
https://tokoh.id/bobby-sangka/
Setelah lulus dari Washington State University, Amerika, pria yang “jago” matematika dan selalu dapat nilai 10 ini sempat bekerja di beberapa perusahaan asing. Namun krisis moneter 1998 melanda dunia sehingga banyak perusahaan asing hengkang dari Indonesia. Berangkat dari kegelisahan akan keberlangsungan pekerjaannya dan mimpi untuk mempunyai perusahaan sendiri, Bobby bersama dua partnernya memutuskan untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi bernama PT Metrocom Global Solusi (MGS) pada tahun 1998.
Dunia khususnya kawasan Asia, dilanda krisis moneter yang dimulai sejak 2 Juli 1997 dan berlangsung selama dua tahun. Parahnya, krisis moneter itu berubah menjadi krisis ekonomi sebab kegiatan ekonomi menjadi lumpuh karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan pekerja yang menganggur. Perusahaan-perusahaan besar asing di Indonesia banyak yang goyah bahkan hengkang, pulang ke negaranya masing-masing.
Di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian itu, Bobby yang baru menikah, mulai berpikir untuk melakukan suatu terobosan. Ada satu hal positif yang Bobby peroleh selama bekerja di perusahaan asing yaitu sudah terbiasa untuk ‘fight’ dan tidak hanyut dengan masalah/keadaan.
Pria yang “jago” matematika dan selalu dapat nilai 10 ini lantas sering berdiskusi dan berbincang bersama beberapa kawan seprofesi. Mereka kuatir kalau perusahaan tempat mereka bekerja akan meninggalkan Indonesia dan kembali ke negaranya. Di titik itulah Bobby bersama dua partnernya, Indra Pattiasina dan Ibu Gayatri, yang waktu itu bekerja di perusahaan asing juga, memutuskan untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi bernama PT Metrocom Global Solusi (MGS) pada tahun 1998.
Bobby mengatakan bahwa mereka betul-betul berjuang saat membangun perusahaan terutama pada lima tahun pertama. Saat itu, mereka tidak berafiliasi atau tidak bernaung di bawah sebuah grup perusahaan besar dan nihil pengalaman. Mereka juga mesti berhadapan dengan konglomerasi seperti Multipolar (anak perusahaan Lippo), Metro Data, dan sebagainya. Akibatnya, tidak mudah untuk mendapatkan proyek-proyek yang akan digarap.
Namun berbekal optimimisme dan semangat juang, Bobby, dua partner, dan tim fokus memberikan klien solusi terbaik yang terintegrasi untuk masalah teknologi informasi. Mereka terus meningkatkan kinerja dan kualitas layanannya dengan melakukan diversikasi produk dan inovasi. Mereka hadir dan melayani klien sebagai pemecah masalah, analis independen, manajer proyek, dan pelatih yang berpengalaman dalam penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan keberhasilan klien. Perlahan namun pasti, PT MGS mendapatkan kepercayaan dari banyak orang termasuk perusahaan-perusahaan IT seperti IBM dan lainnya. “Sekarang kalau ada produk baru mau masuk ke Indonesia kita pasti dihubungi apakah mau jadi agennya mereka. Hal ini jadi kebanggaan,” kata Bobby.
Pada masa awal perusahaan berjalan, proyek-proyek yang dikerjakan mayoritas ada di pemerintahan. Sebab pada sektor pemerintahan, skill perorangan masih bisa dipakai, masih bisa dipercaya untuk menjalankan suatu proyek. Berbeda dengan sektor swasta. Saat itu, Bobby dan tim, mulai mendapatkan proyek di Kejaksaan, lalu di Bea Cukai.
“Saat itu untuk mendapatkan proyek-proyek, kami bekerja keras dan tidak menyerah. Kami terus menampilkan individual-individual dengan kemampuan profesional yang tinggi,” kata Bobby kepada wartawan TokohIndonesia.com.
Menurut Bobby, butuh waktu empat sampai lima tahun kemudian atau sekitar tahun 2004, mereka baru bisa merasakan roda perusahaan berputar dengan baik. “Saat itu untuk mendapatkan proyek-proyek, kami bekerja keras dan tidak menyerah. Kami terus menampilkan individual-individual dengan kemampuan profesional yang tinggi,” kata Bobby kepada wartawan TokohIndonesia.com. Bobby juga menyadari bahwa perusahaan bisa terus berkembang dan menjadi besar, bukan semata soal kemampuan/keahlian yang ada, tetapi juga karena mereka selalu belajar berserah kepada Tuhan.
Sekarang PT. MGS didukung lebih dari 300 karyawan yang profesional dengan penghasilan/gaji tinggi, dan sudah melebarkan sayapnya dengan 6 anak perusahaan (semacam butik-butik perusahaan) yaitu PT. Metrocom Jaddi Technology, PT. Terralogiq Integrasi Solusi, PT. Permata Anugrah Abadi, PT. Appsensi Tiga Ribu, PT. Rantai Data Pintar, dan PT Metrocom Giga Synergy.
“Kalau Metrocom Solution itu kan system integrator. Kalau anak perusahaan ada yang menangani IT Security, ada yang menangani mobile apps, ada yang sebagai konsultan, ada yang sebagai blockchain (platform) yang kita bikin sendiri, di Indonesia belum banyak. Saat ini di bawah naungan Metrocom Solusi, ada beberapa daerah yang masih dikerjakan,” kata pria humoris ini.
Terkait masa depan MGS ke depan, sosok yang digadang-gadang banyak kalangan untuk maju dalam kontes pemilukada Toraja Utara Sulawesi Selatan tahun 2024 ini mengatakan bahwa perusahaan sudah berjalan selama 25 tahun. Ini artinya, diharapkan pada tahun 2024, MGS sudah IPO (Initial Public Offering) atau go publik. “Karena secara organisasi perusahaan sudah jalan, semua prosedur sudah rapi, dan kalau saya tidak ada di tempat juga tetap jalan. Bahkan juga ketika kedua partner pendiri MGS saat tidak ada di tempat, roda perusahaan mesti tetap jalan,” kata Bobby.
Penulis: Yenita. Foto: Rigson (dokpri). Editor: ML Paniroy.