Demi Independensi BI
[BERITA TOKOH] – – Jakarta 20/05/2003: Bank central harus independen. Kendati untuk mempertahankan amanah itu, ia harus menghadapi tantangan hebat. Ia dipaksa memilih: Mundur atau ditahan! Ia pilih tak rela BI diintervensi: Ia tak mau mundur! Akibatnya, ia dituduh korupsi, diadili dan mendekam dalam tahanan. Sempat divonis tiga tahun penjara. Tapi, akhirnya keadilan tetap singgah menghampiri, ia divonis bebas. Pengagum Nelson Mandela ini, berjuang demi keadilan dan independensi Bank Indonesia, yang dipimpinnya.
Salah satu hal yang sangat merisaukan, mantan Senior Financial Economist Bank Dunia (1993-1997), ini dalam melihat perjalanan bangsa dan negara ini adalah korup-si. Serta sikap penguasa yang baru terhadap pengu-asa yang lama.
Kita ingin bebas dari ko-rupsi,” katanya dalam perca-kapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia, padahal saat ini sangat sulit untuk mencari di mana yang tidak ada korupsinya. Juga di BI. “Syukur di BI hal itu sangat kecil,” katanya.
Korupsi terjadi di mana-mana, dari yang kecil sampai yang besar, dari puluhan sampai triliunan rupiah. Perihal sikap penguasa yang baru terhadap penguasa yang lama. Ia sangat ka-gum dengan Nelson Mandela. Walaupun mungkin masa-lahnya tidak serumit Indonesia. Namun pada intinya adalah sama, yaitu melupakan masa lalu, pengampunan dosa dan melangkah ke depan dengan lembaran yang bersih. Prin-sip ini, menurutnya, merupakan satu-satunya cara agar negeri ini dapat maju. Tapi harus dilandasi de-ngan tekat yang kuat, juga jangan sampai diulang-ulang lagi.
Pria lulusan Ekono-mi Perusahaan Fakul-tas Ekonomi, UGM ini, orang pertama me-mimpin Bank Indone-sia (BI) setelah diber-lakukannya UU No 23 tahun 1999 yang menjamin independen-si BI. Ia memang orang karir di BI. Setamat kuliah (sem-pat menganggur seta-hun karena pada waktu itu sulit sekali mendapatkan pekerja-an), ia diterima di BI melalui proses tes (1969). Ia mengawali karirnya di BI sebagai staf umum di Urusan Ekonomi dan Statistik sampai menjadi direktur dan gubernur.
Ia menjabat direktur (Dewan Gubernur) selama 5 tahun (1988-1993). Kemudi-an ia ke Bank Dunia di Washington DC, USA sebagai Senior Finacial Economics untuk masa dinas 3 tahun.
Setelah itu, diminta kem-bali ke Bank Indonesia seba-gai direktur kemudian diang-kat menjadi gubernur meng-gantikan J. Soedradjad Djiwandono. Lalu 17 Mei 2003 ini, masa tugasnya berakhir. ?tsl (Majalah Tokoh Indonesia Edisi 02)