Ingin Perempuan Berbuat Lebih Banyak

Nita Yudi
 
0
210
Nita Yudi
Nita Yudi | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Kerja keras yang berpadu dengan kecerdasan sukses menghantarkannya menjadi pengusaha, pimpinan organisasi sosial, dosen sekaligus ibu rumah tangga. Melalui dua organisasi yang dipimpinnya, IWAPI dan WITT, ia bertekad mewujudkan wajah perempuan Indonesia yang berwirausaha mandiri dan profesional serta sehat jasmani rohani. Ia yakin, jika kiprah perempuan semakin besar dalam segala aspek kehidupan berbangsa, kesejahteraan rakyat semakin meningkat, lapangan kerja bertambah banyak, bahkan kasus korupsi akan bisa ditekan. 

Perempuan kelahiran Jakarta, 22 Juni 1964 ini terlahir dengan nama lengkap Dyah Anita Prihapsari. Semasa kecilnya, putri pasangan Pang Suparnadi dan Muryanti Setia ini dikenal sebagai anak yang tomboy. Pasalnya, Nita kecil sangat suka bermain beberapa permainan yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki. Selain itu, Nita juga gemar bermain sepeda dan berolahraga. Semua kegiatan itu hampir setiap hari dilakoninya. Nita juga aktif berlatih karate sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). “Saya berhenti saat saya memegang ban cokelat,” ujar Nita. Ketiga saudara kandungnya yang semuanya perempuan juga belajar seni bela diri karate. Menurutnya, kedua orangtua khususnya sang ayah memang menganjurkan keempat anak perempuannya berlatih karate agar bisa menjaga diri.

Meski demikan, mereka dibebaskan untuk memilih apapun yang menjadi kesukaannya. Kendati begitu, ayahnya yang merupakan seorang mantan karyawan perusahaan swasta dikenal sebagai orang yang keras dan disiplin dalam berbagai hal.

Pada tahun 1983, setelah lulus dari SMUN 3 Teladan, Setiabudi, Jakarta, Nita berkuliah di Universitas Trisakti mengambil jurusan Arsitektur Lansekap. Saat baru memasuki semester dua, jiwa wirausaha sang ibu ternyata menular pada dirinya.

Ibu Nita, selain sehari-harinya mengurus rumah tangga juga memiliki usaha sampingan salon. Sang ibu sendiri mengajarkan jiwa wirausaha dengan mencontohkan kegiatannya tersebut kepada keempat anaknya. Selain membuka salon, ibunya itu juga menjadi perias kecantikan dan membuka kursus kecantikan sekaligus menjadi pengajarnya. Nita mengaku, sesekali membantu pekerjaan sampingan sang ibu di salon. Setelah bertahun-tahun mengurusi salon dan kursus kecantikan, ibunya berhenti karena usia yang sudah senja.

Sedangkan bakat berbisnis Nita mulai terlihat saat kuliahnya menginjak semester VI persisnya tahun 1986. Ketika itu ia bersama temannya mencoba menggarap taman. “Kami mengerjakan taman dari beberapa aktor terkenal pada saat itu,” ujar Nita Yudi mengenang awal belajar berwirausaha. Nita Yudi mengakui, ia bersama temannya yang kini tinggal di Berlin, mengerjakan sendiri proyek-proyek pengerjaan taman tersebut. Untuk mengangkut bahan-bahan, mereka memakai mobil boks, menyewa beberapa tukang untuk menanam tanaman. Intinya, Nita dan kawannya benar-benar terjun sendiri. Memang terasa berat tetapi sekarang pengalaman tersebut menjadi kenangan yang lucu.

Pada saat memasuki semester akhir, Nita Yudi mulai merambah bisnis pembuatan tas dan kalung mutiara. Ia memilih bahan-bahan yang eyecatching sehingga banyak teman yang tertarik. Namun usaha yang berbasis hobi ini tidak ia tekuni karena Nita Yudi lebih fokus ke bisnis landscaping.

Usai merampungkan kuliahnya di Trisakti, naluri bisnis Nita semakin terasah tajam. Bukan lagi hanya sebatas berbisnis aksesoris yang tarafnya masih kecil-kecilan tapi membuka perusahaan jasa konsultan dan kontraktor bernama PT Arsipta Garis Persada yang didirikannya bersama sang pacar Yudi Yulius, pria yang kini menjadi pendamping hidupnya. Kebetulan kedua sejoli itu sama-sama berbekal pendidikan arsitektur. Perusahaan itulah yang kemudian menjadi titik awal Nita Yudi menekuni karirnya sebagai pengusaha. Hasil karya pasangan arsitek ini antara lain gedung kantor IWAPI Pusat di Kalipasir, Gedung STIE YAI di Kramat Raya, serta beberapa perumahan di Pantai Indah Kapuk

Nita dan Yudi yang telah menjalin kasih sejak duduk di bangku SMA ini kemudian menikah pada 7 Juli 1991. Setelah menikah, Nita semakin asyik mengelola bisnisnya. Nita juga mengajar mata kuliah lingkungan hidup di kampus milik keluarga sang suami, YAI. Nita sempat vakum dari kegiatannya sebagai pengusaha, lantaran ia dan suami melanjutkan pendidikan ke tingkat S2 di Oklahoma City University, Amerika Serikat mengambil program master jurusan Marketing Management. Tahun 1995, setelah berhasil meraih gelar master, Nita langsung kembali ke Tanah Air. Sepulangnya dari Negeri Paman Sam, Nita kembali mengajar mata kuliah marketing management di S2 YAI sekaligus melanjutkan bisnisnya yang sempat terhenti.

Setelah cukup sukses dengan bisnis di bidang kontraktor, melihat perkembangan dunia hiburan yang maju dengan pesat, Nita mencoba peruntungan dengan membuka Production House yang mengorbitkan beberapa grup band baru. Nita membuat master plan yang kemudian ditawarkannya ke industri musik. Tetapi sayang, usahanya ini kurang berjalan lancar.

Advertisement

Bakat berbisnis Nita mulai terlihat saat kuliahnya menginjak semester VI persisnya tahun 1986. Ketika itu ia bersama temannya mencoba menggarap taman. “Kami mengerjakan taman dari beberapa aktor terkenal pada saat itu,” ujar Nita Yudi mengenang awal belajar berwirausaha. Nita Yudi mengakui, ia bersama temannya yang kini tinggal di Berlin, mengerjakan sendiri proyek-proyek pengerjaan taman tersebut. Untuk mengangkut bahan-bahan, mereka memakai mobil boks, menyewa beberapa tukang untuk menanam tanaman. Intinya, Nita dan kawannya benar-benar terjun sendiri. Memang terasa berat tetapi sekarang pengalaman tersebut menjadi kenangan yang lucu.

Untungnya hal serupa tak berlaku di bisnis Nita yang lainnya. Selain bisnis kontraktor yang mulai fokus menangani pembangunan perumahan, Nita Yudi juga memiliki beberapa jenis bisnis, misalnya pendidikan, cleaning service dan percetakan. Namun Nita Yudi enggan untuk mengungkapkan bisnisnya. “Saya ada bisnis bareng-bareng dengan teman-teman. Ada kuliner, restoran, butik dan salon. Terus bisnis yang lain sudah ada yang menangani, makanya saya lebih senang berbicara tentang bisnis advertising yang saya dirikan tahun 2007 lalu,” ujarnya seperti dikutip Majalah Pengusaha.

Nita juga berusaha menggarap indoor advertising dengan mengusung bendera PT Dita Dini Neo Suara. Dibandingkan outdoor advertising, indoor advertising memiliki keterbatasan, misalnya, keterbatasan audience yang dibidik. Namun indoor advertising memiliki sejumlah kelebihan, misalnya saja harganya jauh lebih murah dan audience-nya sangat segmented sehingga cocok untuk produk-produk yang memang segmented. Terlebih dalam kondisi perekonomian yang saat ini sedang dalam masa sulit, indoor advertising bisa menjadi alternatif. Kenyataannya, meski Dita Dini Neo Suara belum lama berdiri, bahkan diakui Nita Yudi masih dalam kondisi trial and error, pertumbuhannya sudah sangat bagus.

Selain itu, Nita Yudi yang mengaku sering melakukan presentasi sendiri ini sudah mendapatkan beberapa klien dari sektor telekomunikasi dan elektronik. Nita Yudi membeberkan bahwa kendala yang dia hadapi terletak pada lamanya perizinan jika menyangkut dengan tempat-tempat yang dikelola oleh pemerintah daerah. Namun untuk rumah sakit atau kampus, biasanya hanya izin ke pemiliknya sehingga waktunya tidak terlalu lama.

Di sisi lain, kesadaran pribadi dan fakta bahwa wanita juga bisa menjadi pengusaha membuat dirinya memberikan perhatian dan kesempatan lebih kepada kaumnya yang ingin maju. Di sejumlah perusahaannya, lebih dari 50% pegawai dan karyawan diisi oleh wanita. Nita terus berupaya memberikan kesempatan kepada wanita untuk berkarier di perusahaannya dan berupaya maksimal agar mereka betah bekerja.

Obsesi dan mimpi ibu dua putri bernama Dita dan Dini ini untuk lebih memberdayakan kaum wanita semakin terbuka lebar karena keterlibatannya di IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Keterlibatan Nita di IWAPI merupakan anjuran dari ibunda tercinta, “Kalau ingin berbuat banyak untuk masyarakat dari sisi pengusaha, lebih baik masuk ke IWAPI,” ujar sang bunda kala itu. Tiga tahun setelah aktif di IWAPI, Nita terpilih sebagai ketua IWAPI DKI periode 2003-2008. Ia kemudian terpilih kembali sebagai ketua pada periode berikutnya. Dengan menjadi Ketua IWAPI DKI, Nita bercita-cita mengangkat pamor perempuan sebagai pengusaha. Sejumlah program kerja kabinet barunya telah disusun untuk mencetak lebih banyak entrepreneur wanita di Tanah Air. “Oleh karena itu, para suami harus mengizinkan istrinya untuk berusaha dan memberdayakan dirinya sendiri,” tegas alumnus Universitas Trisakti jurusan arsitektur landsekap dan lingkungan ini.

Bagi Nita, menjadi Ketua IWAPI, bukan hanya sebatas jabatan saja. Namun, di balik jabatan tersebut, ia menginginkan citra wanita yang mampu meraih kesuksesan sebagai seorang pengusaha dan berkecimpung di bisnis yang banyak didominasi oleh para pria. Terkait dengan kiprah wanita sebagai pengusaha, Nita Yudi melihat, sebenarnya berpulang kepada masing-masing individu dalam melihat peluang bisnis sehingga tidak terkait dengan jender ataupun status. Namun tidak bisa dipungkiri, kultur di masa lalu di mana wanita ditempatkan sebagai penyandang 3-ur (dapur, sumur dan kasur) membuat banyak wanita yang tidak siap ketika mendapat kesempatan untuk tampil. Misalnya, ketika wanita mendapatkan kuota 30 persen di legislatif, banyak yang gamang dan tergopoh-gopoh. Padahal, menurut Nita, sejatinya wanita itu banyak memiliki kelebihan dibandingkan pria. Misalnya lebih luwes, lebih sabar dan lebih ulet. Namun yang cukup menggembirakan, menurut Nita, 60% pelaku wirausaha saat ini adalah perempuan.

Maka dengan menjabat Ketua IWAPI, Nita berharap mampu lebih menggairahkan perempuan untuk menjadi pengusaha. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan bazaar bagi para pengusaha wanita dan mempermudah mereka memperoleh peluang usaha. Dalam kesehariannya. Nita juga sering menggunakan produk wirausaha hasil karya anggota IWAPI dan binaannya. Misalnya memakai busana batik buatan dalam negeri. Menggunakan tas kulit ular yang menjadi koleksinya dan aksesoris perhiasan buatan anggota IWAPI. Ia juga berhasil menggandeng lembaga perbankan atau nonperbankan dari dalam dan luar negeri. Memberikan bantuan kredit usaha bagi wanita. Membuka jaringan ke Kanada, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lain.

Tidak itu saja, untuk merambah pasar ritel, IWAPI merajut kerjasama dengan jaringan hypermart. Jaringan itu digunakan untuk memasarkan produk hasil karya pengusaha yang tergabung dalam IWAPI. “Mulai dari makanan, kerajinan tangan hingga hasil produk fesyen dijual di tempat itu. Anggota dibantu untuk membuka akses guna memperluas pasar yang berpotensi memajukan usaha anggota,” tuturnya.

Kepemimpinan Nita tak dipungkiri mampu mendorong IWAPI lebih maju. Kendati ia sempat terlibat urusan pelik lantaran jabatan ketua IWAPI DKI yang dipegangnya bermasalah dengan kepengurusan IWAPI Pusat, namun Nita tetap menjalankan amanah dari para anggotanya. “Kita ini di bawah payung KADIN dan mereka merestui kepengurusan saya, maka saya akan tetap menjalankan organisasi ini,” tegas Nita.

Permasalahan sendiri berawal dari kesalahpahaman antara pengurus IWAPI Pusat dengan kepengurusan IWAPI DKI yang dipimpin Nita. Saat acara pemilihan ketua pada tahun 2008 lalu di Riau, kepengurusan IWAPI Pusat menganggap bahwa rapat Musyawarah Daerah (Musda) yang diselenggarakan telah mengalami deadlock. Padahal Nita tidak menganggapnya demikian karena rapat berjalan dengan baik. Perbedaan pendapat inilah yang kemudian menjadi titik permasalahan antara kedua pihak. Meski Nita sudah berusaha untuk menjalin hubungan kembali, hubungan keduanya tak pernah berhasil diperbaiki. Alih-alih menjalankan amanah dari para anggotanya yang telah mengangkat Nita untuk kedua kalinya, ia justru tak dianggap sebagai ketua yang resmi di mata IWAPI Pusat. Karena didukung oleh KADIN dan Gubernur DKI sebagai pembina, maka Nita pun tetap bersikukuh melaksanakan tanggungjawabnya sebagai Ketua IWAPI DKI. Semua itu demi cita-cita mulianya untuk memajukan perempuan.

Walau sempat terlibat sengketa kursi pimpinan IWAPI, Nita terpilih sebagai Ketua Umum DPP IWAPI periode 2010-2016 melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (munaslub) yang diselenggarakan di Jakarta. Dalam sambutannya, Nita mengatakan, “Sampai sekarang Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) masih menjadi organisasi terdepan yang mewadahi pengusaha wanita dan mendorong kesuksesan kaumnya sebagai roda penggerak perekonomian. Karena itu, dengan semangat kebersamaan saya siap memajukannya,” ujar Nita.

Nita mengungkapkan, setelah terpilih, rencana jangka pendek pihaknya adalah melakukan konsolidasi ke dalam, memfokuskan peningkatan SDM, peran dan akses wanita ke dalam akses pembiayaan serta akses pasar. Selanjutnya memperkuat organisasi dengan mengembalikan eksistensi Iwapi dengan perannya sesuai visi dan misinya yakni menjadikan perempuan Indonesia yang berwirausaha mandiri dan profesional serta memberdayakan dan meninggikan tiang ekonomi perempuan pengusaha khususnya UMKM melalui perbankan.

Ke depan, tantangan Iwapi akan makin besar sejalan dinamika pertumbuhan masyarakat modern. Namun, semua itu menurut Nita, hanya dapat diselesaikan dengan kebersamaan serta kepemimpinan yang tidak meninggalkan potensi tiap anggota demi memajukan pengusaha perempuan untuk diberdayakan dan diperkuat perannya menjalankan roda ekonomi negara. Untuk itu, Nita mengatakan akan lebih tepat menerapkan gaya kepemimpinan kekeluargaan dengan tetap berada di koridor AD/ART yang ada. Nita mengaku, dirinya tidak merasa lebih pintar daripada anggota lainnya. Justru di dalam organisasi inilah ia senantiasa berbagi, bersama-sama belajar dan bertumbuh dengan anggota lainnya demi langkah ke depan terutama dengan prioritas program yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan anggota dan masyarakat.

Nita yakin, jika dalam lima tahun ke depan, kiprah wanita semakin besar dalam segala aspek kehidupan berbangsa, kesejahteraan rakyat semakin meningkat, lapangan kerja bertambah banyak, bahkan kasus korupsi akan bisa ditekan. “Jika semakin banyak wanita yang berkarya, baik itu menjadi pengusaha, eksekutif pemerintah, maupun legislatif, negara ini akan lebih aman dan tenteram,” ungkapnya. Selain mencetak pengusaha wanita yang sukses secara finansial, IWAPI juga mencanangkan program perempuan sehat dengan menggelar aksi olahraga. Termasuk memberikan pembekalan pengetahuan kepada para anggota untuk turut mendorong kemajuan perempuan sehat di seluruh Indonesia.

Memimpin organisasi sebesar IWAPI nyatanya belum cukup bagi seorang Nita Yudi. Selain menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Pendidikan Ketenagakerjaan dan Sosial KADIN DKI, ia juga berperan aktif dalam organisasi sosial WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau).

Nita berperan aktif dalam WITT karena peduli dengan bahaya rokok. Hal itu bermula saat sang terkena penyakit semi stroke. Menurut wanita yang hobi nonton film ini, ayahnya menderita penyakit tersebut akibat dari kebiasaannya merokok selama bertahun-tahun. “Kalau ingin bertahan hidup, bapak harus total berhenti merokok,” ujar Nita menirukan omongan dokter yang menangani.

Sejak itu, ayah Nita memutuskan untuk berhenti merokok demi kesehatannya. Untuk membantu proses pemulihan, ayahnya harus menjalani beberapa terapi. Karena pernah mengalami sendiri bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, sang ayah jadi benci melihat orang merokok.

Pengalaman itulah yang kemudian semakin membuka mata Nita mengenai rokok dan akibat yang ditimbulkannya. Ia bertekad mengkampanyekan bahaya merokok kepada masyarakat luas. Kebetulan, saat kembali ke Jakarta, Yayuk Ebiet G. Ade menawarkannya untuk ikut serta dalam keorganisasian WITT. Berbekal pengalaman yang menimpa sang ayah, tanpa berpikir panjang, Nita pun langsung mengiyakan ajakan sahabatnya itu.

Sebagai pemimpin WITT, Nita bercita-cita ingin membebaskan Indonesia dari asap rokok. Untuk itu, ia tak segan-segan terjun langsung ke lapangan untuk mensosialisasikan larangan merokok kepada masyarakat. Agar sosialisasi larangan merokok menjadi lebih efektif, Nita berencana akan mendirikan cabang-cabang WITT di 33 propinsi.

Menjabat sebagai ketua WITT dan kerap mensosialisasikan bahaya rokok, ternyata tak lantas membuat kebiasaan merokok sang suami berhenti. Kendati begitu, Nita tidak langsung putus asa. Ia justru merasa tertantang untuk menyadarkan suami agar berhenti merokok.

Sang suami sebenarnya menyadari bahwa kebiasaan merokoknya yang cukup berat menyebabkan rutinitas olahraganya tidak nyaman karena pernafasannya menjadi terganggu. “Anak-anak sering menolak dekat dengan ayahnya karena bau rokok. Rupanya ia menyadari dan akhirnya lama-lama juga berhenti. Ya lebih ampuh daripada nasihat istrinya,” ujarnya sambil tersenyum. Setelah berhenti merokok, kesehatan suaminya semakin membaik. Terlebih lagi, ditambah dengan rutinitas olahraga.

Dari pengalaman pribadinya itu, Nita berpendapat, pencegahan merokok akan lebih efektif bila dimulai dari keluarga sendiri. “Kalau orangtua sudah menjejali anak-anaknya dengan asap rokok yang mereka hisap, maka bila anak-anaknya berada di luar rumah, mereka sudah tak asing lagi bila ditawari merokok,” tegas Nita.

Meski kesehariannya selalu diisi dengan segudang kesibukan, Nita tetap menjalankan perannya sebagai istri sekaligus ibu dari kedua putrinya. Setiap akhir pekan, Nita selalu berusaha bisa meluangkan waktu kosongnya bersama keluarga untuk sekadar bercengkrama atau berwisata kuliner. Dalam hal mendidik anak, Nita membebaskan anak-anaknya untuk memilih bidang yang mereka senangi, yang penting harus berguna untuk orang banyak.

Walaupun sudah meraih sukses, Nita juga tak pernah merasa lebih superior dari sang suami. Ia menyadari, keberhasilannya saat ini mustahil terwujud tanpa doa dan restu suami. Nita amat mementingkan keridhaan dan keikhlasan sang kepala keluarga. Hal itu menjadi amat penting karena Nita menyadari pasti akan banyak waktu yang dihabiskan untuk berbagai kegiatan organisasi.

Di sela kesibukannya mengurus bisnis, Nita juga masih sempat menyalurkan hobinya olahraga bersepeda. Lokasi favorit yang dipilih Nita untuk menekuni olahraga bersepeda itu adalah kawasan Sentul, Kabupaten Bogor. Hobi itu dilakukan bersama suami dan rekan-rekannya. Bahkan melalui organisasi yang juga ia ketuai, WITT, gerakan sepeda sehat itu digaungkan dengan melakukan sejumlah kegiatan di daerah. eti | muli, red

Data Singkat
Nita Yudi, Pengusaha, pimpinan organisasi sosial, dosen / Ingin Perempuan Berbuat Lebih Banyak | Direktori | Pengusaha, Dosen, Trisakti, IWAPI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini