
[OPINI] – Jenderal TNI Prof. Dr. H.AM Hendropriyono, ST, SH, MH, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara RI: Saya amat terkesan atas penerbitan buku berjudul: Al-Zaytun Sumber Inspirasi Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara ini.
SSelain karena isinya saya nilai amat mencerahkan sebagai inspirasi bagi setiap warga negara tentang bagaimana berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai dasar negara Pancasila, juga karena buku tentang kiprah Ma’had Al-Zaytun ini ditulis oleh seorang jurnalis beragama Kristen.
Hal tersebut cukup memberi gambaran, dalam pandangan saya, buku ini inklusif. Layak dibaca semua orang dari berbagai golongan, suku, ras dan agama. Buku yang memaparkan kiprah sebuah pondok pesantren yang membina toleransi dan perdamaian di tengah realitas kemajemukan (bhinneka tunggal ika) bangsa Indonesia yang berasas Pancasila dan UUD 1945.
Ketika pada 14 Mei 2003, saya berkunjung ke pondok pesantren Al-Zaytun ini melakukan pemancangan patok pertama Gedung Pembelajaran Dr. Ir. H. Ahmad Soekarno, Presiden I RI, mewakili Presiden Megawati Soekarnoputeri, sebagai seorang muslim, saya telah tekadkan dalam hati untuk selalu membela kebenaran. Demikian halnya, saya akan bela Ma’had Al-Zaytun karena saya anggap benar.
Al-Zaytun ini mengajarkan toleransi dan perdamaian, mengajarkan Pancasila dan mendidik santrinya supaya menjadi warga negara Republik Indonesia yang baik, sesuai kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama Republik Indonesia. Itu kebenarannya. Tapi oleh orang-orang lain masih dituding NII (Negara Islam Indonesia). Bagaimana mungkin NII mengajarkan Pancasila? Bukankah NII menentang dan mengkafirkan Pancasila dan NKRI?
Maka saya berpesan kepada seluruh civitas akademi Al-Zaytun, khususnya para santri, mahasiswa dan alumni Al-Zaytun, untuk semakin tekun belajar, sehingga sejarah akan mencatat bahwa Al-Zaytun telah mencetak kader-kader pemimpin bangsa yang handal, berjiwa toleran dan damai, dan menjadi petarung handal yang mencintai masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia berasas Pancasila dan UUD 1945. Merdeka!
Sambutan Penerbitan Buku Al-Zaytun Sumber Inspirasi | Opini TokohIndonesia.com | rbh
© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA
**
Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. HAM Hendropriyono, ST, SH, MH, nama lengkap Haji Abdullah Mahmud Hendropriyono, lahir di Yogyakarta, 7 Mei 1945. Menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada Kabinet Gotong Royong (Presiden Megawati Soekarnoputri), Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Reformasi Pembangunan (Presiden BJ Habibie), dan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan dalam Kabinet Pembangunan VI (Presiden Soeharto). Meraih gelar Doktor dalam ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan predikat cum laude, disertasi Terorisme Ditinjau dari Filsafat Analitika, 2009. Kini sebagai guru besar di STIN dan STHM Jakarta. Lulusan Akademi Militer Nasional Magelang angkatan 1967. Meniti karir sebagai Komandan Peleton Komando Pasukan Khusus TNI-AD di Magelang (1968-1972); Komandan Kompi Prayuda Kopasandha (1972-1974); Komandan Detasemen Tempur 13 (1981-1983); Wakil Asisten Personil Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi (1983-1985); Asisten Intelijen Kodam V Jaya (1985-1987); Danrem 043/Garuda Hitam Lampung (1987-1991); Direktur D Badan Intelijen Strategis ABRI (1991-1993); Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI (1993-1994); Panglima Kodam V Jaya (1993-1994); Komandan Kodiklat TNI AD (1994-1996); Sesdalopbang (1996-1998); Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (1998); Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH) Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999); dan Kepala Badan Intelijen Negara (2001-2004). Kemudian, dia menjadi pengusaha di bawah bendera Hendropriyono Corporation yang bergerak di beberapa bidang, antara lain properti dan konstruksi pengiriman uang dan money changer, energi, perikanan, angkutan laut (pelayaran), serta konsultan hukum dan strategi. (Sumber: www.tokohindonesia.com/hendropriyono)