Cemerlang Tapi Dicurigai
Omar Dhani
[ENSIKLOPEDI] Marsekal (Purn) Omar Dhani, meniti karir militer dengan cemerlang hingga mencapai puncak sebagai Panglima Angkatan Udara (1962-1965). Namun, dalam kasus pemberontakan G30S/PKI, ia dicurigai, diadili dan divonis hukuman mati Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)(Desember 1966). Walaupun kemudian, bersama Soebandrio, ia mendapat grasi dari Presiden pada 2 Juni 1995 dan dapat menghirup udara bebas pada 15 Agustus 1995.
Setelah hidup bebas bersama keluarga selama 14 tahun, suami dari Sri Wuryanti ini meninggal dunia Jumat 24 Juli 2009 pukul 14.05 WIB, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma, Jakarta. Menurut keterangan putra sulungnya, Feri Omar Nursaparyan, Omar meninggal setelah mendapat perawatan akibat usia tua dan komplikasi penyakit yang sudah lama diderita.
Jenazah ayah lima anak ini, disemayamkan di rumah duka di Komplek Pejaten Indah D-12, Jalan H Samali, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah itu, Jumat malam (24/7/2009) disemayamkan di Skuadron 17 Halim Perdanakusuma untuk memberi kesempatan kepada pihak TNI AU melakukan penghormatan terakhir.
Kemudian Sabtu siang 25 Juli 2009, dimakamkan secara sipil di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta.
Menurut putranya, Dian Sri Indrapuri, ayahnya mengamanatkan agar dirinya dimakamkan dalam satu liang lahat yang sama dengan tempat istri pertamanya dimakamkan, Sri Wuryanti, di TPU Jeruk Purut, Jakarta.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama FB Soelistyo, pemakaman Omar Dani dilakukan tanpa upacara kemiliteran, disebabkan persyaratan administratif.
“Tidak secara militer, tata cara seperti masyarakat sipil. Persayaratan administrasi tidak memperbolehkan untuk itu,” ujar Marsekal Pertama FB Soelistyo di di Jakarta (25/7). Omar Dani pernah diberhentikan dari dinas kemiliterannya. Selain itu, seluruh tanda jasa almarhum juga pernah dicabut. Ini karena Omar Dhani pernah tertuduh terlibat Gerakan 30 September (G 30 S/PKI) hingga 29 tahun hidupnya habis di penjara.
Pendidikan
Putra mantan Bupati Boyolali ini mengecap pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Kristen, Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian melanjut ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen, Solo, 1940. Lalu tahun 1942, melanjut lagi ke Algemeene Middlebare School (AMS) B sampai kelas II di Yogyakarta.
Bahkan tahun 1946, ia masih belajar di Sekolah Menengah Teknologi (SMT). Kemudian TALOA Academy of Aeronautics, Bakersfiels, California, 1952 dan RAF Staff College, Andover, Inggris, 1957.
Karir
Suami dari Sri Wuryanti ini sebelum berkarir di militer (AURI sejak November 1950), pernah meniti karir sebagai Sinder Perkebunan Kebon Arum, Klaten (1942-1944), penyiar RRI/Voice of Indonesia, Tawangmangu (1946) dan penyiar bahasa Inggris di Kementerian Penerangan dan RRI Jakarta tahun 1946-1947.
Pada tahun 1952, Omar Dhani pernah bertugas sebagai kopilot pesawat Dakota di Cililitan, Jakarta, setelah menyelesaikan pendidikannya di Academy of Aeronautics, TALOA, California, AS, selama setahun. Omar Dhani pernah ambil bagian secara aktif dalam operasi udara menumpas pemberontakan di wilayah Timur Indonesia.
Karir militernya (TNI Angkatan Udara) terbilang cemerlang. Sebagaimana ditulis oleh sejarawan Asvi Warman Adam (Sejarah: Omar Dani dan AURI, Kompas, Jumat, 26 Juni 2009), hanya dalam waktu 9,5 tahun, Omar Dhani yang saat itu belum genap berusia 38 tahun telah mencapai posisi puncak di Angkatan Udara, setelah Presiden Soekarno melantiknya menjadi Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara pada 19 Januari 1962. Tampaknya, Presiden Soekarno memandangnya sebagai seorang perwira tinggi yang penuh dedikasi. Walaupun mungkin, di mata lawan politiknya, Omar dianggap sebagai sosok yang sangat lihai mencari muka.
Sebagai contoh, Omar Dhani menyambut dengan antusias tatkala Presiden Soekarno mengisyaratkan pembentukan “Angkatan Kelima”, yaitu buruh dan petani yang dipersenjatai, Sementara, pihak Angkatan Darat tampak jelas tak setuju.
Omar pun menyetujui Marxisme diajarkan di sekolah-sekolah dan Kursus Angkatan Udara. Ia bahkan tak keberatan apabila penasihat dari unsur Nasakom ditempatkan mendampingi pimpinan Angkatan Udara.
Kedekatan dengan Bung Karno, membuat mantan Panglima Komando Siaga pada masa Dwikora ini makin ke ‘kiri. Kelak, keberpihakannya semakin jelas. Omar membiarkan “sukarelawan” yang kemudian menyokong G30S/PKI dilatih di sekitar Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdana Kusumah oleh oknum perwira-perwira progresif kalangan TNI-AU. (Jajang Jamaludin, Omar Dhani: Figur yang Disegani Sekaligus Dicurigai, www.tempo.co.id/harian/ profil/prof-omardhani.html).
Akhirnya, perjalanan sejarah bangsa bergerak ke arah yang tidak menguntungkan bagi Omar Dhani menyusul pertarungan politik yang terjadi pada masa itu. Omar Dhani yang sangat loyal kepada Soekarno dituding terlibat bersama AURI dalam Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Nama Omar Dhani sulit dilepaskan dari gerakan yang membawa malapetaka itu. Ia salah satu dari dua tokoh nasional yang menyambut Bung Karno di Halim, 1 Oktober 1965 pagi. Tokoh lainnya adalah DN Aidit, Ketua CC PKI.
Selain itu, pada saat gerakan penculikan para jenderal tanggal 30 September 1965 meletus, Omar Dhani menulis perintah harian Men/Pangau setelah mendengar siaran berita RRI pukul 07.00 tentang G30S. Perintah harian itulah, yang kemudian menjadi persoalan besar sehingga ia diadili Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan divonis hukuman mati (Desember 1966).
Namun, vonis hukuman mati itu tidak segera dieksekusi. Tapi ia ditahan (penjara) selama 29 tahun sejak 25 Desember 1966, dan dibebaskan pada tanggal 16 Agustus 1995, setelah bersama Soebandrio, ia mendapat grasi dari Presiden pada 2 Juni 1995. e-ti | tsl
Ikut berduka cita atas wafatnya Bapak Omardani.Putrinya yang bernama Dian Sri Indrapuri temanku di Fakultas Sastra jurusan bhs Cina.