Wartawan Legendaris Indonesia
Rosihan Anwar
[ENSIKLOPEDI] OBITUARI | H Rosihan Anwar, Sang Wartawan Legendaris Indonesia, meninggal dunia dalam usia 89 tahun pada pukul 08.15 WIB Kamis, 14 April 2011 di Rumah Sakit MMC Jakarta. Wartawan lima zaman kelahiran Sumatera Barat, 10 Mei 1922, itu telah menulis sejak zaman penjajahan Belanda hingga akhir hayatnya. Di usia senjanya (80-an tahun), dia masih aktif menulis di berbagai media massa dan menulis buku. Bukunya yang terakhir adalah Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jilid IV (Penerbit Buku Kompas, November 2010). Bahkan pada detik dan hari akhir hayatnya dia sedang merampungkan memoar kehidupan cintanya dengan sang isteri tercinta dengan judul Belahan Jiwa, Memoar Rosihan Anwar dengan Siti Zuraida.
Rosihan Anwar masuk Ruang Gawat Darurat RS MMC Jakarta sejak Senin (7/3/2011) karena gangguan serangan jantung. Wartawan lima zaman, dari zaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi, itu sebelumnya menjalani operasi bedah (by pass) jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka Jalan Surabaya No.13, Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pukul 16.00 WIB Kamis, 14 April 2011.
–Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono turut melayat dan memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum Rosihan Anwar di rumah duka di Jalan Surabaya Nomor 13, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/4/2011).
Presiden mengatakan, Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh bangsa yang patut dicontoh. Presiden menyebut Rosihan sebagai wartawan segala zaman sekaligus pelaku sejarah. Pada kesempatan tersebut, Presiden berharap ada Rosihan-Rosihan muda yang muncul di Indonesia, yang mempu memajukan dunia pers, seni, budaya, dan film.Seusai melayat, Presiden, kepada para wartawan, mengaku terkesan dengan sosok Rosihan, wartawan sekaligus penulis “Saya masih ingat ketika beberapa kali berdialog. Terakhir saya berdialog dengan beliau di Istana Negara. Beliau menyampaikan pandangan kritisnya dengan penuh tanggung jawab dan niat yang baik,” kata Presiden.
Presiden mengatakan, Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh bangsa yang patut dicontoh. Presiden menyebut Rosihan sebagai wartawan segala zaman sekaligus pelaku sejarah. Pada kesempatan tersebut, Presiden berharap ada Rosihan-Rosihan muda yang muncul di Indonesia, yang mempu memajukan dunia pers, seni, budaya, dan film.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang melayat bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono pukul 14.00 WIB menyatakan rasa salut dengan sikap kritis yang ditunjukkan wartawan senior tersebut. Menurut Presiden, kekritisan Rosihan tidak pernah lekang oleh waktu. Menurut Presiden, dilihat dari perjalanan hidupnya, Rosihan selalu kritis mengalami pasang surutnya sejarah sebagai pelaku, baik pada zaman penjajahan, era Presiden Soekarno, era Presiden Soeharto, hingga era reformasi.
“Beberapa kali terhadap saya beliau juga kritis. Tapi kami bersahabat dan saya masih ingat ketika dalam beberapa dialog beliau hadir yang terakhir kali di Istana Negara, beliau menyampaikan pandangan-pandangan yang kritis tapi juga penuh tanggungjawab dan niat baik,” kenang Presiden. Maka, Presiden menilai, dengan meninggalnya Rosihan Anwar, bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh besar, yang bukan hanya dikenal sebagai wartawan senior saja. “Kita telah kehilangan tokoh segala zaman Bung Rosihan Anwar. Kita kenal beliau bukan hanya sekadar wartawan tapi juga sastrawan, budayawan dan juga tokoh film,” kata Presiden. Presiden berharap, semoga di negeri ini muncul Rosihan Anwar Rosihan Anwar yang baru, jadi tokoh besar yang memajukan, baik dunia media massa, dunia seni dan budaya, dunia perfilman, dan dunia sastra.
Wakil Presiden Boediono menyebut Rosihan Anwar adalah seorang saksi sejarah Indonesia yang sejumlah karyanya sangat berguna bagi generasi muda mendatang. “Beliau adalah saksi sejarah Indonesia dan memiliki penuh karya yang mendokumentasikan sejarah perjalanan bangsa ini yang sangat berguna bagi generasi mendatang,” kata Wapres Boediono kepada pers, saat melayat di rumah duka. Dua minggu sebelumnya Wapres Boediono sempat menjenguk Rosihan di Rumah Sakit Harapan Kita usai menjalani operasi jantung. Menurut Boediono, kondisinya saat itu terlihat bugar. “Semangatnya begitu tinggi, wajahnya begitu ceria saya sangat bahagia melihat beliau seperti itu,” kata Wapres.
Mantan Menteri Penerangan era Orde Baru Harmoko yang juga datang melayat menyebut Rosihan Anwar seorang wartawan yang menjadi benteng terakhir kebebasan pers. “Lama-lama benteng kebebasan pers tidak ada,” kata Harmoko yang tampak berduka. Sebab menurut Harmoko, sangat sulit menemukan tokoh pers seperti Rosihan. “Almarhum dikenal pandai menulis tema apa saja. Dari tema politik, hingga dunia hiburan. Beliau ini pejuang dan seorang wartawan yang generalis. Pernah jadi wartawan perang, pernah jadi wartawan film,” kata mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu.
Sementara, mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab mengatakan kita kehilangan tokoh besar pers nasional. Dia menyebut Rosihan Anwar seorang wartawan yang berani menyuarakan kebenaran dan mempunyai pendirian teguh walaupun di tengah ancaman. “Walau dinamika politik terus berubah, beliau selalu berada di garis depan dalam menyuarakan kebenaran,” kata Alwi Shihab saat melayat di rumah duka. Alwi menyebut Rosihan adalah sosok wartawan yang produktif dan menjunjung tinggi idealisme. “Dia terus berkarya meski usianya sudah lanjut. Generasi muda harus belajar banyak dari beliau dan membaca tulisan-tulisan beliau,” kata Alwi.
Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi Komisi Yudisial Suparman Marzuki mengatakan Indonesia kehilangan Rosihan, seperti kehilangan dokumen hidup, karena Rosihan menjadi saksi sejarah bangsa selama ini. “Kita kehilangan seorang jurnalis sejati. Yang memegang teguh prinsip-prinsip pers. Beliau itu dokumen hidup,” ujar Suparman Marzuki kepada pers di Gedung Komisi Yudisial, Jakarta Pusat, Kamis (14/04/2011).
Tokoh pendidikan Arief Rahman menyebut Rosihan memiliki sosok sebagai guru dan pendidik bangsa ini. Di mata Arief, Rosihan sangat mencermati masalah nilai-nilai budaya dan demokratisasi, dimana kebebasan berekspresi dijamin dengan baik oleh negara. “Tidak hanya itu, Rosihan Anwar sangat sabar dalam menghadapi tantangan, tidak bermuka dua dan plin-plan dalam menegakan prinsipnya,” kata Arief saat melayat ke rumah duka Kamis.
Ketua Dewan Pers periode 2000-2003, Atmakusumah Astraatmadja menyebut Rosihan Anwar seorang tokoh yang tak kenal kompromi untuk memperjuangkan kebebasan berekspresi dan kemerdekaan pers nasional. “Mari kita tundukkan kepala sejenak untuk menghormati jasa Pak Ros, terutama dalam memperjuangkan kebebasan pers di negeri ini,” katanya kepada peserta Lokakarya Jurnaslitik Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)-Dewan Pers dan Kedutaan Norwegia di Balikpapan, Kamis 14/4/2011. Di mata Atmakusumah Pak Ros emiliki semangat yang tidak pudar untuk memajukan pers nasional. “Semangatnya ini dibuktikannya secara langsung, antara lain dengan tetap menulis secara jernih, lugas dan tetap sering tanpa kompromi menanggapi berbagai masalah sosial sampai akhir hayatnya,” ujar mantan wartawan dan ketua pekerja Kantor Berita ANTARA tersebut.
Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Dewan Pers Ridho Eisy, sosok Rosihan Anwar merupakan penulis handal dan konsisten hingga akhir hayatnya. Bhkan saat tidak memiliki media pun, Rosihan tetap menulis menceritakan fakta dan kondisi bangsa pada buku hariannya,” katanya. Ridho Eisy mengungkapkan sat zaman Orde Lama, media Pak Rosihan Anwar yaitu Pedoman dibredel. “Tapi beliau tidak lupa menulis. Beliau tulis semua fakta dan kondisi di buku harian yang kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Sebelum Prahara,” kata Ridho Kamis (14/4/2011). Bio TokohIndonesia.com | tsl