Tegar Sampai Akhir

Endang Rahayu Sedyaningsih
 
0
311
Endang Rahayu Sedyaningsih
Endang Rahayu Sedyaningsih | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Selama hidupnya, doktor kesehatan masyarakat lulusan Harvard University ini fokus di dunia penelitian dan pelayanan kesehatan masyarakat. Karirnya kemudian mencapai puncak dengan menjadi Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu II. Ia tetap tegar menjalankan tugasnya meski harus bertarung dengan penyakit kanker paru-paru stadium lanjut yang akhirnya merenggut nyawanya pada 2 Mei 2012.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada kabinet Indonesia Bersatu jilid II, perempuan kelahiran 1 Februari 1955 ini menjadi bawahan Menteri Kesehatan sebelumnya, Siti Fadilah Supari. Saat itu, Endang yang dipercaya sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI sedang mendapat sorotan. Ia disebut-sebut terkait dengan keberadaan Laboratorium Namru II (The US Naval Medical Reseach Unit Two) atau Unit 2 Pelayanan Medis Angkatan Laut AS yang beroperasi di Indonesia. Bahkan Endang juga pernah terlibat konflik dengan Siti Fadilah Supari, bermula dari persoalan virus H5N1 yang kemudian membuat Endang dimutasi kala itu.

Meski sempat diwarnai pro dan kontra tentang kasus itu, jalan Endang menjadi orang nomor satu di Departemen Kesehatan sungguh tidak terduga. Ia secara mengejutkan terpilih menjadi Menteri Kesehatan – setelah menjalani tes di hari yang sama saat pengumuman menteri – menyingkirkan kandidat kuat saat itu, Nila Djuwita F Moeloek yang sudah mengikuti fit and proper test oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelum mencapai puncak karirnya, perempuan berambut pendek ini banyak berkutat di dunia penelitian dan pelayanan kesehatan masyarakat. Ia menamatkan pendidikan sarjana pada tahun 1979 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian, dia melanjutkan sekolah hingga meraih gelar magister dan doktor dari Harvard School of Public Health.

Endang memulai karirnya sebagai dokter di Rumah Sakit Pertamina Jakarta pada tahun 1979. Setahun kemudian, dia bekerja di daerah terpencil sebagai Kepala Puskesmas Waipare di Nusa Tenggara Timur selama tiga tahun. Sepulang dari NTT pada tahun 1983, Endang bekerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta. Setelah belasan tahun mengabdi di Dinkes, Endang bergabung dengan Badan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Lebih dari satu dekade, dia bekerja di sana. Pada tahun 2001, dia bekerja pada Kantor Pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss selama enam bulan.

Pada tahun 2007, Endang diangkat menjadi Direktur Pusat Penelitian Biomedis dan Program Pengembangan, NIHRD. Kemudian pada 22 Oktober 2009, ia diangkat menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid Dua.

Meski belum genap tiga tahun bertugas, Endang telah menorehkan sejumlah terobosan dan kebijakan. Salah satunya adalah pembangunan RS Pratama beranggaran Rp 1 triliun yang khusus melayani pasien jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Selain itu, Endang berhasil memberlakukan Jampersal (jaminan persalinan) yang membuat ibu melahirkan dari keluarga tak mampu bisa bersalin gratis dengan imbalan mau ikut KB.

Setelah setahun menjalankan tugasnya sebagai menteri kesehatan, Endang harus berjuang melawan kanker paru-paru yang dideteksi sejak Oktober 2010. Dalam jumpa pers, tahun 2011, Endang mengaku, penyakit ini tidak terdeteksi saat cek kesehatan calon anggota Kabinet Indonesia Bersatu II. Satu tahun setelah uji kesehatan itu, Endang kembali melakukan medical check up. Hasilnya, terdeteksi ada kanker di paru-parunya. Endang sempat berobat ke luar negeri, yaitu ke Kota Guangzhou, China, pada Oktober hingga November 2010. Pengobatan yang selama ini telah dijalani oleh Endang antara lain radiasi lokal dan bedah beku, tujuannya untuk mengobati kanker secara lokal serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Sejak jumpa pers mengenai penyakitnya itu, ibu dua putra dan satu putri ini kembali menjalani rutinitasnya sebagai menteri seperti biasa. Namun pada 17 April 2012, Endang dikabarkan cuti untuk menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian mengabulkan pengunduran diri Endang pada Kamis 26 April 2012. Setelah melalui berbagai upaya pengobatan, Endang akhirnya menghembuskan nafas terakhir pukul 11.41 WIB, Rabu 2 Mei 2012, didampingi suami dan keluarganya. Jenazah disemayamkan di Kantor Kemenkes Jakarta dan dikebumikan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat (03/05/2012).

Salah seorang sahabatnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, menyatakan dukacita yang mendalam atas wafatnya Endang. “Beliau adalah sahabat saya yang baik dan sabar. Kami sama-sama penderita kanker, dan saling mengingatkan akan penyakit tersebut,” kata Linda kepada pers usai membuka acara peluncuran Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) di Jakarta, 2 Mei 2012.

Menko Kesra Agung Laksono juga mengatakan turun berduka cita sedalam-dalamnya, atas kepergian perempuan yang dinilainya tegar dan rendah hati itu. Menurut Agung, Menkes Endang adalah sosok yang sangat peduli dengan berbagai hal. Terutama pada korban bencana, korban bom, dan pasien penyakit lainnya. “Dia langsung turun tangan dan membantu,” ungkapnya.

Advertisement

Meski belum genap tiga tahun bertugas, Endang telah menorehkan sejumlah terobosan dan kebijakan. Salah satunya adalah pembangunan RS Pratama beranggaran Rp 1 triliun yang khusus melayani pasien jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Selain itu, Endang berhasil memberlakukan Jampersal (jaminan persalinan) yang membuat ibu melahirkan dari keluarga tak mampu bisa bersalin gratis dengan imbalan mau ikut KB. Endang juga mewajibkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah, melarang iklan dan tenaga medis menyebarkan pemberian susu formula, dan mewajibkan perkantoran untuk membuat ruang menyusui.

Upaya-upaya untuk melawan wabah flu burung juga terus dilakukan. Tenaga medis baik di rumah sakit, bandara maupun pelabuhan dilatih untuk bisa menangani kasus flu burung. Rumah sakit utama di daerah kini juga sudah memiliki ruang isolasi flu burung. cid, red | Bio TokohIndonesia.com

Data Singkat
Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2012) / Tegar Sampai Akhir | Ensiklopedi | Menteri, dokter, peneliti, kanker paru, dinkes, flu burung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini