Politisi Lintas Profesi

Aziz Syamsuddin
0
1008
Lama Membaca: 34 menit

07 | Aziz di Mata Humprey

Aziz Syamsuddin
Aziz Syamsuddin | Tokoh.ID

Cerdas, Enerjik dan Berpikiran Progresif. Humphrey R. Djemat, Chairman Kantor Advokat Gani Djemat & Partners (GDP), menganggap Aziz Syamsuddin seperti adik sendiri. Dia sangat paham apa dan siapa Aziz. Maklum saja. Selama hampir sepuluh tahun, mereka saling bekerja sama dalam mengembangkan GDP.

Humphrey membenarkan bahwa Aziz pernah dinobatkan oleh Gani Djemat sebagai advokat terbaik di kantor GDP. Penghargaan itu diberikan kepada Aziz dengan sejumlah parameter: loyalitas, prestasi kerja, dedikasi, dan performa termasuk penilaian dari para klien GDP yang kasusnya ditangani oleh Aziz.

Sewaktu Aziz diterima sebagai magang dan lawyer GDP –saat itu masih dipimpin Almarhum Gani Djemat (ayahanda Humphrey)— Humphrey sudah melihat bahwa anak muda itu memiliki potensi sangat besar. Namun secara struktural, Aziz belum dilibatkan jauh mengingat masih banyak advokat senior di GDP.

Begitu tongkat pimpinan GDP diserahkan Gani Djemat kepadanya, pada 1998, Humphrey langsung melakukan restrukturisasi GDP. Advokat-advokat muda dia berdayakan, tidak terkecuali energi besar yang dimiliki Aziz dia akomodasi dalam rangka pengembangan GDP.

Aziz dia tunjuk sebagai Kepala Divisi Litigasi GDP. Posisi Aziz terus menanjak sampai akhirnya dipercaya sebagai managing partner (orang kedua di GDP setelah dirinya selaku chairman).
Menurut Humphrey yang juga Ketua DPC AAI (Asosiasi Advokat Indonesia) DKI Jakarta ini, banyak hal yang menonjol pada sosok Aziz Syamsuddin.

“Orangnya sangat bertanggung jawab pada pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan kantor kepadanya. Tanpa banyak bicara, dia langsung menangani sendiri kasus-kasus yang diserahkan kepadanya dan menyelesaikannya dalam waktu singkat. Gambaran itu menonjol sekali pada kinerja Aziz,” ujar Humphrey.

Aziz tidak pernah, misalnya, sedikit-sedikit berkeluh kesah kepada Humphrey menyangkut berbagai hambatan yang dihadapinya dalam menangani kasus yang dibebankan kepadanya.

Apalagi, sampai meminta Humphrey selaku pimpinan agar juga terlibat langsung pada penanganan kasus tersebut. Aziz biasanya baru menghadapnya saat melaporkan bahwa tugasnya telah diselesaikan.

Dia melihat, Aziz adalah tipe pekerja yang sangat menghargai kemampuan diri yang dimilikinya. Pribadi yang responsif dan energetik dalam menyelesaikan setiap tugas yang dibebankan kepadanya, atau bila diberikan tugas pasti akan cepat diselesaikan, adalah karakter Aziz yang menonjol di mata Humphrey.

Humphrey secara jujur mengakui, peran Aziz sangat membantu dalam meringankan beban tugas Humphrey selaku pimpinan kantor GDP. Jika diberi tugas, Aziz tidak banyak bicara tapi langsung melaksanakan dan menyelesaikan tugas tersebut dengan baik dan memuaskan. Banyak persoalan hukum klien dapat ditangani Aziz dengan sangat baik.

Advertisement

Sosok Progresif
Seperti halnya Humphrey, Aziz sudah aktif di organisasi advokat (AAI) sejak lama. Mereka berdua mempunyai kesamaan visi dan misi mengenai peranan advokat dan organisasi advokat ke depan, termasuk kiprah AAI yang ideal.

Terkait pencalonan dirinya sebagai kandidat Ketua Umum DPP AAI Periode 2005-2010, dalam Munas AAI di Denpasar, Bali, September 2005, Humphrey mengaku sevisi dengan Aziz: Perubahan pada jati diri dan kualitas advokat melalui jalur organisasi advokat.

Dalam hal pengembangan organisasi AAI sendiri, Humphrey menilai Aziz sosok advokat muda yang berpikiran maju dan progresif. Ada kesamaan pandangan di antara mereka berdua tentang profil ideal AAI ke depan. Misalnya, kiprah AAI yang tidak hanya bersifat internal tapi juga harus berfungsi eksternal dalam konteks penegakan supremasi hukum, baik dengan masyarakat luas (pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat dan peningkatan pengetahuan hukum masyarakat) maupun dengan aparat penegak hukum lainnya, dengan cara tukar-menukar informasi yang berkaitan dengan kode etik profesi.

Bahkan, peranan ekternal itu juga harus diwujudkan melalui jalinan-jalinan sinergis dengan pihak-pihak pengambil kebijakan di tingkat nasional. Dengan kalangan legislatif (DPR-RI), misalnya.

Terkait dengan hal ini, akunya, Aziz pernah mengintrodusir bahwa ada banyak produk perundang-undangan terkait penegakan su-premasi hukum, yang sedang diba-has oleh DPR (khususnya Komisi III) bersama-sama pihak pemerin-tah, membutuhkan masukan kons-truktif dari kalangan advokat, melalui organisasi advokat.

Peluang itu mesti dimanfaatkan oleh AAI sebagai wujud aktualisasi dari kepedulian profesi advokat pada proses pembangunan nasio-nal, khususnya pembangunan bidang hukum. Fungsi ekternal seperti itu sekaligus akan memper-kuat eksistensi dan posisi AAI sebagai sebuah organisasi advokat.

Belum lama ini, setelah berkoordinasi dengan Aziz Syamsuddin selaku anggota Komisi III DPR, sebagai wujud perlindungan konkret pada profesi advokat, pada 29 Juli 2005, Humphrey bersama tim dari DPC AAI DKI Jakarta beraudiensi dengan Komisi III DPR guna mengajukan legislative review atas putusan Mahkamah Konstitusi menghapuskan Pasal 31 Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

Dalam hemat DPC AAI DKI Jakarta, putusan itu telah menyebabkan hilangnya batas perlindungan bagi profesi advokat dan karenanya perlu dilakukan revisi atas Pasal 31 tersebut.

Legislative review adalah pengujian oleh DPR terhadap UU atau materi UU yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945 serta UU lainnya atau dianggap sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman.

“Seluruh advokat di seluruh Indonesia mesti bersatu untuk mendukung dilakukannya legislative review atas Pasal 31 karena ini sangat berguna untuk melindungi kepentingan profesi advokat di masa depan,” jelas Humphrey di hadapan Komisi III DPR.

Dalam kapasitas anggota Komisi III, Aziz berjanji akan meneruskan aspirasi dari kalangan advokat yang dipelopori oleh DPC AAI DKI Jakarta itu ke Badan Legislasi DPR untuk dilakukan legislative review.

Masalah alih kepemimpinan di organisasi, Humphrey juga sependapat dengan Aziz. Menurutnya, seorang pemimpin yang baik harus paham di mana batasan peranannya dan tahu persis kapan harus berhenti/mundur serta menyerahkan tongkat estafet kepada generasi muda. Dia menunjuk sikap Gani Djemat saat memberikan kesempatan kepada dirinya untuk memimpin GDP. e-ti/af

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments