Desainer Mode Penulis Parodi

Samuel Mulia
 
0
1328
Samuel Mulia
Samuel Mulia | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Selain dikenal sebagai perancang busana, Samuel Mulia juga berprofesi sebagai konsultan merek dan penulis bidang lifestyle di surat kabar dan majalah. Lewat tulisannya dalam kolom Parodi di harian Kompas misalnya, ia ingin mengajak pembaca menjadi diri sendiri, jujur, dan tampil apa adanya.

Sammy, demikian pria kelahiran tahun 1963 ini biasa disapa. Mungkin di masa kecilnya tak pernah terbayang dalam angannya bisa dikenal banyak orang seperti saat ini. Hal itu dapat dimaklumi jika merujuk pada masa kanak-kanaknya yang bisa dibilang kurang menyenangkan. Sammy kecil harus tumbuh di bawah didikan keras sang ayah yang tidak menyadari ‘keistimewaan’ putranya. Yang dimaksud istimewa di sini adalah sifat Sammy yang berbeda dari pria kebanyakan. Sejak kecil Sammy menyadari dirinya berbeda. Ia sama sekali tidak tertarik dengan hal yang berbau lelaki, seperti saat ayahnya mengajari dia untuk mengganti oli mobil, ia malah lebih tertarik bermain dengan blush on.

Sammy yang lahir dan besar di pulau Dewata Bali ini juga lebih antusias pada dunia seni khususnya menggambar. Sayangnya, kelebihan Sammy itu sama sekali tidak membuat sang ayah bangga. Sammy justru mendapat hinaan dari ayah kandungnya. Meski demikian, ia tak dapat melawan kata hatinya.

Menginjak bangku SMA, Sammy kian merasakan ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Layaknya remaja yang mulai jatuh cinta, Sammy pun merasakan hal yang sama, tapi masalahnya, saat itu ia merasa tertarik pada sesama jenis.

Memasuki masa kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ia masih merasakan hal yang sama. Sejak saat itu ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang homoseksual. Sadar bahwa yang dirasakannya melawan norma, ia pun dengan sekuat tenaga berusaha memendam perasaan terlarang itu. Sammy gagal menjadi dokter karena ia memutuskan untuk berhenti kuliah di tahun ketiga. Sammy kemudian terbang ke Perancis untuk menekuni dunia mode. Beberapa tahun di Prancis, ia tetap bertahan tanpa pasangan. Baru kemudian saat ia kembali ke Tanah Air dan bekerja di Jakarta, rasa kesepian mulai menghantuinya. Atas saran seorang teman, Sammy pun mulai menemukan cara untuk membunuh kesepiannya itu, yakni berkenalan dengan orang baru di dunia maya.

Sejak saat itu, Sammy berubah menjadi orang yang berani menyatakan perasaannya kepada sesama jenis. Hidupnya kala itu selalu diisi dengan kemaksiatan. Hingga akhirnya Sammy berhasil keluar dari jeratan kenikmatan semu itu setelah divonis menderita penyakit gagal ginjal awal tahun 2005. Karena penyakit yang dideritanya terbilang cukup kronis maka untuk memulihkan kondisinya, Sammy harus menjalani operasi pencangkokan ginjal di sebuah rumah sakit di Ghuang Zhou, China. Kesempatan hidup kedua yang diberikan Tuhan, dimanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Setelah sembuh, Sammy pun bertobat. Ia mulai kembali ke pelukan Tuhan dan sering bersaksi di gereja-gereja. Perlahan tapi pasti, ia telah meninggalkan dunianya yang kelabu.

Banyak orang berpendapat bahwa menjadi seorang penyuka sesama jenis bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Tak sedikit pula yang menganggap hal itu sebagai aib, tapi tidak bagi Sammy. Meski ia menyadari bahwa hal itu merupakan sesuatu yang tercela, ia tak pernah berusaha menjadi orang yang munafik. Ia hanya berusaha untuk hidup jujur, menjauhi kebohongan. Dan yang paling penting, menjadi diri sendiri, sebuah kalimat yang kerap ia dengungkan. Yes, I’m gay. Kenapa harus malu mengakui itu? Kalau ‘sakit’, kenapa harus ditutupi?” katanya lagi seperti dikutip dari situs Kompas. Tak ada manusia yang sempurna, namun tak ada pula manusia yang cacat sepenuhnya.

Tak hanya merancang busana, Sammy juga pandai merangkai kata menjadi tulisan bermakna. Surat kabar harian Kompas memberikannya ruang untuk menuangkan segala ide dan pemikirannya ke dalam sebuah kolom parodi yang dimuat setiap hari Minggu.

Di balik kekurangannya, tersembul potensi luar biasa dari sosok pria berkulit putih ini. Bakatnya menggambar yang telah terlihat sejak kecil kemudian dimanfaatkannya untuk mencipta busana-busana indah yang akan membuat pemakainya semakin terlihat menawan. Konsep ‘jadilah diri sendiri’ juga ia tekankan saat menjalani perannya sebagai seorang desainer. Sammy selalu mengatakan untuk tampil apa adanya, jangan menggunakan barang-barang branded hanya untuk mendapat pengakuan diri. Karena menurutnya, justru orang-orang yang seperti itulah yang sebenarnya tidak percaya diri, menutup kekurangan dirinya dengan barang-barang mewah.

Tak hanya merancang busana, Sammy juga pandai merangkai kata menjadi tulisan bermakna. Surat kabar harian Kompas memberikannya ruang untuk menuangkan segala ide dan pemikirannya ke dalam sebuah kolom parodi yang dimuat setiap hari Minggu. “Serasa dijajah karena deadline. Tapi saya bangga bisa merusak tata bahasa Kompas yang bikin saya pusing dengan istilah-istilah mereka yang canggih dan resmi,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini sambil bergurau.

Santai, lugas dan berani menjadi ciri khas tulisan seorang Samuel Mulia. Untuk ukurang seorang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, tulisannya terbilang cukup mudah dimengerti, ringan dan mengalir secara alami. Kebanyakan orang yang membacanya pun terkadang sampai merasa ‘tersinggung’ karena tulisan itu begitu mengena di hatinya. Tak heran, karena si penulis memang menulis berdasarkan realita kehidupan yang jamak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Rubrik yang diasuh Sammy semakin bertambah istimewa karena ia juga memberi tips dan trik kepada para pembacanya agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti salah satu tulisannya yang mengangkat kisah tentang kartu kredit. Di sini ia ingin menyampaikan bagi mereka yang bukan orang kaya agar jangan coba-coba memakainya jika tak ingin sengsara.

Advertisement

Meski cukup banyak orang yang memuji tulisannya yang penuh inspirasi, Sammy tak mau besar kepala. Ia bahkan mengatakan dirinya bodoh karena tak suka membaca tulisannya Goenawan Mohamad. “Saya paling susah kalau disuruh baca trus malah ngga ngerti. Lha si Gunawan kalau nulis pakai istilah dan meminjam pendapat tokoh-tokoh yang saya ngga tahu itu siapa. Saya sadar saya ini bodoh,” tuturnya ringan.

Bahkan ia bilang, saking bodohnya, ia mengaku tidak bisa menulis dalam bahasa Inggris walau dia konsultan majalah The Weekender dari harian The Jakarta Post. Tapi ia suka dengan karya-karyanya Romo Mangun, seperti Burung-burung Manyar dan juga Ahmad Tohari.
Semua penulis mempunyai ciri khas masing-masing, demikian halnya dengan Sammy yang mengaku menulis dengan apa adanya. Selain itu, ketika menulis ia juga tidak terlalu terfokus dengan konsep. Sammy lebih suka menulis secara acak tidak terpatok pada bab per bab. “Jadi menulislah apa yang ada di pikiranmu. Jangan takut salah dan dikritik. Dan jangan pernah menulis karena dendam atau ingin menyakiti orang lain,” katanya saat menjadi pembicara dalam kursus Jurnalisme Sastrawi Sabtu 13 Desember 2008 seperti dikutip dari blog Andreas Harsono.

Saat ditanyakan apakah dia tidak ingin menulis yang berkaitan dengan dunia homoseksual berdasarkan pengalaman hidupnya, inilah jawabannya. “Saya ingin menulis tentang itu, tapi untuk para orangtua. Biar bagaimanapun, itu semua dimulai dari keluarga. Seperti saya dan ayah saya lakukan. Family value sangat penting!” kata pria yang mengaku tidak suka mengkhayal itu. Kehidupan di masa lalunya, terutama hubungannya dengan sang ayah memang banyak menginspirasi sekaligus memotivasinya untuk terus menulis. Dengan harapan tulisannya dapat menjadi pelajaran, salah satunya bagi para orang tua yang terkadang kerap memaksakan kehendaknya pada sang anak. eti | muli, red

Data Singkat
Samuel Mulia, Perancang busana, penulis, brand consultant / Desainer Mode Penulis Parodi | Direktori | penulis, konsultan, desainer, busana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini