Newsmaker, Menginspirasi Dunia
Joko Widodo
[ENSIKLOPEDI] Hampir sepanjang tahun 2012 Ir. Joko Widodo (Jokowi) menghiasi pemberitaan media nasional bahkan mancanegara. Terutama sejak namanya disebut-sebut sebagai kandidat cagub, hingga terpilih dan dilantik pada 15 Oktober 2012 menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Dia didampingi Ir. Basuki Tjahaja Purnama (Basuki – Ahok) sebagai Wakil Gubernur.
Sejak hari pertama menjabat gubernur, Jokowi blusukan ke berbagai tempat, terutama kampung-kampung kumuh dan sarat persoalan. Sementara wakilnya, Ahok, menggenjot transparansi birokrasi demi melayani rakyat. Duet Jokowi dan Basuki telah menginspirasi dunia tentang kepemimpinan pro rakyat kecil.
Bukan karena pernyataan-pernyataannya yang meluncur dengan tata bahasa dan retorika hebat, tetapi karena daya tarik aksi kepemimpinannya yang bersahaja, tulus, jujur, bersih dan merakyat (berorientasi pelayanan kepada rakyat kecil), telah menempatkannya menjadi pembuat berita terhebat sepanjang tahun 2012 dan menginspirasi kepemimpinan dunia tentang kehebatan pemimpin yang melayani.
Harian The New York Times, yang belum tentu memberitakan kunjungan Presiden RI ke AS, tak mau ketinggalan menyoroti pencalonan hingga kemenangan Jokowi di bawah judul: “Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election”. Media ini menulis (19/9/2012) keterkejutan publik atas kemenangan Jokowi “di negara di mana politikus sering kali berasal dari elite yang terkait atau memiliki hubungan dengan mendiang Presiden Soeharto dan militer, Jokowi muncul untuk mewakili generasi baru politikus.” NYT menyoroti kiprah Jokowi, seorang eksportir furnitur yang masuk politik untuk pertama kali tahun 2005 dan berhasil menata kota Solo, yang secara luas dianggap bersih dan mampu memimpin ibu kota di negara yang kental aroma korupsinya. Walaupun NYT juga mempertanyakan apakah Jokowi bisa menerapkan keberhasilan di Surakarta, sebuah kota dengan 520 ribu penduduk, jika menang dan memimpin Jakarta, kota berpenduduk 10 juta.
Begitu pula The New Straits Times (Malaysia) memuat kolom Mustapha Mohamed, Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia, yang mengulas Jokowi, Gubernur DKI Jakarta terpilih. Bahkan Mustapha memuji Jokowi sebagai salah satu sosok yang menjadi inspirasinya. Di antara sekian banyak kepribadian menarik yang saya temui di seluruh dunia, Joko Widodo adalah salah satu kepribadian yang menginspirasi saya,” tulis Mustapha di New Straits Times edisi Selasa, 2 Oktober 2012 bertajuk Jokowi’s work ethic is an inspiration.
Penampilan Jokowi yang bersahaja dan dekat dengan rakyat, memang telah menjadi daya tarik tersendiri yang menempatkannya menjadi pembuat berita terhebat sepanjang tahun 2012. Track record-nya yang fenomenal memimpin Solo telah membuatnya ‘cukup seksi’ sebagai pembuat berita.
Mustapha menulis perkenalannya pertama kali saat Jokowi datang ke Kuala Lumpur untuk kunjungan singkat mempromosikan Solo sebagai tujuan wisata dan investasi pada bulan Februari 2012. “Sambil minum teh dan keropok tradisional di rumah saya, kami memiliki waktu yang baik berbagi pengalaman politik dan birokrasi sebagai pelayan publik,” ungkap Mustapha. Dia menyebut etos kerja Jokowi telah menginspirasinya.
Selain itu, Karim Raslan dan Pitan Daslani, pengamat dari Malaysia juga menyoroti fenomena kemenangan Jokowi. Karim Raslan, yang pernah tinggal di Indonesia, menulis ulasan tentang Jokowi di koran berbahasa Inggris, The Star, dan media berbahasa Melayu, Sinar Harian. Pitan Daslani mengupas fenomena kemenangan Jokowi di portal berita berpengaruh Malaysia, The Malaysian Insider, dengan tulisan berjudul “Leadership Lessons in Jakarta Pave Way for 2014 Election”.
Situs berita The Australian, juga melansir berita berjudul “Can do outsider takes reins of must-fix city”. Situs ini menyoroti Jokowi, sebagai orang luar yang bersemangat, mengalahkan calon incumbent Fauzi Bowo dan akan memerintah salah satu kota besar di Asia yang paling disfungsional lima tahun ke depan. Tulisan itu diturunkan setelah mengetahui hasil quick count Pilkada putaran pertama. Tak ketinggalan situs berita Inggris, BBC pada 20 September 2012 juga memberitakan tentang kemenangan Jokowi dalam artikel berjudul, “Joko Widodo leads Jakarta governor elections.” Jokowi disebut sebagai sosok yang merakyat.
Pakistan Observer, juga mengutip Reuters, memberitakan kemenangan Jokowi sebagai wujud kekecewaan publik pada pemerintah sebelumnya. Jokowi harus menyelesaikan sejumlah masalah perkotaan sesuai dengan janjinya. Dan sejumlah pemberitaan dan ulasan dunia lainnya yang berkaitan dengan fenomena kemenangan Jokowi-Basuki. Seperti The Sydney Morning Herald, Australia yang menurunkan ulasan atas kemenangan Jokowi, yang ditulis Hamish McDonald (Editor Asia-Pasifik) yang mengaitkannya dengan kepemimpinan nasional pasca Yudhoyono. Juga The Economist (29/9/2012) di bawah judul ‘Political outsiders are challenging Asia’s traditional elites’ menyoroti fenomena kemenangan Jokowi yang berpasangan dengan Basuki (Tionghoa-Kristen) di negara berpenduduk mayoritas Muslim, dengan menyebutnya sebagai kemenangan bagi toleransi dan nilai-nilai peradaban.
Apalagi pemberitaan dalam negeri, baik media cetak, elektronik (televisi dan radio) dan media online, selama berbulan-bulan menempatkan berita tentang Jokowi di halaman utama (muka). Hampir semua media nasional membuka rubrik khusus ‘Gebrakan Jokowi-Basuki’. Sebagai gambaran, hasil riset yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta selama periode 1 Juni 2012-13 September 2012, Joko Widodo unggul dalam perolehan berita foto, dan peliputan kandidat secara tunggal. Demikian juga, tabulasi media berdasarkan riset AJI menempatkan pemberitaan yang positif untuk Jokowi mencapai 810 berita dan pemberitaan negatif 172 item. Sedangkan pesaingnya Fauzi Bowo memperoleh 666 berita positif dan 260 berita negatif.
Bahkan setelah hiruk-pikuk kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta usai, pemberitaan tentang Jokowi-Ahok selalu diburu pembaca, pemirsa dan pendengarnya. Apa saja kegiatan kedua pemimpin Jakarta ini dari subuh hingga larut malam selalu diendus para awak media, kendati mereka tidak mempunyai informasi tentang jadwalnya.
Penampilan Jokowi yang bersahaja dan dekat dengan rakyat, memang telah menjadi daya tarik tersendiri yang menempatkannya menjadi pembuat berita terhebat sepanjang tahun 2012 ini. Track record-nya yang fenomenal memimpin Solo telah membuatnya ‘cukup seksi’ sebagai pembuat berita.
TokohIndonesia.com mengapresiasinya sebagai Walikota Solo (pemimpin) yang fenomenal dan ‘Inspirasi Pemimpin Bijak’. Pemimpin bersahaja, arif, jujur dan selalu berpihak pada wong cilik. Apalagi di tengah kegalauan hati rakyat melihat kondisi kepemimpinan di negeri ini, publik mencari-cari figur yang pantas didaulat sebagai pemimpin (walikota/bupati, gubernur dan presiden) yang melayani rakyat. Salah satu figur yang mendapat sorotan mata publik adalah Joko Widodo (Jokowi). Kepemimpinan Jokowi tampaknya telah menjadi oase di tengah kegersangan dan kegalauan hati publik atas kondisi negeri yang auto pilot. Setidaknya, Jokowi telah menginspirasi publik tentang seorang pemimpin yang bijak dan tulus mengayomi rakyat, memimpin dengan hati.
Jokowi, memang bukan pemimpin yang pandai memaparkan visi-misi dengan bahasa saintifik, abstrak dan puitis penuh retorika. Sebagai Walikota Solo pilihan rakyat (91%) dan baru saja memenangkan Pilkada Gubernur DKI Jakarta (53.82%), dia hanya berpegang pada tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945.
Blusukan, Social Approach
Seusai upacara pelantikan, Jokowi langsung turun mengunjungi warga, masuk kampung (blusukan: bahasa Jawa dari kata blusuk, blesek, artinya masuk). Dia langsung blusukan berkeliling di gang-gang sempit di RT 14 RW 01 Kelurahan Pademangan Timur, Jakarta Utara. Dia fokus mengamati selokan dan sanitasi lingkungan yang dipenuhi oleh sampah dan mengeluarkan bau tak sedap. Dia pun meminta aparat kelurahan dan pengurus RT/RW serta warga untuk membersihkan. “Saya beri waktu satu minggu. Nanti dari dinas PU (pekerjaan umum) akan bantu karung, truk, mungkin juga untuk mengeruknya. Ya masyarakat juga harus bantu. Tadi saya pesan ke Pak RT supaya ada kerja baktinya juga dari masyarakat,” ucap Jokowi.
Setelah itu, dia meluncur ke Rumah Susun Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Di kompleks Rusun yang terdiri dari tiga blok berlantai lima itu, Jokowi tampak begitu miris melihat betapa kumuhnya kondisi rusun. Bangunan yang terdiri dari batako berwarna abu-abu tampak lusuh. Kepada Jokowi, warga mengeluhkan kondisi bangunan yang sudah tidak layak. Bocor setiap hujan sehingga warga khawatir tersengat aliran listrik, fasilitas air tidak bisa dinikmati warga di lantai atas karena pompa tidak berfungsi optimal. Jokowi meminta dinas terkait untuk segera memperbaikinya.
Kemudian, masih di hari pertama, Jokowi blusuk ke permukiman warga di pinggiran Kali Ciliwung di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Di sini Jokowi menyimak pemaparan soal rencana pembangunan kampung susun. Saat itu juga, dia memerintahkan dinas PU untuk segera mengukur lahan yang dibutuhkan dan akan segera memutuskan kebijakan yang diambil. “Kawasan pemukiman ini harus memenuhi konsep seperti memiliki ruang terbuka hijau, drainase yang baik, memiliki septic tank, dan ada ruang publiknya,” jelasnya. Dia menyebut kawasan bantaran kali di Bukit Duri akan menjadi percontohan. Dia juga memastikan, warga di sekitar kawasan itu tidak akan direlokasi dengan adanya pembangunan kampung susun deret tersebut.
Setelah blusukan ke tiga tempat itu, barulah Jokowi menuju Balaikota, masuk ke ruang kerjanya dan melakukan pertemuan dengan para stafnya. Besoknya, 17 Oktober 2012, usai berkeliling Jakarta sejak pagi, Jokowi yang mengenakan kemeja putih, celana hitam dan sepatu kets, menemui Dahlan Iskan di kantor Kementerian BUMN. Dalam pertemuan sekitar 30 menit itu mereka membicarakan kerjasama mengurai kemacetan di Jakarta. Lalu masuk ke Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, menyapa para penumpang di halte bus Transjakarta dan berbincang dengan sopir Kopaja. Jokowi menyatakan prihatin dengan kondisi sebagian besar armada yang berusia di atas 15 tahun dan tak laik jalan. Berdasarkan hasil tinjauannya, dia mengatakan banyak sekali yang harus dibenahi dari sistem transportasi bus kota.
Itulah sedikit gambaran, bagaimana Jokowi mengawali tugas kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Blusukan itu dilakukannya hampir saban hari. Sebagaimana ditegaskannya saat kampanye, dan sudah dipraktekkannya di Solo selama tujuh tahun, dia akan lebih banyak memimpin di lapangan. Hingga satu bulan lebih sudah berjalan, Jokowi terus blusukan tanpa kenal lelah. Dia membangunkan para stafnya (Satuan Perangkat Kerja daerah-SPKD) dari keleletan yang sudah lumutan selama ini, harus siaga penuh meningkatkan pelayanan. Dia mengajak semua stafnya untuk selalu sigap turun ke lapangan.
Bahkan bukan hanya SPKD Jakarta yang dia bangunkan, para wartawan berbagai media pun dia ‘paksa’ untuk siaga dan sigap sejak subuh hingga larut malam. Hampir semua media berita nasional dibuat sibuk dan harus ikut tancap gas mengikuti berbagai kegiatan Jokowi dan Basuki. Wartawan yang bertugas di Balaikota Jakarta, yang sebelum ini terlihat santai, dipaksa harus memiliki mobilitas, speed dan stamina tinggi jika tidak mau ketinggalan berita. Para wartawan ‘dipaksa’ beradaptasi dengan gebrakan Jokowi yang bekerja blusukan ke kampung-kampung tanpa memberitahukan agenda kegiatan yang pasti kepada wartawan, bahkan kepada Humasnya.
Suatu pagi, Jokowi pernah melakukan inspeksi mendadak ke Kelurahan Senen, Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kecamatan Cempaka Putih, tanpa banyak media yang tahu. Kecolongan seperti ini, sudah dianggap sebagai kelalaian profesi yang tidak boleh terulang lagi. Hal ini membuat para awak media benar-benar harus sigap berburu berita layaknya sang pemburu di hutan belantara. Seperti disebut Dwifantya Aquina, wartawan Vivanews: “Blusukan bersama Jokowi merupakan suatu hal yang seru, tetapi juga menegangkan layaknya berada di dalam sebuah film action. Seperti juga pengalaman Bantu Hotsan, Wartawan Berita Indonesia, yang kadang kala ikut mengejar Jokowi. Dia sudah siaga jam 05.00 pagi di seputar rumah dinas gubernur. Lalu bersama wartawan lain dengan sepeda motor membuntuti Jokowi ke mana pergi. Setelah mengunjungi dua tempat, mereka kehilangan Jokowi karena mobilnya masuk tol, sementara arah tujuannya tidak tahu ke mana.
Para wartawan mengira kegiatan blusukan Jokowi paling beberapa hari di awal tugasnya. Tapi ternyata, sudah lebih satu bulan, tak capek-capek, bahkan kejutannya setiap hari semakin menjadi.
Kini di kalangan Wartawan Balaikota DKI muncul istilah ‘Mengejar Jokowi’ karena memang setiap hari mereka harus mengejar tanpa tahu ke mana dia akan berkegiatan. Selama satu bulan ‘Mengejar Jokowi’ para wartawan menimba banyak kisah suka dan duka. Selain sukanya, yang sedemikian seru mengejar berita Jokowi, juga ada dukanya di mana sebagian dari mereka yang berjatuhan sakit karena harus menunggu dan berburu dari pagi hingga malam. Tetapi para wartawan itu pun amat puas, tatkala melihat semangat dan antusiasme para pembaca yang selalu menikmati laporan (tulisan) mereka. Sehingga kini mereka menikmati bagaimana rasanya sebagai awak pemburu berita.
Dikritik, Blusukan Terus
Namun ada saja orang yang tidak senang melihat Jokowi blusukan atau merasa selama satu bulan itu sudah cukup. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (25/10/2012) mengatakan apa yang dilakukan Jokowi juga bisa memunculkan sisi-sisi negatif. Sebab, menurut Max, jika ada satu kampung yang tak disambanginya justru bakal menyerang kinerja Jokowi. “Akan lebih efektif mendelegasikan kepada walikota wilayah masing-masing,” kritik politikus Demokrat itu. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menilai kegiatan Jokowi blusukan ke kantong-kantong permasalahan Ibu Kota sudah cukup untuk memetakan permasalahan yang ada. Menurut Sutiyoso, kini saatnya Jokowi kembali ke kantor mengenal dan menggerakkan para staf serta merumuskan permasalahan kemudian melakukan aksi. “Kita tunggu action,” kata Sutiyoso.
Menanggapi kritik tersebut, Jokowi menegaskan tekadnya akan terus mengunjungi kampung-kampung warga selama ia menjabat gubernur. Meskipun ada yang menyarankan ia berhenti melakukan gaya blusukan seperti itu, ia tetap akan melakukan hal tersebut. “Pokoknya saya lima tahun blusukan terus, mau ke kampung terus, pokoknya selama lima tahun. Pokoknya ke bawah, ke kampung, banyak ke lapangan. Setiap gubernur itu punya gaya sendiri. Gaya saya, ya gaya blusukan,” kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (19/11/2012) malam.
Gaya Jokowi memang berbeda dari gubernur-gubernur yang berkuasa sebelumnya. Jokowi terlihat sangat mengedepankan social approach (pendekatan sosial) dengan lebih suka terjun langsung ke lapangan, tanpa pengawalan ketat dan merakyat. Blusukan bagi Jokowi bukan hanya sekadar memetakan permasalahan, melainkan ia ingin berdialog dan menemukan solusi bersama rakyat secara langsung. Jokowi mengatakan, ia akan mendapat banyak aspirasi dan saran jika turun sendiri ke lapangan bertemu dengan masyarakat. Menurutnya, hal itu tidak akan didapatnya jika terlalu banyak duduk di belakang meja kantor. “Setiap hari setiap saat itu pasti ada aspirasi dari rakyat, dari bawah. Ada kebutuhan dari bawah, yang kalau kita hanya duduk di kantor enggak akan ketangkap seperti itu,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, turun ke lapangan itu bukan berarti hanya turun menemui warga dan melihat perkampungan kumuh. “Melainkan kunjungan seperti itu juga dilakukan untuk mengontrol lapangan, memantau pelaksanaan proyek dan program kerja. Kita lihat apakah pelayanannya sudah baik atau belum. Ini semua, kan, bentuk sebuah manajemen. Kalau manajemen perencanaan tanpa manajemen kontrol ke bawah tidak baik, ya enggak akan bisa terwujud,” tegas Jokowi. Jokowi pun tidak risau apabila kegiatan blusukan itu dianggap pencitraan. Dia dengan senang hati menerima segala kritik, namun blusukan akan terus dilakukannya sampai lima tahun ke depan.
Gaya kepemimpinan blusukan memang adalah habitat Jokowi. Sebagaimana penuturan Devid Ayunanto, anggota Kopassus yang sudah enam tahun bertugas sebagai Aspri Jokowi, sejak saat menjabat Walikota Solo. “Sejak dulu sewaktu menjabat Walikota Solo, stafnya sering datang pagi-pagi ke rumah dinas untuk tanda tangan surat. Sebab, Bapak lebih sering dari rumah dinas langsung melakukan tinjauan ke kampung daripada ke kantor. Kalau ke kantor paling cuma temui tamu itu pun paling maksimal 30 menit,” ungkap Devid Ayunanto. [Newsmaker Majalah BERINDO (Berita Indonesia) Edisi 85 | Desember 2012] Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com
Baca Jokowi Menginspirasi Dunia, Versi Pdf