Politisi Lintas Profesi

[ Aziz Syamsuddin ]
 
0
870

02 | Loyalis Partai Golkar Sejati

Aziz Syamsuddin
Aziz Syamsuddin | Tokoh.ID

Memberikan komitmen total pada partai merupakan jati diri Aziz Syamsuddin dalam melakoni politik praktis. Baginya, mencurahkan segenap energi (pikiran, waktu, dan bahkan hal-hal yang bersifat materi) sebagai wujud loyalitas dan dedikasi kepada Partai Golkar merupakan satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi (conditio sine qua none).

Ikatan emosionalnya pada partai berlambang Pohon Beringin ini telah terbentuk sejak dirinya masih memakai seragam putih abu-abu.

Sejak dia untuk pertama kalinya memiliki hak pilih, waktu pelajar SMA, pilihan politiknya pasti diberikan kepada Partai Golkar.

Bahkan, dia selalu nimbrung dan menceburkan diri ke dalam lautan massa yang menghadiri forum-forum kampanye Pemilu yang digelar Partai Golkar.

Menurutnya, sikap itu sangat berkaitan dengan keyakinan dan ideologi. Keyakinannya pada garis politik yang dianut partai yang memperoleh dukungan suara terbesar pada Pemilu Legislatif 2004 itu semakin menguat dari waktu ke waktu.

Keberadaannya sekarang sebagai anggota DPR-RI setelah terpilih dalam Pemilu 2004 adalah simbol dari kristalisasi sikap politik, yang sudah tertanam dan terbangun sejak lama.

Bahkan, dia menganalogikan keteguhan pilihan politiknya dan loyalitasnya kepada Golkar dengan keyakinannya pada Islam, agama yang dia anut.

“Mau Golkar hancur, nggak ada urusan! Karena saya sangat meyakini dan menjiwai segenap visi dan misi Partai Golkar terhadap NKRI,” tandas Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar Provinsi Lampung ini, memberikan argumen.

Keyakinan Aziz pada partai politik yang kini dipimpin H.M. Jusuf Kalla (saat ini menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia) itu agaknya memang sulit untuk digoyahkan.

Begitu terpakunya dia pada pendirian tersebut, sampai-sampai menjelang pagelaran Pemilu 2004 lalu, sebuah tawaran posisi strategis sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) di salah satu partai politik dia tampik. Dia mengaku tidak harus berpikir terlalu lama untuk menolak jabatan yang sangat prestisius itu.

Advertisement

Akan tetapi, di balik keteguhan hati tersebut, dia tetap memaknai loyalitas dan sikap politisnya itu secara bersahaja. Tanpa dilatarbelakangi oleh ambisi yang mengebu-gebu hanya demi mendapatkan posisi di kepengurusan pusat partai.

Sebab, partainya memiliki mekanisme tersendiri yang komprehensif dalam proses rekruitmen kader, apalagi untuk posisi pengurus pusat.

Karena itu, tidak menjadi soal apabila dia hanya menjadi anggota biasa –bukan pengurus— asalkan dia tetap bisa menyumbangkan sesuatu yang berarti bagi bangsa, negara, dan rakyat Indonesia melalui panji-panji Partai Golkar.

Singkatnya, pilihan politik itu selain berkenaan dengan prinsip dan keyakinan diri juga karena ada dorongan untuk memberikan sumbangan peran yang berarti bagi nusa dan bangsa.

Bukan hanya persoalan ideologis, tapi faktor rasionalitas juga melatarbelakangi pilihannya. Secara realistis, dia memandang Partai Golkar sudah sangat well-organized dalam hal struktur manajemen organisasinya, sistemnya, keluasan jaringannya, dan kejelasan basis massa (grass-root)-nya. Pada partai ini, dia juga melihat terdapat berbagai aturan main atau koridor politik yang jelas dan diberlakukan secara konsisten.

Sebagai generasi muda, pria muda yang pernah aktif di Badan Bantuan Hukum, HAM, dan Lingkungan Hidup DPP Partai Golkar itu merasa terpanggil untuk berkiprah secara konkret.

Dia menginginkan, segenap langkahnya dapat menjadikan Partai Golkar sebagai motor penggerak bagi kehidupan bangsa menuju rakyat yang adil dan makmur, berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, yang dicerminkan oleh pembangunan hukum.

Sejauh pengalamannya berkiprah di partai, anggota Departemen Hukum Lembaga Pemenangan Pemilu Partai Golkar ini belum pernah merasa didzalimi secara politis oleh rekan sesama kader partai.

Mengapa bisa demikian? Hal itu, menurutnya, tak lepas dari bagaimana seseorang mampu menempatkan diri di mana pun berada. “We should be hamble,” tegasnya.

Satu hal yang lebih mendasar lagi, lanjut Sekretaris Koordinator Hubwil Sumatera Fraksi Partai Golkar di DPR-RI ini, dirinya tidak pernah berniat untuk mendzalimi secara politis orang lain.

Sebab, apabila seseorang berbuat jahat kepada orang lain, maka orang tadi cenderung akan memberikan reaksi tak jauh berbeda. e-ti/af

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here