Peraih Double Champion

[ Imelda Wigoena ]
 
0
647
Imelda Wigoena
Imelda Wigoena | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Tidak banyak atlet bulu tangkis yang bisa meraih dua gelar juara sekaligus dalam sebuah kompetisi. Di Indonesia, prestasi itu pernah diraih seorang atlet serba bisa era 70-an, Imelda Wigoena dengan menjuarai ganda putri dan ganda campuran di All England 1979.

Siapa yang tidak mengenal nama-nama pahlawan bulu tangkis di era 70 hingga 90-an seperti Rudi Hartono, Lim Swie King, Icuk Sugiarto, Ivana Lee, Alan/Susi Susanti, Imelda Wigoena, dan lainnya. Mereka mengukir sejarah keemasan bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.

Jika di antara nama di atas ada yang mencatatkan sejarah sebagai peraih juara dunia terbanyak, peraih juara olimpiade pertama, dan lain sebagainya, Imelda Wigoena adalah peraih double champion pertama, yakni ketika menjuarai ganda putri dan ganda campuran di All England 1979. Di samping itu, dia juga mencatatkan sejarah sebagai salah seorang dari Tim Uber Indonesia tahun 1975 yang berhasil mempersembahkan Piala Uber pertama kalinya untuk Indonesia.

Selain prestasi bersejarah itu, puluhan prestasi lainnya juga pernah diraih putri dari Teguh Wigoena/Tan Tjin Nio ini. Imelda yang rata-rata bermain di nomor ganda itu dalam meraih berbagai prestasinya tersebut pernah berpasangan dengan Theresia Widiastuti, Verawaty Fajrin, Rosiana Tendean, dan Christian Hadinata.

Contohnya, ketika meraih double champion pada All England 1979, juara ganda putri diraihnya bersama Verawaty Fajrin, dan ganda campuran dimenangkannya bersama Christian Hadinata.

Di ganda putri, dia juga meraih juara Belanda Terbuka 1977, juara Denmark Terbuka 1977-1978, medali emas Asian Games 1978, juara Kanada Terbuka 1979, dan finalis Kejuaraan Dunia 1980 yang berpasangan dengan Verawaty Fajrin.

Sedangkan ketika meraih juara Denmark Terbuka tahun 1974-1975, juara Skotlandia Terbuka 1975, dan menjadi finalis pada All England Tahun 1975, dia berpasangan dengan Theresia Widiastuti. Kemudian, berpasangan dengan Rosiana Tendean ketika meraih medali Emas Sea Games Tahun 1985.

Imelda Wigoena berpasangan dengan Christian Hadinata di ganda campuran, selain ketika menjuarai ganda campuran All England 1979, mereka juga berpasangan ketika menjadi juara Kanada Terbuka 1979, juara pada Kejuaraan Dunia 1980, finalis pada All England 1980, finalis pada All England 1981, dan merebut 3 medali emas pada Sea Games 1985.

Ketika Piala Uber 1975 di Jakarta, Tim Uber Indonesia yang terdiri dari Imelda Wigoena, Theresia Widiastuti, Utami Dewi, Tati Sumirah, Minarni Soedaryanto, dan Regina Masli, berhasil mengalahkan Tim Uber Jepang dengan skor 5-2 di final. Ketika itu, Imelda yang berpasangan dengan Theresia Widiastuti berhasil menyumbangkan dua angka kemenangan dengan menundukkan pasangan Hiroe Yuki/M. Ikeda dan pasangan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa.

Imelda Wiguna kemudian mengundurkan diri dari pentas bulutangkis pada tahun 1986. Setelah mengundurkan diri, istri dari Ferry H Kurniawan ini sempat menjadi karyawan sebuah bank. Namun setelah itu, hidupnya lagi-lagi kembali ke bulutangkis. Dia kembali aktif sebagai pemandu bakat di PB PBSI (Pengurus Besar Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia). Dia juga aktif dalam pembinaan klub Jaya Raya.

Advertisement

Imelda Wiguna mengundurkan diri dari pentas bulutangkis pada tahun 1986. Setelah mengundurkan diri, istri dari Ferry H Kurniawan ini sempat menjadi karyawan sebuah bank. Namun setelah itu, hidupnya lagi-lagi kembali ke bulutangkis.

Imelda Wigoena memang tidak bisa jauh-jauh dari dunia bulutangkis. Imelda mengenang bahwa dia sebenarnya tidak berencana untuk serius menekuni olahraga bulu tangkis. Dia mengaku, bulu tangkis sudah dikenalnya sejak duduk di bangku SMP, namun dia tidak pernah berpikir sebelumnya akan menjadi pebulu tangkis terkenal.

Saking tidak adanya bayangan bakal mendunia, dia sempat berhenti dari  bulu tangkis setelah lulus SMA. Padahal, dia sebelumnya sudah sering berprestasi dalam event tingkat Porda, Popsi, atau kejuaraan pelajar lainnya. Keinginannya saat itu melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. “Saya ingin masuk IPB atau ITB, tapi ternyata tidak lulus, makanya saya sempat menganggur,” ujarnya kepada IndoPos.

Imelda akhirnya memutuskan kembali ke bulu tangkis setelah ada pengurus Pengda PBSI Jabar melihat kepiawaiannya bermain bulu tangkis dan memintanya main untuk Provinsi Jawa Barat. “Orang itu ketemu saya juga secara tidak sengaja. Tiba-tiba saja ditawari, bisa main bulu tangkis tidak? Tanya orang itu, saya bilang bisa. Dari perkenalan singkat di jalan itu, saya dibina di Jabar, dan memperkuat provinsi tersebut,” kenang Imelda.

Di sana, kemampuan Imelda terus diasah. Sehingga ketika membela PON, Imelda langsung menyumbangkan emas bagi Jabar. Usai meraih emas PON, dia langsung menuju Pelatnas di Cipayung pada Oktober 1973. Hanya 15 bulan digodok di pelatnas, Imelda langsung bikin kejutan di Asian Games Teheran 1974 dengan prestasinya masuk ke putaran final.

Tahun kedua di Pelatnas, Imelda yang berpasangan dengan Theresia Widiastuti langsung menjadi yang terbaik pada Denmark Terbuka dan Scotlandia Terbuka dengan meraih gelar juara pada dua kejuaraan tersebut.

Tahun 1975, pada perebutan Piala Uber yang kebetulan diselenggarakan di Indonesia, Imelda dan anggota tim lainnya juga berhasil menyumbangkan gelar juara pertama kalinya untuk Indonesia. “Pada 1975 kami meraih Piala Uber. Prestasi itu menjadi salah satu momen yang sangat berkesan buat saya. karena piala itu pertama kali ditorehkan untuk bangsa Indonesia,” ucapnya.

Dengan beberapa alasan dan pertimbangan, di penghujung tahun 1975, Imelda sempat mengundurkan diri dari Pelatnas. Tapi tahun berikutnya dia kembali bergabung.

Banyak pengalaman yang dikenangnya selama membela Indonesia di ajang bulu tangkis. Namun semangat dan pintar bersyukur kepada Sang Khalik diakuinya menjadi salah satu modal keberhasilannya. “Apa pun hasilnya, saya syukuri. Kalau kalah, saya menangis, tapi tetap bersyukur. Karena dengan bulu tangkis, saya bisa kenal banyak orang, dan tahu negara lain,” ujarnya.

Menjadi Pelayan Tuhan

Ketika masih sibuk meraih medali untuk Indonesia, perempuan penganut Kristen Protestan ini mengaku sudah mulai tertarik dan ingin terjun langsung dalam aktivitas kerohanian. Ketika itu, Imelda mengaku sudah rajin bergabung dengan salah satu yayasan untuk memperdalam pemahaman Alkitab-nya. Setelah bertekun beberapa waktu lamanya, dia akhirnya dinobatkan menjadi seorang evangelist atau pemberita Injil.

Ketertarikannya untuk menekuni kerohanian menurut pengakuannya sudah ada sejak tahun 1976-an. Tapi karena kesibukannya sebagai pebulutangkis, dia masih jarang mengikuti kegiatan gereja dan pendalaman Alkitab. Saat itu, Imelda masih sebatas memberitakan Injil pada keluarga terdekat saja.

Namun setelah pensiun dari dunia bulutangkis dan kesibukan-kesibukan yang mulai berkurang, Cik Im, begitu Imelda biasa dipanggil, mengaku punya kesempatan yang lebih banyak untuk mengikuti kegiatan kerohanian dan bisa menempatkan kegiatan itu sebagai prioritas utama. Imelda mengaku, kadang dalam satu hari bisa ada dua undangan yang datang kepadanya untuk berkhotbah. Bahkan, dia mengaku kadang mendapat panggilan juga untuk memberitakan Injil kepada umat Katolik.

Perjalanan hidup jemaat GKI Panglima Polim ini rupanya tidak selalu mulus. Usaha keluarga yang dibangun bersama suami mengalami kebangkrutan. Kondisi makin parah setelah uang dibawa kabur orang, mobil disita, bahkan rumah pun hampir hilang. Imelda bahkan sempat kecewa karena teman, saudara seiman bahkan orang dekatnya malah menjauhi dan memfitnah mereka. Kehidupan yang dijalani Imelda terasa berat. “Tuhan ada dimana?” tanya dia saat itu sebagaimana dikutip dari Tabloid Reformata. Selama kurang lebih 12 tahun, Imelda bersama suaminya melewati dengan tabah semua tantangan dan rintangan. Setelah melewati semua cobaan itu, Imelda berkata, “Tuhan baik. Dia membela saya. Persoalanku bisa terselesaikan, karakterku diubahkan, itu mukjizat-Nya yang memulihkanku. Ternyata benar, sabar dan berdoa, itu sikap yang tepat untuk menghadapi kesulitan”.

Imelda juga sangat bersyukur kalau pengalaman hidupnya bisa menjadi berkat untuk banyak orang. “Apalagi yang kita kejar, tinggal mengisi hari-hari dengan bijak. Apa yang bisa saya lakukan selagi saya masih bisa berdiri dan bergerak, yang jelas tidak merugikan orang lain, dan tidak menyakiti hati Tuhan,” katanya. Bio TokohIndonesia.com | cid, red

Data Singkat
Imelda Wigoena, Atlet Bulu Tangkis / Peraih Double Champion | Ensiklopedi | Bulu Tangkis, Juara, atlet, olahragawan, uber

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here