Kivlan Zen di Al-Zaytun
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Kivlan Zen saat memberikan kata sambutan pada perayaan ulang tahun ke-25 Ma'had Al-Zaytun

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Kivlan Zen memuji Pesantren Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan sekaligus simbol ketangguhan dalam menghadapi tantangan dan fitnah. Dalam pidato peringatan 25 tahun Al-Zaytun, dia menyoroti keberhasilan Pesantren Al-Zaytun di bawah kepemimpinan Syaykh Panji Gumilang dalam menggabungkan ilmu pengetahuan dan amal. Kivlan Zen juga menekankan bahwa persatuan seluruh elemen di Al-Zaytun, dari santri hingga pengelola, adalah kunci keberhasilan Al-Zaytun dalam mewujudkan visi sebagai pusat pengembangan budaya toleransi dan perdamaian untuk menciptakan masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi.

Penulis: Mangatur L. Paniroy

Pada hari Selasa, 27 Agustus 2024, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Kivlan Zen, S.I.P., M.Si., mendapatkan kehormatan untuk menyampaikan pidato dalam acara puncak Perayaan Ulang Tahun ke-25 Pesantren Al-Zaytun. Acara tersebut berlangsung di Masjid Rahmatan Lil Alamin dengan tema “Gagasan 1.000 Tahun Indonesia Raya ke Depan dengan Semangat Remontada from Within.” Tema ini tidak hanya menjadi simbol perayaan, tetapi juga mencerminkan visi dan misi besar Al-Zaytun dalam membangun Indonesia yang kuat di masa depan. Al-Zaytun, di bawah pimpinan Syaykh Panji Gumilang, memiliki visi jangka panjang yang mengakar kuat, tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam upaya menciptakan perubahan positif bagi bangsa.

Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25

Dalam pidatonya, Kivlan Zen menyoroti kembali masa transisi dari pemerintahan Orde Baru menuju era reformasi. Periode tersebut sudah pernah dibahasnya secara mendalam pada kuliah umum sehari sebelumnya, 26 Agustus 2024, yang juga diadakan di Masjid Rahmatan Lil Alamin. Baginya, masa transisi ini adalah salah satu fase penting yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan hidupnya.

Pasalnya, Kivlan Zen memegang peran kunci pada masa tersebut sebagai Kepala Staf Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) dari 1998 hingga 1999. Ia menyaksikan langsung bagaimana Indonesia menghadapi berbagai krisis termasuk krisis ekonomi dan politik, yang memuncak dengan lengsernya Presiden Soeharto.

Melalui pidatonya, Kivlan Zen menggambarkan Al-Zaytun sebagai simbol kekuatan yang tumbuh di tengah tantangan dan perpecahan. Dengan menggabungkan pengalaman sejarahnya dan refleksi masa lalu, ia menyampaikan pandangan bahwa Pesantren Al-Zaytun memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam pendidikan dan amal di Indonesia.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Merdeka! Merdeka! Merdeka! Selamat ulang tahun ke-25 Al-Zaytun. Khususnya kepada Syaykh Panji Gumilang, Umi, dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Indonesia. Ini adalah momen yang membahagiakan bagi keluarga besar Al-Zaytun karena telah melalui perjalanan panjang yang penuh tantangan,” kata Kivlan Zen mengawali pidatonya.

Kivlan Zen mengenang masa ketika pemerintahan Soeharto berada di puncak kejayaannya. Ia menggambarkan periode tersebut sebagai masa yang diwarnai dengan stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan. Ekonomi dikendalikan dengan baik, harga kebutuhan pokok terjangkau, dan masyarakat hidup dengan damai serta nyaman. “Tata tentrem kerta raharja,” katanya.

“Semua harga barang murah. Baik minyak, tanah, bensin, beras, dan semua biaya hidup sangat murah,” ujar Kivlan Zen. Dia juga mengenang betapa dengan gaji sebagai Mayor Jenderal yang hanya Rp250.000, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ada yang menjadi pilot dan dokter. Ini, menurutnya, adalah bukti bagaimana kestabilan ekonomi pada masa Soeharto memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

Imam Prawoto, Kivlan Zen, Ch. Robin Simanullang
SEBELUM MENANAM POHON (ki-ka): Ketua YPI Imam Prawoto, Kivlan Zen, dan Pemred Tokoh Indonesia, Ch. Robin Simanullang

Kivlan Zen juga mengingat betapa keamanan menjadi prioritas utama pada masa itu. Ia menceritakan bahwa masyarakat dapat merasa aman beraktivitas, baik di siang maupun malam hari, tanpa takut akan kejahatan. “Bayangkan negara yang tenteram, harga barang murah, jalan malam tidak ada yang diperkosa, tidak ada yang dibunuh di tengah jalan. Malam-malam baik wanita maupun pria, semua aman,” tambahnya.

Advertisement

Namun, setelah lengsernya Soeharto, kondisi mulai berubah. Kivlan Zen mengingat masa-masa perpecahan dan kekacauan yang terjadi setelah itu, baik di Aceh, Papua, maupun di berbagai daerah lainnya. Namun di tengah perubahan tersebut, menurut Kivlan Zen, Syaykh Panji Gumilang mendapat rahmat untuk terus melanjutkan perjuangan Al-Zaytun. Ketika Soeharto turun, Al-Zaytun seperti bayi yang baru lahir, mengemban misi untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan amal.

Al-Zaytun, dalam pandangannya, tidak hanya berfokus pada pendidikan agama, tetapi juga berusaha mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan amal dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini menjadi pondasi kuat yang terus dipegang oleh Pesantren Al-Zaytun hingga hari ini.

Selama perjalanannya, Al-Zaytun juga tidak terlepas dari berbagai tantangan. Kivlan Zen mengungkapkan bahwa sejak awal pendiriannya, Pesantren Al-Zaytun telah menghadapi banyak serangan – baik secara fisik maupun psikis. Fitnah dan tuduhan yang dialamatkan kepada Syaykh Panji Gumilang tidaklah mudah, tetapi dengan kekuatan dan keyakinan, Pesantren Al-Zaytun terus bertahan.

Kivlan Zen juga menyinggung bagaimana perjuangan Al-Zaytun semakin berat setelah Soeharto lengser – terutama pada masa pemerintahan Presiden Habibie – dan reformasi mulai mengguncang stabilitas negara. “Ketika suasana politik mulai menurun, fitnah segala macam yang dialami oleh Syaykh Al-Zaytun semakin besar. Termasuk dalam pembangunan pesantren ini,” ungkap Kivlan Zen.

Kivlan Zen mengenang kunjungan berbagai tokoh ke Al-Zaytun, termasuk dirinya sendiri. Saat itu, ia melihat Al-Zaytun tengah berupaya mendirikan universitas, namun menghadapi hambatan perizinan. “Banyak tokoh datang ke sini, dan kebetulan saya juga ikut. Kami melihat suasananya, Al-Zaytun sedang berupaya membangun universitas yang sudah ada namun belum disahkan,” kenangnya. Akhirnya, Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia terbentuk dan diresmikan oleh Menteri Agama Surya Dharma Ali.

Di tengah berbagai tantangan, Pesantren Al-Zaytun tetap konsisten menjalankan misinya untuk memajukan pendidikan dan berkontribusi bagi masyarakat. Menurut Kivlan Zen, hal ini menjadi bukti nyata kekuatan visi Syaykh Panji Gumilang serta persatuan seluruh civitas akademika Al-Zaytun.

Karena itulah, Kivlan Zen mengingatkan seluruh keluarga besar Al-Zaytun tentang pentingnya menjaga persatuan di tengah situasi yang penuh tantangan. Ia menekankan bahwa kecemburuan sosial dan perpecahan internal merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan Pesantren Al-Zaytun. Oleh sebab itu, ia menyerukan agar semua elemen di Al-Zaytun – mulai dari para santri, dosen, hingga pengelola – tetap solid dan bersatu dalam menjalankan visi yang sama.

“Jangan terpecah walaupun sampai sekarang ada kecemburuan sosial sebagai satu lembaga yang datang tiba-tiba bersinar dan maju di dalam pendidikan maupun di dalam amal,” tegas Kivlan Zen.

Ia juga memberikan apresiasi terhadap usaha Al-Zaytun yang tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga mengembangkan program-program amal seperti pertanian, peternakan, dan perikanan. Program ini, menurutnya, adalah wujud nyata dari integrasi ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat.

“Kalau kita tidak bersatu, bisa pecah. Maksudnya, ada orang-orang yang masuk ke dalam lembaga ini dengan tujuan memecah belah dan mengambil alih kekuatan serta kebenaran yang disampaikan oleh Syaykh Panji Gumilang. Oleh karena itu, saya, baik sebagai pribadi maupun bagian dari lembaga, yang sekarang juga mengajar di sini. Saya mengajar agama Islam dengan fokus pada ilmu politik, sementara istri saya mengajar ilmu sosial. Karena kecintaan kami terhadap Al-Zaytun, kami berharap bisa memberikan manfaat sebagai bagian dari keluarganya, baik sebagai anggota internal maupun pengamat luar, sebagai pensiunan tentara. Saya adalah mantan Kepala Staf KOSTRAD bersama Prabowo,” ujarnya.

Pada akhir pidatonya, Kivlan Zen menyampaikan harapannya yang besar terhadap masa depan Al-Zaytun dan bangsa Indonesia. Ia optimis bahwa dengan semangat persatuan dan kerja keras, Pesantren Al-Zaytun akan terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa.

“Mudah-mudahan dengan persatuan di dalam Al-Zaytun, kita bisa bangkit lagi. Pantang menyerah. Patah tumbuh hilang berganti. Esa hilang dua terbilang,” katanya dengan penuh semangat sembari berharap agar Al-Zaytun terus menjadi contoh bagi bangsa Indonesia dalam membangun masa depan yang lebih baik, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun amal.

Kivlan Zen menutup pidatonya dengan ucapan selamat ulang tahun yang penuh penghargaan kepada Al-Zaytun dan Syaykh Panji Gumilang. Kivlan Zen berharap agar Pesantren Al-Zaytun terus mendapat rahmat dari Allah dan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

“Sekali lagi, selamat ulang tahun pada Al-Zaytun, pimpinan Syaykh Al-Zaytun. Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada kita. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” (atur/TokohIndonesia.com)

Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno

Video Tiktok (VT) @tokoh.id

Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini