Bapak Pembaharuan Transportasi

[OPINI] – Jakarta 01-07-2007: Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dianugerahi penghargaan sebagai Bapak Pembaharuan Transportasi. Sutiyoso yang menggagas dan meluncurkan pola transportasi makro (PTM) yang mengintegrasikan empat moda transporta yakni busway, monorel, subway dan angkutan air di Provinsi DKI Jakarta dinilai mampu melakukan terobosan revolusioner untuk mengatasi transportasi di ibu kota.
Penganugerahan diberikan oleh Menteri Perhubungan RI Jusman Syafii Djamal, dalam rangka HUT ke-45 Organda Tahun 2007 di Gedung Dwi Warna Purwa Lemhannas, Jl Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu 30 Juni 2007.
Peluncuran beberapa koridor busway, sebagai salah satu moda dalam PTMJ, telah berhasil mengubah cara pandang masyarakat di bidang transportasi yang lebih layak dan lebih manusiawi, sehingga mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan massal. Saat dinobatkan sebagai Bapak Pembaharuan Transportasi, itu Sutiyoso menyatakan bersyukur dan merasa tersanjung.
Dia mengaku apa yang telah digagas dan dilaksanakannya belum maksimal dalam menangani transportasi Jakarta secara menyeluruh. “Apa yang saya lakukan dalam pembangunan transportasi di ibu kota belum berarti apa-apa, serta belum mampu memenuhi seluruh keinginan dan aspirasi masyarakat yang mendambakan pelayanan angkutan umum yang memadai,” kata Sutiyoso merendah.
Pelaksanaan Pola Transportasi Makro yang mengintegrasikan empat moda yakni busway, monorel, subway, dan angkutan air di Provinsi DKI Jakarta dimulai tahun 2004 berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 84 tahun 2004. Pelaksanaan PTM ini sesuai harapan masyarakat bahwa masih perlu perbaikan lebih nyata, layak dan manusiawi dalam pelayanan jasa transportasi di Jakarta, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berbagai aktivitas.
PTM dimulai dengan pengoperasian busway. Saat ini telah beroperasi sebanyak tujuh koridor. Namun, koridor busway di Jakarta saat ini sudah merupakan yang terpanjang di dunia, dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki transportasi busway. Menurut Sutiyoso, pengoperasian busway dimaksudakan agar transportasi di Jakarta benar-benar lancar, tampil representatif, tertata, dan terintegrasi sehingga ke depan Jakarta memiliki daya saing dan memiliki angkutan umum yang dapat dibanggakan. Sutiyoso berharap kiranya Organda berperan lebih aktif dalam PTM dengan ikut serta menjadi subbagian operator angkutan jalan, baik menjadi feeder maupun mengisi armada busway pada koridor-koridor yang akan datang.
Bang Yos menjelaskan, pembaharuan transportasi di ibu kota memiliki nilai strategis. Pertama, meningkatkan produktivitas masyarakat Jakarta melalui kebijakan pembangunan transportasi yang pada dasarnya sama dengan meningkatkan produktivitas nasional karena perputaran ekonomi di Jakarta hampir 65 persen dari skala nasional. Kedua, pembaharuan transportasi mampu menghemat konsumsi bahan bakar nasional. Karena konsumsi premium di Jakarta sangat tinggi dilihat dari sisi populasi kendaraan berbanding dengan jarak tempuh yang panjang. Kelancaran transportasi akan menghemat konsumsi bahan bakar sehingga meningkatkan saving keuangan masyarakat Jakarta.
Perihal pemberian penghargaan sebagai Bapak Pembaharuan Transportasi kepada Gubernur Sutiyoso, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organda UT Murphy Hutagalung menyatakan, sudah melalui pengkajian dari berbagai aspek oleh tim khusus Organda. Menurut Murphy, keputusan penganugerahan itu berdasarkan rapat pleno Organda pada bulan Mei 2007. Organda menilai dedikasi dan sumbangsih Sutiyoso dalam melakukan terobosan transportasi dengan meluncurkan PTM (busway dan waterway) adalah sebuah kebijakan pemerintah daerah yang perlu ditiru daerah lain. Hal senada disampaikan Ketua DPD Oaganda DKI Jakarta Herry Rotty bahwa Sutiyoso sangat pantas menerima penghargaan itu karena kebijakan revolusionernya dengan meluncurkan pola transportasi makro di Jakarta. ?e-ti/tsl
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)