Pemimpin Islamis Kebangsaan
Suryadharma Ali
[ENSIKLOPEDI] Drs. Suryadharma Ali, MSi, lahir di Jakarta, 19 September 1956. Menteri Agama RI (2009-2014) dan Menteri Negara Koperasi dan UKM (2004-2009) ini seorang politisi dan pemimpin yang Islamis kebangsaan. Dia Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (2007-2012), partai yang berasas Islam, tetapi berorientasi kebangsaan. Dia pemimpin yang teguh prinsip, pemimpin pembawa arus, bukan pemimpin yang mudah terbawa arus.
Dia, Suryadharma Ali yang namanya akrab disingkat dengan akronim SDA, punya sikap tegas bahwa Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sudah final. Alumni Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta (1984) ini menegaskan meskipun Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan partai berasaskan Islam, namun tidak akan mendirikan Negara Islam. Suryadharma Ali bersikap bahwa Islam dan nasionalisme (kebangsaan) adalah bersifat sinergis bagi kemajuan bangsa (NKRI). Islam dan nasionalisme tidak memiliki pertentangan, bahkan saling bersinergis demi kemajuan bangsa. [1]
Suami dari Dra. Hajjah Wardatul Asriah ini menjelaskan sikap yang dianutnya, yang juga merupakan sikap yang dianut PPP di bawah kepemimpinannya. Nasionalisme tanpa diikuti ajaran Islam akan menjadi kering pemaknaannya dan bahkan bisa merusak tatanan harmoni umat dan bangsa (NKRI). Sebaliknya, ajaran Islam tanpa ditanamkan jiwa nasionalisme akan melahirkan penyempalan dengan mengambil pola perjuangan di luar semangat NKRI. Contohnya, kelompok teror bom ataupun jaringan NII (Negara Islam Indonesia).
Ayah dari empat orang anak (Kartika Yudistira, Sherlita Nabila, Abdurrahman Sagara Prakasa dan Nadia Jesica Nurul Wardani) ini pun merisaukan timbulnya fenomena semakin merosotnya rasa nasionalisme di kalangan anak bangsa saat ini. Maka, dia memandang perlu upaya membangkitkan rasa nasionalisme dan kebangsaan khususnya di kalangan generasi muda Islam. Berulangkali dia menegaskan bahwa prinsip ajaran Islam di Indonesia sejalan dengan empat pilar bangsa yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, keempat pilar inilah sebagai dasar bagi seluruh rakyat dan umat Islam dalam berbangsa dan bernegara. Sikap ini pula yang disosialisasikan Fraksi PPP MPR/DPR-RI dengan meluncurkan buku bertajuk: Islam, Nasionalisme dan Masa Depan Bangsa Indonesia. Buku yang menegaskan sikap PPP hanya berorientasi pada keutuhan NKRI dalam menegakkan agenda ke-Islamannya. [2]
Itu pulalah sikap dan prinsip kepemimpinan Suryadharma Ali baik sebagai seorang politisi (kader PPP), maupun sebagai pejabat negara (publik) – Menteri Agama dan Menteri Negara Koperasi dan UKM. Dia seorang pemimpin yang Islamis (Islamis, bersifat Islam: pemimpin yang Islamis; Islami, bersifat keislaman: akhlak Islami.) dan berorientasi kebangsaan dengan empat pilar yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. [3]
Sikap dan prinsip itu telah dimilikinya sejak kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarief Hidayatullah Jakarta pada tahun 1977-1984. Semasa kuliah, dia sudah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). [4] Sebagai mahasiswa, dia terbilang sangat aktif dan kreatif. Dia menyelesaikan studinya tahun 1984 dengan meraih gelar sarjana (S-1). [5]
Setelah menyelesaikan studinya, dia bekerja di PT Hero Supermarket, Tbk hingga tahun 1999. Jabatan terakhirnya sebagai Deputi Direktur. Saat itu, dia juga aktif sebagai pengurus di berbagai organisasi ritel di Indonesia.
Kemudian, ketika gerakan reformasi bergulir (1998), dia pun mulai memfokuskan aktivitas ke dunia politik praktis. Dia meneguhkan diri memilih PPP sebagai wadah perjuangan dan pengabdian politiknya. Suryadharma Ali (SDA) tak salah memilih wadah perjuangannya dalam dunia politik praktis itu. Karirnya sebagai politisi meroket. Visi, wawasan, kreatifitas, integritas dan penampilannya yang soleh, amanah, bersahabat dan bersahaja telah menempatkannya dalam posisi politik yang pantas diperhitungkan, tidak hanya dalam internal PPP, tetapi juga dalam kepemimpinan politik nasional.
Dia pun terpilih menjadi Anggota DPR dan bahkan menjadi Ketua Komisi V DPR RI tahun 2001 hingga 2004. Dalam masa kepemimpinan Hamzah Haz sebagai Ketua Umum DPP PPP, yang juga menjabat Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri, kala itu, Suryadharma Ali juga telah menjabat posisi penting di partai sebagai salah seorang Ketua DPP PPP. Pada Pemilu tahun 2004, dia pun terpilih kembali menjadi Anggota DPR dan sempat menjabat Bendahara Fraksi PPP MPR RI.
Lalu, setelah Pilpres 2004 yang dimenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY-JK), sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mengalahkan pasangan Megawati dan Hasjim Muzadi, Suryadharma Ali diajak bergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu sebagai Menteri Koperasi dan UKM 2004-2009. Dia menggantikan Alimarwan Hanan, yang juga kader PPP dan saat itu menjabat Wakil Ketua Umum DPP PPP. Selain SDA, kader PPP yang diajak bergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu oleh Presiden SBY adalah Bachtiar Chamsyah, yang tetap menjabat Menteri Sosial untuk kedua kalinya.
Selama menjabat Menteri Koperasi dan UKM, dia berhasil memainkan peran signifikan dalam memberdayakan ekonomi rakyat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Membangkitkan koperasi Indonesia adalah gagasan utamanya. Gagasan itu diimplementasikan dengan menggelontorkan alokasi anggaran triliunan rupiah untuk program pemberdayaan koperasi dan UKM. Paling tidak dia merevitalisasi koperasi untuk mulai mengakar dan menjadi sandaran hidup masyarakat kecil. Sedikitnya 28 juta orang, telah bergabung di 133 ribu koperasi yang tersebar di berbagai kegiatan sektor ekonomi di seluruh pelosok tanah air. (Selanjutnya baca artikel: Bangkitkan Koperasi dan UKM). [6]
Pemimpin Pembawa Arus
Sebagai seorang Nahdlatul Ulama, dia juga adalah pribadi yang saleh dan amanah berjiwa kebangsaan. Penampilannya yang lembut, bersahabat dan bersahaja menyimpan arus kekuatan yang sulit ditebak kedalamannya. Bak air sungai yang amat dalam, mengalir tenang di atas permukaan, tetapi arus dalamnya begitu deras, dingin dan menghanyutkan. [7]
Dia adalah pemimpin (politisi) yang terlihat amat tenang dan lembut. Sehingga sering kali banyak orang salah duga, mengira dia mudah ditaklukkan, dan mudah dibawa ke arus mana pun. Padahal, dia seorang pemimpin yang teguh prinsip dengan kedalaman tak terduga. Dia adalah pemimpin pembawa arus, bukan pemimpin yang mudah terbawa arus.
Para elit politik PPP, termasuk para pengurus wilayah dan daerah, tampaknya juga jeli melihat potensi terdalam dari diri Suryadharma Ali (SDA). Sehingga dia mereka pilih menjadi Ketua Umum DPP PPP periode 2007-2012 dalam Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan, Sabtu 3 Februari 2007 di Jakarta. Kemenangan Suryadharma Ali yang menjabat Menteri Negara Koperasi dan UKM RI saat itu makin memastikan partai berlambang kabah itu tak akan menjadi oposisi pemerintah, tetapi tetap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Suryadharma terpilih dengan meraih dukungan terbesar, 365 pemilih dari 1.165 muktamirin yang berhak bersuara. Mengungguli kandidat lainnya Arief Mudatsir Mandan (anggota DPR) yang meraih 325 suara; Achmad Dimyati Natakusumah (Bupati Pandeglang, Banten) dengan 219 suara; Endin AJ Soefihara (anggota DPR) dengan 185 suara; M Yunus Yosfiah (Sekretaris Umum DPP PPP) meraih 46 suara; Alimarwan Hanan (Wakil Ketua Umum DPP PPP) meraih13 suara; Eggi Sudjana (5 suara), dan Hadimulyo tidak meraih suara sama sekali. [8]
Pemungutan suara hanya sekali putaran dengan ketentuan peraih suara terbanyak menjadi ketua umum, yang dimulai Jumat (2/2/2007) pukul 20.30, berakhir Sabtu pukul 03.00. Kemudian dilanjutkan pemilihan anggota formatur yang berakhir sekitar pukul 22.00.
Suasana haru pun kala itu menyelimuti muktamar. Pendukung Suryadharma Ali langsung menyambut kemenangannya dengan shalawat badar, mengungkapkan kegembiraannya. Bahkan muktamarin yang tadinya mendukung kandidat lainnya juga ikut bergabung larut dalam kegembiraan. Mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat bahkan banyak yang tampak matanya berkaca-kaca berlinag air mata, haru. Kemudian, Ketua Pimpinan Harian Pusat DPP PPP (demisioner) Hasrul Azwar yang memimpin sidang kala itu melanjutkan acara, dan memutuskan Suryadharma Ali sebagai pemenang menjadi Ketua Umum DPP PPP yang baru (2007-2012). Dia menggantikan Hamzah Haz.
Kepengurusan periode kepemimpinannya, SDA didampingi oleh Wakil Ketua Umum Chozin Chumaidy, Irgan Chirul Mahfiz (Sekretaris Jenderal), Suharso Monoarfa (Bendahara), Bachtiar Chamsyah (Ketua Majelis Pertimbangan Pusat), KH Maemoen Zubair (Ketua Majelis Syariah), dan Barlianta Harahap (Ketua Majelis Pakar).
Salah satu hal yang mencerminkan pribadinya yang saleh dan amanah adalah kemauan dan kemampuannya memisahkan urusan kepartaian (selaku Ketua Umum DPP PPP) dan kenegaraan (selaku menteri). Sebagai contoh, ketika kampanye 2009, dia tidak menggunakan mobil dinasnya untuk kepentingan kampanye.
Contoh lain dari cermin kebersahajaannya juga terlihat dari sikapnya memilih lebih patut menyetir mobil dinas sendiri tatkala sebagai Amirul Haj 2010, Suryadharma Ali mengalami keterlambatan sekira sembilan jam saat kembali dari Arab Saudi menuju Tanah Air. Sedianya Menag beserta rombongan tiba di Tanah Air Minggu (21/11/2010) pukul 10.50 WIB, tapi baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 19.50 WIB.
Ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, dia memilih menyetir sendiri mobil dinas B-33-nya selaku Menteri Agama dari Bandara Soekarno-Hatta menuju rumah dinas di kompleks perumahan Widyacandra, Jakarta Selatan. Penyebabnya, dia sangat memahami dan merasa kasihan kepada sopirnya yang sudah menunggu sejak pagi hingga malam. Sehingga dia bersedia mengantikan sebagai sopir. Sumber lain menilai, dia ingin bernostalgia menyetir sendiri bersama istri dan anaknya, apalagi hari libur yang biasanya kendaraan di Jakarta agak sepi. [9]
Sebagai Ketua Umum PPP 2007-2012, dia selalu mengobarkan optimisme kepada para kadernya. SDA meyakinkan seluruh jajaran partai yang dipimpinnya bahwa PPP memiliki kekuatan luar biasa, yaitu tidak ada matinya mesti diintimidasi, dicurangi dan suaranya dirampok di tempat pemungutan suara pada beberapa pemilu sebelumnya. Dia tetap yakin bahwa PPP akan tetap eksis sebagai partai berasas Islam yang berorientasi kebangsaan. (Lebih lanjut baca artikel: PPP Miliki Kekuatan Luar Biasa).
Dia pun mengatakan, PPP, partai berlambang Ka’bah, ingin menjadi besar karena sudah merasakan betapa pedihnya perolehan suara yang merosot pada Pemilu lalu. Untuk itu, ke depan PPP harus menjadi besar dan tak ingin mengalami kekalahan seperti sebelumnya, maka persatuan di kalangan para kader menjadi sangat penting. [10]
Menjelang pemilu 2009, dia menargetkan PPP akan mendapatkan 15% suara. Target yang dimaksudkan untuk mendongkrak optimisme di tengah merosotnya perolehan suara PPP dari tahun ke tahun. Walaupun perolehan suara PPP di pemilu 2009 memang tak seperti ditargetkan, tetapi PPP masih tetap menjadi partai yang diperhitungkan dalam koalisi di parlemen dan pemerintahan.
Ketika Pilpres 2009, SDA, yang menjabat Menteri Koperasi dan UKM, tidak secara otomatis membeo mendukung pasangan incumbent SBY-Boediono sebagai Capres-Cawapres. Kala itu, SDA berani bersikap dan berselisih pendapat dengan Bachtiar Chamsyah (Menteri Sosial, yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PPP) soal dukungan politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kepada Capres-Cawapres. Suryadharma Ali menginginkan PPP mendukung pasangan Megawati-Prabowo, sedangkan Bachtiar Chamsyah menginginkan PPP mendukung duet SBY-Boediono.
Walaupun pada akhirnya dalam perkembangan dinamika politik, PPP secara formal mendukung duet SBY-Boediono dan ternyata menang, tetapi SDA telah dengan tenang memainkan kedalaman manufer politiknya dengan gentle. Dan terbukti, sikap Suryadharma Ali itu tak menghalanginya untuk duduk di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (SBY-Boediono). Bahkan dia dipercaya menjabat Menteri Agama RI (2009-2014), jabatan yang terbilang amat strategis. Dia menjadi Menteri Agama ke-26. (Selengakpnya baca: Sejarah Kementerian Agama).
Keberaniannya adalah cerminan kedalaman visi, jiwa dan kebersahajaannya. Sebab, baginya, jabatan apapun itu adalah amanah. Dia bukan tipe orang yang obsesif dan ambisius.
Banyak orang berpandangan, kepercayaan Presiden SBY kepada SDA untuk menjabat Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, selain karena posisinya sebagai Ketua Umum DPP PPP, juga tidak terlepas dari pribadinya sebagai warga Nahdyiyin dan mantan aktifis PMII yang cukup terbilang plural dalam gagasan-gagasannya. Sehingga dia diharapkan akan mampu mengakomodir dan menjembatani berbagai konflik agama yang seringkali terjadi di negeri tercinta ini. Sebagai Menteri Agama, dia diharapkan bisa lebih plural dan toleran dalam menghadapi berbagai konflik dan kepentingan berbagai agama. [11]
Beberapa saat setelah menjabat Menteri Agama dia pun memantapkan visi Kementerian Agama untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir batin. Visi tersebut dijabarkan dalam lima misi 1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama; 2) Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama; 3) Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan; 4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji; 5) Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. (Selengkapnya baca artikel: Visi-Misi, Tujuan dan Renstra Kemenag).
Walaupun, kemudian sempat muncul kritik dengan ada sedikit kecenderungan ke arah konservatisme ketika dia menjenguk Habib Rizieq dalam tragedi Monas 2008. Dan ketika dia pun tidak setuju dengan pembubaran Front Pembela Islam (FPI). Dia tidak mau terbawa arus. Dia berpendapat bahwa kekerasan yang terjadi di Monas adalah oknum FPI dan kekerasan tersebut merupakan tawuran biasa.
Demikian pula sikapnya tentang Ahmadiyah, juga dikritisi oleh beberapa pihak. Dia antara lain mengatakan Ahmadiyah tidak boleh mengatasnamakan Islam dalam kegiatannya. Suryadharma Ali dalam kapasitas sebagai Menteri Agama menggulirkan opsi untuk membubarkan aliran Ahmadiyah. Dia menilai langkah pembubaran merupakan pilihan terbaik untuk meredam potensi konflik horizontal antarpenganut agama di level akar rumput.
Menurutnya, bisa saja aliran Ahmadiyah dibiarkan, tetapi konflik di masyarakat akan terus terjadi. Sedangkan kalau opsi dibubarkan, maka risiko yang ditanggung akan lebih ringan. Kendati dihujani banyak kritik, dia tetap pada prinsip yang berpatokan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri dan UU No 1 PNPS/1965. SKB itu antara lain menyebutkan bahwa Ahmadiyah harus menghentikan seluruh ajarannya karena bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok agama Islam. [12]
Dalam kasus berbeda tentang isu Negara Islam Indonesia (NII) yang oleh sementara pihak mengait-ngaitkannya dengan Ma’had Al-Zaytun, Suryadharma Ali menunjukkan sikap sebagai seorang pemimpin (Menteri Agama) yang tidak mudah terbawa arus. Setelah mengunjungi Kampus Al-Zaytun, Rabu 11 Mei 2011, dia menegaskan tidak ada kaitannya antara kurikulum Al-Zaytun dengan NII. SDA menegaskan, sangat susah mengaitkan bahwa Al-Zaytun memiliki kaitan dengan paham Islam radikal. Bahkan dia menyebut dari yang pernah dikunjungi, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia maupun di luar negeri, Al-Zaytun yang terbaik. [13]
Walau berbagai pihak yang mengaku mantan NII, Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah anggota DPR RI dari Komisi VIII mengkritik pernyataan Menag Suryadharma Ali bahwa Al-Zaytun tidak ada hubungannya dengan kelompok NII, dia tetap bersikukuh. Dia melihat ajaran agama di Al-Zaytun tetap berpegangan pada Kementerian Agama ditambah muatan lokal. “Al-Zaytun sulit dikaitkan dengan kelompok radikal NII. Kecuali, ada yang bisa membuktikan sebaliknya,” tantang Suryadharma Ali menjawab kritik para anggota DPR dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VIII bersama Menag dan Kepala BNPT di Gedung Dewan, Jakarta, Rabu (18/5/2011). [14]
Suryadharma menuturkan cerita saat dirinya mendatangi Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu pada Rabu 11 Mei 2011. Saat itu, sambutan dan kreativitas ratusan murid Al-Zaytun membuatnya sampai pada kesimpulan tersebut. “Sulit mengaitkan Al-Zaytun dengan NII,” jawab Suryadharma Ali yang duduk berdampingan dengan Kepala BNPT Ansyaad Mbai, di hadapan anggota Komisi Agama tersebut.
Suryadharma mengisahkan saat dia beserta rombongan tiba di Ponpes Al-Zaytun, ratusan murid menyambutnya dengan melambaikan bendera merah putih yang dipegang setiap anak. Diiringi tabuhan rebana khas ponpes Islam, Suryadharma diajak mengelilingi Ponpes yang sangat luas tersebut. Sambil berjalan ditemani langsung oleh Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang, Suryadharma terus dihibur oleh kreativitas murid Al-Zaytun seperti gamelan serta band yang memainkan musik dalam dan luar negeri. Termasuk lagu terkenal asal Spanyol, Besame Mucho. “Bayangkan, lagu Besame Mucho bergema di ponpes Islam, saya takjub,” tambah Suryadharma. (Selengkapnya baca artikel: Al-Zaytun Terbaik).
Suryadharma Ali, sebagai Menteri Agama, memang sangat konsern memperhatikan dan meningkatkan pendidikan. Dia juga sangat ringan langkah mengunjungi pondok pesantren. Kementerian Agama di bawah kepemimpinannya, tampak sangat berkonsentrasi pada bidang pendidikan. Dia ingin merevitalisasi pendidikan agama. Untuk itu, Kemenag antara lain meluncurkan program Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji (Gemmar Mengaji atau GM3); juga program pendidikan anak harapan; dan program pendidikan madrasah gratis. (Selengkapnya baca: GM3, Revitalisasi Pendidikan Agama)
Kepemimpinan Mumpuni
Kepemimpinannya yang mumpuni baik ketika menjabat Menteri Koperasi dan UKM maupun sebagai Menteri Agama dan Ketua Umum DPP PPP, telah menempatkannya pada posisi mendapat dukungan besar dari para elit dan kader PPP di tingkat pusat, wilayah hingga daerah untuk bersedia dipilih kembali menjabat Ketua Umum DPP PPP periode berikutnya.
Berbagai dukungan atas pencalonannya kembali bermunculan sejak adanya wacana mempercepat muktamar yang kemudian dikukuhkan dalam Mukernas III PPP di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (16/4/2011). Percepatan muktamar ini juga memberi konsekuensi mempercepat pemilihan ketua umum dan semua jajaran pengurus partai. Suryadharma Ali, selaku Ketua Umum PPP, tidak keberatan periode kepemimpinannya diperpendek sekitar delapan bulan.
Demi kepentingan partai, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali mendorong dan mendukung percepatan Muktamar PPP delapan bulan lebih awal, dari yang seharusnya (sesuai periode) dilakukan pada Februari 2012, dipercepat menjadi 3-6 Juli 2011 di Bandung. Muktamar VII PPP itu akan diikuti oleh 488 DPC dan 33 DPW PPP se-Indonesia.
Sekretaris Jenderal PPP Irgan Chairul Mahfiz menjelaskan, percepatan tersebut dengan pertimbangan teknis persiapan menjelang Pemilu 2012. Hal mana partai harus menyiapkan pemenuhan syarat verifikasi keikutsertaan dalam pemilu. Hal mana peraturan perundangan yang baru memerintahkan verifikasi partai harus dilakukan maksimal hingga Agustus 2011.
Suryadharma Ali menegaskan maksud percepatan muktamar, agar siapa pun yang memimpin DPP PPP yang terpilih dalam muktamar akan memiliki waktu untuk mempersiapkan Pemilu 2014. Dia menjelaskan kebijakan mempercepat siklus muktamar belajar dari pengalaman muktamar pada 2003 yang hanya setahun sebelum perhelatan pemilu 2004 digelar. “Waktu yang tersedia ternyata terlalu singkat untuk persiapan konsolidasi jelang pemilu,” jelasnya.
Wakil Sekretaris Jenderal PPP Muchammad Romahurmuziy menjelaskan secara teknis percepatan ini sudah sesuai mengingat musyawarah anak cabang, musyawarah wilayah (muswil) sudah selesai digelar. “Kita juga ingin memberi ruang pelaksanaan kaderisasi dengan waktu yang tersisa selama tiga tahun,” kata Romahurmuziy.
Percepatan muktamar yang juga berarti mempercepat pergantian ketua umum itu direspon baik para kader PPP. Beberapa kandidat ketua umum pun mencuat. Namun pantauan Redaksi TokohIndonesia.com menunjukkan Suryadharma Ali masih merupakan calon terkuat. Hal ini juga dibenarkan oleh para tokoh dan kader PPP. Wakil Sekretaris Jenderal PPP Muchammad Romahurmuziy mengatakan kalau melihat suasana kebatinan teman-teman di wilayah, Pak Surya masih menjadi yang terkuat untuk dipilih kembali. [15]
Keunggulan SDA, menurut Romi (sapaan akrab Romahurmuziy), sosoknya sudah matang menjalani kompleksitas perpolitikan di tanah air. Selain menjabat Ketua Umum PPP, dia juga menjabat Menteri Agama saat ini, dan pernah menjabat Menteri Koperasi dan UKM.
Romi menjelaskan argumennya, posisi SDA sebagai Menteri Agama, juga menjadi keunggulan tersendiri. Disebut, beberapa program pemerintah yang diusungnya tentu bersinergi dengan program partai. Menurut Romi, secara langsung atau tidak langsung hasilnya pasti akan dibaca konstituen PPP di lapangan.
Romi memberi contoh yang paling sederhana yakni di dalam Tupoksi Kementerian Agama ada tugas pemberdayaan pendidikan Islam melalui pesantren, majelis taklim, yang itu ada konstituen PPP. “Itu yang dilihat orang dengan adanya Pak Surya di sana, komunikasi untuk program-program itu lebih terbuka. Itu yang dilihat yang kemudian menjadi keuntungan partai dan kader,” ujarnya.
Romi yang juga menjabat Sekretaris Fraksi PPP DPR-RI itu menilai sosok Suryadharma Ali masih menjadi calon terkuat. Sebab, berdasarkan informasi yang dia peroleh, hampir seluruh wilayah memberikan aspirasi masih menghendaki SDA maju kembali sebagai ketua umum. Pertimbangannya, selain hal tersebut di atas, juga karena Suryadharma dianggap sebagai figur yang menonjol, memiliki track record yang baik dan santun, serta kemampuannya membangun komunikasi terhadap basis massa, terutama di pondok pesantren, sangat terlihat.
Pendapat senada dikemukakan Ketua DPP PPP Lukman Hakim Saifuddin. Dia mengatakan, dukungan muktamirin PPP terhadap Ketua Umum Suryadharma Ali untuk kembali maju pada bursa Ketum PPP periode 2011-2015, masih kuat. “Saya melihat, sebagian besar muktamirin PPP masih mendukung Pak SDA, dan berharap Pak SDA maju dan memimpin PPP kembali,” kata Lukman. [16]
Wakil Bendahara Umum DPP PPP Machmud Yunus mengatakan Suryadharma Ali masih yang terbaik pimpin PPP pada lima tahun mendatang. “SDA masih yang terbaiklah, karena bagaimana pun SDA adalah kader terbaik, memiliki dukungan dan menjabat sebagai menteri. Mesin politiknya bekerja dengan baik,” kata Machmud Yunus di Jakarta, di Jakarta, Rabu 18 Mei 2011. [17]
Selain itu, menurut anggota Komisi X DPR RI itu, SDA yang sudah mengantongi dukungan dari 23 Dewan Pimpinan Wilayah itu juga mendapat dukungan dari Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfidz yang selama ini merupakan kubu Bachtiar Chamsyah. Sehingga dia tidak mengkhawatirkan akan munculnya kuda hitam, seperti Muchdi PR, yang menurutnya, akan melakukan berbagai upaya agar bisa maju sebagai calon ketua umum.
Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali sendiri, sebagai kandidat incumbent, merasa optimis dapat kembali memimpin PPP, melihat dukungan suara dari Dewan Pimpinan Wilayah PPP yang terus mengalir untuk dirinya. Banyak DPW yang menyampaikan dukungan bulat kepada SDA. Sebagian dukungan itu dibacakan dan disampaikan secara langsung kepada SDA.
Sebagai contoh, dukungan bulat dari 7 DPW se-Indonesia Timur (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat, dan Maluku), bersama para pengurus Dewan Pimpinan Cabang di tujuh provinsi disampaikan di hadapan Suryadharma Ali di Hotel Grand Clarion Makassar, Senin malam, 23 Mei 2011. Seluruh Ketua DPW tampil bergantian di podium untuk menyampaikan surat dukungan kepada SDA.
Dalam acara tersebut, SDA didampingi oleh tim suksesnya yang mayoritas merupakan Pengurus Pusat PPP, di antaranya Ketua DPP PPP Hasrul Azwar, yang juga bertindak sebagai Ketua Tim Sukses SDA, Wakil Ketua Umum PPP, Chozin Chumaedy, Ketua DPP PPP Emron Pangkapi, Ketua DPP PPP Lukman Hakim Saifuddin, Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfuz, dan Wasekjen PPP Romahurmuziy.
Dukungan bulat juga datang dari DPW dan DPC di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara, yang disampaikan pada Minggu (22/5/2011) di Swissbel Hotel, Menado. Dukungan itu dibacakan secara bergantian oleh Ketua DPW Sulawesi Utara Jakfar Alkatiri, Ketua DPW Gorontalo Muhalim Litty dan Ketua DPW Maluku Utara Ridwan Tjan dengan didampingi ketua dan sekretaris DPC masing-masing.
Sebelumnya 90 DPC se-Sumatera Bagian Utara telah memberi dukungan serupa pada tanggal 6 Mei 2011 di Medan. Hingga akhir Mei 2011, sudah 18 DPW dan 271 DPC yang mendukung SDA dipilih kembali menjadi Ketua Umum. Bahkan sebagian besar DPC meminta perlunya aklamasi penetapan SDA menjabat kembali Ketua Umum, untuk mengawali konsolidasi nasional pada muktamar nanti.
Menanggapi berbagai dukungan tersebut, Suryadharma Ali dengan merendah menyampaikan banyak terima kasih. Sementara, Romahurmuziy, mengatakan memilih Suryadharma Ali kembali memimpin partai adalah pilihan paling rasional. Menurutnya, dalam menghadapi suksesi kepemimpinan nasional 2014, hal yang paling masuk akal bagi PPP adalah memiliki pemimpin yang popularitasnya sudah dikenal luas.
Azas Islam dan Partai Dakwah
Beberapa kali, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menegaskan bahwa pada muktamar yang digelar di Bandung pada 3 hingga 6 Juli 2011, akan tetap meneguhkan bahwa PPP menjadi partai yang memegang Islam sebagai azasnya. “Walaupun demikian, bukan berarti kita akan mendirikan sebuah negara Islam,” kata Suryadharma Ali. (Baca juga artikel terkait: Berazas Islam, PPP Takkan Bentuk Negara Islam).
H. Suryadharma Ali menyatakan bahwa dewasa ini banyak pihak yang menginginkan partai berlambang Kabah yang dipimpinnya itu menanggalkan Islam sebagai asas. Namun dia menegaskan, Islam tetap menjadi pegangan PPP, meski banyak pandangan yang mengingginkan agar PPP menanggalkan Islam sebagai asas partai. Dia menegaskan, partai berlambang Kabah itu tidak akan goyah dengan berbagai pandangan dari pengamat dan lembaga survei yang menyatakan partai yang berasaskan agama tidak akan dipilih dalam Pemilu 2014. [18]
Menurut SDA, pandangan itu adalah sesat. Dia menjelaskan, jika pun terjadi penurunan dalam perolehan suara PPP di Pemilu 2009, hal itu karena para pemimpin partai berwarna hijau tua itu belum mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan.
Legih jauh SDA menjelaskan bahwa dengan sikap konsisten atas asas Islam itu, puluhan kiai dari pimpinan pondok pesantren di Jawa Timur beberapa waktu lalu telah beralih ke PPP dan langkah itu diikuti kiai dari pondok pesantren di Jawa Tengah, Jawa Barat dan provinsi lain.
“Karena itu, SDA menekankan, agar jangan meninggalkan Islam jika ingin berdemokrasi. “Sebab ada yang meninggalkan Islam hanya karena ingin bergaul di tatanan internasional, padahal Islam telah mengatur berbagai perbedaan itu, baik agama, suku bangsa dan seterusnya,” jelasnya.
SDA punya visi bahwa PPP ke depan bisa menjadi partai dakwah yang berperan mengisi kekosongan informasi agama Islam di tengah masyarakat dan bersama menuju kondisi beragama yang lebih baik lagi. Dia menyebut berkembangnya aliran sesat di tengah masyarakat dewasa ini, karena adanya kekosongan informasi mengenai ajaran Islam. “Oleh sebab itu, kita harus bisa mengambil peranan itu dengan menjadi partai dakwah,” jelasnya.
Anomali Politik
Suryadharma Ali mengingatkan jajaran pengurus PPP untuk mewaspadai anomali politik ke depan dan siap menghadapinya dengan konsolidasi serta merapatkan barisan kekuatan seluruh pengurus partai. [19]
Suryadharma Ali mengatakan, konsolidasi partai amat penting dalam menghadapi Pemilu 2014. Namun jika diibaratkan cuaca, keadaan perubahan cuaca yang disebut sebagai anomali bisa terjadi dalam politik. “Cuaca bisa berubah seketika. Ketika diprediksi tak harus hujan, malah bisa terjadi sebaliknya turun hujan, katanya.
Menurutnya, anomali bisa terjadi dalam politik. Anomali politik, yaitu suatu keadaan yang tidak bisa diprediksi, yakni tiba-tiba keluar dari kebiasaan hukum alam. “Hal ini harus diwaspadai oleh para kader partai PPP. Ke depan, yang harus diwaspadai adalah di antaranya pembahasan Undang Undang Politik, yaitu dinaikkannya angka parliamentary treshold (PT),” jelasnya.
Menurut SDA, hal ini dapat mengganggu kelangsungan hidup partai menengah. Dia mengungkapkan, PPP tetap berharap PT 2,5 persen, tapi bisa berlaku secara nasional. “Dengan PT 2,5 persen saja demokrasi sudah tidak bulat. Ada sejumlah suara di parlemen yang tidak terwadahi,” tegas Suryadharma Ali.
Selain adanya keinginan partai besar selain mempertinggi PT juga memperbanyak dapil (daerah pemilihan), menurut SDA, hal itu sebagai strategi partai besar membunuh partai menengah dan kecil. “Ini berarti kembali ke semangat Orde Baru, yang hanya tiga partai. Ujungnya, dapat menyulut disharmoni sosial dan politik karena antipluralisme politik,” katanya.
Menurut SDA, semua itu sama dengan demokrasi tirani atau tirani politik. Sehubungan dengan itu, dia berharap PPP di seluruh jajaran harus melakukan konsolidari internal organisasi, konsolidasi sumber daya manusia dengan memaksimalkan fungsi, tugas dan tanggung jawab sebagai parpol. Dia menegaskan, konsolidasi ideologi dengan menyertakan peran masyarakat amat penting dengan meningkatkan penghayatan terhadap agama dan pembentukan akhlak mulia.
Dalam kaitan dengan akhlak mulia, Suryadharma Ali mengatakan, bahwa busana orang besar adalah pemaaf dan jika ingin menjadi orang besar maafkanlah saudara, tetangga dan kawan. Suryadharma mengatakan, mintalah maaf kepada siapa pun yang mungkin pernah dilukai hatinya, melalui pikiran, perkataan dan perbuatan. [20]
Keluwesan juga menjadi milik Suryadharma Ali dalam membina kehidupan keluarganya. Kendati dia dan isterinya, Dra. Hajjah Wardatul Asriah, yang juga seorang politisi (Anggota DPR-RI) sama-sama sibuk dalam kegiatan kemasyarakatan, organisasi dan jabatan publik kenegaraan, dia selalu berkomitmen menjaga komunikasi dengan isteri dan anak-anaknya. (Selengakpnya baca: Keharmonisan Komunikasi Keluarga Politisi). Tak berlebihan bila dibilang, bahwa keharmonisan keluarga Suryadharma Ali sebagai sebuah potret keluarga politisi (karir, profesional dan modern) yang sakinah. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com