
[DIREKTORI] Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah yang dipercaya delapan menteri ini diangkat menjadi Wakil Menteri Perhubungan periode 2009-2014. Dalam mengatasi masalah transportasi, pakar perencanaan infrastruktur dan transportasi ini lebih menekankan pada pendekatan sistem transportasi yang humanis.
Dalam dunia transportasi, nama Bambang Susantono sudah tidak asing lagi. Gagasan dan ide-idenya mengenai infrastruktur dan transportasi sering dimuat dalam media cetak dan elektronik dan sudah dituang dalam sejumlah buku. Sebagai spesialis perencanaan infrastruktur dan transportasi, Bambang Susantono sering menjadi narasumber di dalam negeri maupun luar negeri.
Bambang Susantono yang akrab disapa dengan Abeng ini, setelah lulus dari ITB tahun 1987, langsung mengawali karirnya sebagai pegawai negeri Departemen Pekerjaan Umum (PU). Dalam bekerja, ia selalu berpegang teguh pada prinsip yaitu kompetensi, profesionalisme dan kejujuran. Sehingga tidaklah mengherankan bila ia sering menduduki jabatan yang seharusnya belum memungkinkan untuk disandangnya.
Kiprah Bambang Susantono semakin bersinar kala ia berhasil menyelesaikan program doktoral dari Amerika Serikat pada tahun 2000. Ia menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah yang dipercaya delapan menteri mulai dari Kwik Kian Gie, Burhanuddin Abdullah, Rizal Ramli, Dorodjatun Kuntjorojakti, Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani Indrawati dan Hatta Rajasa. Hingga akhirnya, saat berusia 46 tahun, ia diangkat menjadi Wakil Menteri Perhubungan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 (11/11/2009) dengan tugas membenahi sektor transportasi Indonesia.
Suami dari Lusie Indrawati ini adalah lulusan Fakultas Teknik Sipil ITB Bandung. Tahun 1996, ia menyelesaikan program pascasarjana di Universitas California Berkeley untuk gelar master tata kota dan wilayah (MCP). Dua tahun kemudian meraih gelar MSCE di bidang teknik transportasi. Kemudian pada tahun 2000, dari universitas yang sama, berhasil meraih gelar doktor di bidang perencanaan infrastruktur.
Berbagai organisasi nasional dan internasional sudah diikuti pria kelahiran Yogyakarta, 4 November 1963 ini. Diantaranya, Ketua Umum Alumni Sipil ITB (ALSI), Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (2004-2010). Di tingkat internasional ia menjabat sebagai Vice President East Asia Society of Transportation Society (EASTS) yang bermarkas di Tokyo, anggota Board of Trustee untuk yayasan SouthSouth North, yang bergerak di bidang perubahan iklim di Johanesburg, Afrika Selatan, Koordinator Persatuan Mahasiswa Indonesia se-Amerika Serikat, Koordinator Indonesia NGO Forum for Transportation.
Di sela-sela kesibukannya, Komisaris Utama PT Garuda Indonesia Tbk sejak 2012 ini juga masih menyempatkan waktunya untuk mengajar dan membimbing tesis di Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia. Ia juga melakukan penelitian di bidang transportasi, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan sosial perkotaan. Bersama-sama dengan sepuluh guru besar dari universitas utama di Asia Timur, ia melakukan penelitian menggali fenomena transportasi di kota-kota megapolitan di Asia Timur.
Ia juga dipercaya menjadi Presiden Intellegent Transport System (ITS) Indonesia. ITS merupakan cara menggabungkan sistem transportasi dengan teknologi informasi untuk meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan keamanan transportasi yang diterapkan mulai tahun 2012.
Transportasi Humanis
Di negara-negara maju, macet masih menjadi bagian dari masalah transportasi dan infrastruktur. Begitu pula dengan Indonesia. Berbagai permasalahan transportasi dan solusinya sudah dituangkan peraih Satyalencana Karya Satya, Satyalencana Wira Karya, dan Satyalencana Pembangunan ini dalam sejumlah buku..
Diantaranya, 1001 Wajah Transportasi Kita terbitan Gramedia. Kemudian buku Memacu Infrastruktur di Tengah Krisis terbitan Bisnis Indonesia dan buku Strategi dan Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah sebuah karya ilmiah yang digalinya semasa menjabat sebagai Deputi Menko Perekonomian.
Ada pula buku berjudul Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah yang dikarangnya sebagai jawaban atas kebutuhan informasi tentang pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Sebagai dokumen strategis, buku tersebut dapat menjadi panduan terobosan dalam rangka pembangunan nasional.
Di dalam buku itu terdapat Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang bila diterapkan akan dapat menghubungkan pusat-pusat ekonomi sehingga memicu tumbuhnya industri berskala kecil dan menengah (UKM). Bambang Susantono optimis konsep ini bisa dilakukan kerena sudah dicoba di beberapa negara seperti Mumbai dan Hongkong.
Menyoroti soal kesemrautan dalam sistem tranportasi, Bambang Susantono berpendapat bahwa masalah itu dapat diselesaikan dengan pendekatan transportasi yang humanis. Sebagai tahap awal dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem tiket dan etika dalam bertransportasi. Menurutnya, etika transportasi sangatlah penting untuk menjaga keteraturan dalam bertransportasi. Hal ini untuk menjamin keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengguna transportasi.
Untuk menciptakan sistem transportasi yang humanis, masyarakat harus diajak dalam setiap proses perencanaan, misalnya saat merencanakan rute bus. Setidaknya dalam perencanaan transportasi umum yang humanis harus dibungkus dalam empat aspek. Pertama, keandalan angkutan umum harus selalu tepat waktu baik saat keberangkatan maupu kedatangan untuk memberikan kepastian bagi warga sehingga dapat mengelola waktu.
Kedua, kenyamanan transportasi umum layak dan nyaman ditumpangi. Ketiga, keterjangkauan, tarif angkutan umum dapat dijangkau masyarakat. Keempat adalah terjaminnya keamanan. Jika empat aspek ini tidak diperhatikan, menurut Bambang Susantono yang juga pelopor terbitnya Kamus Umum Transportasi Mei 2009, ini khawatir transportasi bisa menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Bambang, berbicara mengenai transportasi sama halnya dengan membicarakan diri sendiri. Ketika melakukan aktivitas sehari-hari, orang selalu berpikir bagaimana cara mencapai satu tempat tujuan. Ia melihat dari sanalah sebenarnya muncul berbagai aspek masalah transportasi yang tidak hanya berfokus pada aspek engineering, tapi juga ada aspek budaya, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Intinya, jika berbicara transportasi pasti akan mempengaruhi tata ruang dengan berbagai macam aktivitasnya.
Oleh sebab itu, menurut Bambang Susantono, pihak-pihak terkait harus lebih banyak melakukan diskursus serta melibatkan publik dalam membuat pilihan sistem transportasi yang tepat dalam satu kota. Seperti pembangunan jalan tol yang melintas di areal pertanian harus berpegang pada prinsip, jangan sampai menggangu produktivitas pertanian. Sebaliknya harus meletakkan jalan sebagai bagian dari rantai produksi itu sendiri.
Sedangkan soal kecelakaan transportasi yang masih sering terjadi, menurut Bambang Susantono, bisa dihindari jika ada kesadaran untuk berpikir dan bertindak bersama. Sebenarnya banyak konsep dan pemikiran untuk mengatasi keadaan ini, namun kerap terbelenggu aturan birokrasi dan kapasitas institusi yang rendah dimana pada sektor transportasi itu sendiri masih ada kasus penyelewengan dan korupsi. Bio TokohIndonesia.com | san, cid