
[OPINI] – Pembaca yang budiman. Nomor ini bisa dianggap sangat spesifik, karena menampilkan seorang pakar tafsir Al Qur’an tamatan Universitas Al Azhar.
Meski tak terlalu relevan dengan kejadian belakangan ini; gelombang protes umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, atas pemuatan 12 kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW di sebuah harian Denmark–Prof. DR. Roem Rowi, MA, paling tidak, mengedepankan kehidupan spiritual yang toleran.
Memang telah terjadi aksi protes dan kekerasan di sejumlah negara. Tetapi, Syukur Alhamdulillah, umat Islam Indonesia memperlihatkan sikap yang lebih dewasa lewat demonstrasi-demonstrasi damai di berbagai daerah. MAJALAH TOKOH INDONESIA 28 ? TOKOH UTAMA: Prof Dr HM Roem Rowi, MA, Penyelami Rahasia Al-Qur’an = Membentuk Karakter di Gontor = KISAH HIDUP: Tukang Cuci Piring di Belanda = Bersahaja Ala Mesir = WAWANCARA: Al-Zaytun Patut Dicontoh = Allah Membuat Segalanya Plural = KAPUR SIRIH: Pakar Tafsir Pejuang Keluarga = SURAT: Sultan Ternate Muaffarsyah, dll.Meskipun bangkit kembali di Pakistan dan India, protes semacam itu di Indonesia cepat mereda. Seorang pakar etiket AS memberi nasihat: “Kalau tidak ingin terjadi sesuatu, jangan bicarakan (mencela) agama.”
Sosok Roem, seorang pejuang bagi keluarga-ibu, dan sembilan adiknya yang ditinggalkan oleh ayahnya ketika mereka masih kecil. Roem harus pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan program S-2-nya. Sepulang dari Kairo tahun 1974, dia harus mengajar di IAIN Sunan Ampel, Surabaya, mengumpulkan uang untuk mengentas pendidikan adik-adiknya agar mereka mandiri.
Setelah berjuang untuk keluarganya, Roem kembali ke Universitas Al Azhar tahun 1987, meraih gelar doktor tafsir Al Qur’an, tahun 1989. Roem kembali mengajar di IAIN Sunan Ampel, tetapi malah dipindahkan dari Ketua Jurusan Fiqih ke Adab (sastra Arab). Tahun 1994, Roem dipercaya memimpin program S-2 (Fiqih) sampai tahun 2005. Namun dia masih mengajar Ilmu Fiqih pada program S-2.
Roem, anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat, sahabat kental Syaykh Al Zaytun AS Panji Gumilang, ketika bersama-sama menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Jombang Jawa Timur. Roem juga bergerak di dunia pendidikan; menjabat Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Al Hikmah yang menyelenggarakan sekolah sehari penuh (full one day) dari tingkat TK sampai SLTA di Waru, Surabaya.
Pembaca tentu bertanya: Apa alasan Tokoh Indonesia menampilkan Roem Rowi? Pertimbangannya; kepakaran dan kesahajaan Roem bisa menjadi model bagi pengembangan kehidupan spiritual yang belakangan ini tergerus oleh kehidupan material (kebendaan).
Pernah ketika mengajar mata kuliah khusus, Roem dihadapkan dengan sebuah pertanyaan aneh dari seorang mahasiswa S-2-nya. Roem agak tersentak tatkala sang mahasiswa tersebut menyampaikan pendapat dan keyakinannya; Al-Qur’an bukan lagi kitab suci, hanya karena alasan; tidak sistematik dan banyak sekali pengulangan.
Masih penasaran, Roem menjawab: “Menurut Anda, sistematik itu adalah bab satu, dua, tiga dan seterusnya, kesimpulan, saran-saran, dan daftar pustaka. Kalau sistematika Al-Quran harus begitu, berarti Anda meminta Allah SWT belajar pada Anda.” Mahasiswa itu pun terheran-heran. Maka tak salah jika kami menggelarinya: Pakar Penyelami Rahasia Al Quran. Jakarta, Maret 2006 * Redaksi ? Kapur Sirih, Majalah Tokoh Indonesia 28