari Mimpi – Halaman 58
Berita Nusantara
- Nasib Naas Petani Jabar – Halaman 59
Berita Pariwisata
- Sebuah Candi di Tengah Danau – Halaman 60
Lintas Tajuk
- Kenapa Mengimpor Beras? – Halaman 61
Berita Wawancara
- “Tergantung Peluang dan Resiko” – Halaman 62
Berita Sosial
- Robert Jab: Penjiwaan Hidup Seorang Nasionalis – Halaman 64