
[DIREKTORI] Dr. Andreas Hugo Pareira, MA, pria kelahiran Flores, NTT, 31 Mei 1964, lulusan Doktor Politik Internasional dari Universitas Giessen, Jerman (2000-2003), berprofesi sebagai dosen di FISIP Universitas Parahyangan, Bandung dan aktif dalam dunia politik sebagai Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Pertahanan DPP PDI Perjuangan (2010-sekarang).
Dia seorang pakar dan profesional dalam bidang hubungan internasional dan pertahanan yang juga mengabdikan diri dalam pelayanan publik dan pengelolaan kebijakan negara melalui partai politik. Di tengah kesibukannya sebagai dosen di FISIP Universitas Parahyangan, Bandung, Andreas bergabung dengan PDI Perjuangan sebagai Wakil Ketua Balitbangda PDI Perjuangan Jawa Barat, 1999-2005. Selain itu, dia juga aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Alumni GMNI Jawa Barat, 2001-2006.
Kemudian, tahun 2005-2010 dia menjabat Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Jawa Barat. Dia pun menjadi Anggota DPR RI, 2005-2009 dan berkiprah di Komisi I. Saat itu, sosok Andreas Pareira terbilang vokal, bahkan dia disebut oleh kalangan jurnalis sebagai bapak Alutsista.
Sejak tahun 2010, dia pun dipercaya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menjabat Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Pertahanan Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan. Di samping itu, dia juga aktif sebagai Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Pertahanan Pengurus Pusat Alumni GMNI, 2011-sekarang.
Suami dari Dra. Chatarina VD Indarwati Pareira, M.Si, dan ayah seorang putera, hristian Satriadamai Pareira, ini lahir dan dibesarkan dalam keluarga bersahaja di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur. Ayahnya berprofesi sebagai guru (Kepala sekolah SMP) dan ibunya seorang ibu rumah tangga sederhana. Kebersahajaan keluarga ini mengalir dalam darah Andreas.
Saat kecil, Andreas sudah bercita-cita ke luar negeri. Untuk mewujudkan cita-citanya, dia memandang menjadi pemain sepakbola salah satu jalan. Dia pun giat berlatih dan bermain sepakbola. Namun, jalan pendidikanlah yang akhirnya mewujudkan impiannya. Alumni SD Katolik I Maumere, 1970-1975; SMP Seminari Yohanes XXIII Lela, 1975-1979; SMA St. Asisi Jakarta, 1979-1982; dan Sarjana (Drs) FISIP Uninersitas Parahyangan, Bandung, 1982-1986, ini berkesempatan mewujudkan impiannya dengan melanjutkan pendidikan hingga memeroleh gelar Master of Art (MA) bidang Sosiologi Politik di Universitas Pasau, Jerman, 1992-1996. Bahkan tahun 2000-2003 dia kembali ke Jerman hingga meraih gelar Doktor (S3) bidang Politik Internasional di Universitas Giessen, Jerman.
Keterpanggilannya mendalami bidang politik semakin menyala tatkala dia kuliah di Universitas Parahiyangan jurusan ilmu sosial politik. Saat itu berbagai kegiatan kemahasiswaan dia ikuti yang makin mengembangkan pertumbuhan jiwa nasionalismenya. Selain dia aktif di senat mahasiswa dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), juga aktif dalam kegiatan persatuan sepak bola mahasiswa, olahraga kegemarannya sejak kecil.
Keterpanggilannya mendalami bidang politik semakin menyala tatkala dia kuliah di Universitas Parahiyangan jurusan ilmu sosial politik. Saat itu berbagai kegiatan kemahasiswaan dia ikuti yang makin mengembangkan pertumbuhan jiwa nasionalismenya. Selain dia aktif di senat mahasiswa dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), juga aktif dalam kegiatan persatuan sepak bola mahasiswa, olahraga kegemarannya sejak kecil. Dia pun mengalami cedra kaki ketika bermain sepakbola, yang membuat impiannya menjadi pemain sepakbola berkelas dunia terkubur.
Setelah menamatkan sarjana ilmu politik dari FISIP Uninersitas Parahyangan, Bandung, 1986, dia pun sempat menjadi Editor Penerbitan/Kolumnis Lepas, 1987-1988. Kemudian, dia memantapkan diri menjadi dosen di almamaternya (Dosen Fisip Universitas Parahyangan, Bandung) sejak 1988. Saat itulah pria yang gemar membaca buku biografi dan sejarah ini mengajukan proposal tesis yang membuat seorang profesor bersedia mensponsorinya tugas belajar ke Universitas Pasau, Jerman, 1992-1996, dengan meraih gelar MA.
Saat studi di Universitaet Passau Jerman yang berlokasi di perbatasan Austria, itu Andreas mengecap banyak pengalaman, antara lain dia beberapa kali ditangkap oleh polisi Jerman karena dikira pengungsi Bosnia. Juga pengalaman berharga sebagai penjaga mesin cuci piring di dapur Rumah Sakit pemerintah Jerman.
Tahun 1998, Andreas kembali ke tanah air dan kembali mengajar di Universitas Parahyangan. Saat itu pula dia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Jawa Barat. Bersama sama rekan seperjuangannya, mereka membuat sebuah kantor sekretariat PDI Perjuangan meski hanya bermodal sebuah mesin ketik dan kantor sederhana. Lalu, tahun 2000-2003, dia melanjutkan studinya ke Program Doktor bidang Politik Internasional di Universitas Giessen, Jerman.
Setelah kembali ke tanah air, profesi sebagai dosen tetap, sempat harus ditinggalnnya sementara saat dia terpilih menjadi Anggota DPR RI, 2005-2009 dan aktif di Komisi Pertahanan dan Keamanan, Komisi I. Kemudian, sejak 2010 sampai sekarang dia kembali aktif sebagai Dosen Fisip Universitas Parahyangan, Bandung. Andreas pun telah dianugerahi penghargaan atas pengabdian selama 15 tahun menjadi pengajar di Fisip Universitas Parahyangan, Bandung. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com