Advokat senior kelahiran Bandung, 17 September 1943 ini mengekspresikan kegalauan dan keresahan perihal adanya yang salah dengan konsep bantuan hukum kepada kaum papa. Menurut doktor dari Unpad ini tak sedikit kaum papa yang hingga kini masih termarjinalkan secara hukum. Mereka tak tersentuh bantuan hukum ataupun sekadar penyuluhan.
Prof. Dr. Muchsin, SH, pria kelahiran Boyolali 8 Agustus 1943, menjalani karir sebagai rektor, guru besar, politisi dan hakim agung. Mantan Rektor Universitas Sunan Giri (Unsuri) Surabaya ini meninggal dunia di Surabaya, Minggu 4 September 2011 saat masih menjabat sebagai hakim agung.
Ekonom Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi, lahir di Jakarta, 9 September 1958. Mantan wartawan ini sangat gigih mengkritisi dan menolak praktek aliran ekonomi neoliberal yang dianut pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono. Dia lebih mengedepankan Ekonomi Pancasila dan kerakyatan ketimbang ekonomi neoliberal dan ketergantungan pada pihak asing.
Reformasi yang diwarnai euforia demokrasi, penegakan hukum, khususnya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), telah mendongkrak popularitas banyak pengacara. Salah satu di antaranya Elza Syarief, SH. Namanya berkibar sejak dipercaya menangani kasus putera bungsu mantan Presiden Soeharto. Namun, dia pun tersandung, diduga menyuap saksi dalam kasus itu.
Selama tujuh tahun di Eropa, Ichwan Azhari memburu arsip sejarah Nusantara di berbagai perpustakaan dan kampus, terutama di Jerman dan Belanda. Pendiri Pustaka Humaniora (Pusra) kelahiran Medan 16 November 1961, itu juga menemui para misionaris yang pernah bertugas di Indonesia.
Untuk menjadi orang sukses, bekal pendidikan formal bukan satu-satunya faktor penentu. Kalimat itu menggambarkan perjalanan hidup Susi Pudjiastuti, pengusaha perikanan dan penyewaan pesawat yang hanya tamatan SMP.
Sinyo Harry Sarundayang yang berpasangan dengan Freddy Harry Sualang ditetapkan sebagai calon gubernur/wakil gubernur terpilih Sulawesi Utara periode 2005-2010 oleh Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Utara. Pasangan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu meraih suara 448.325 suara (38,88 persen).
*Peraih Yap Thiam Hien Human Rights Award 2003 Untuk pertama kalinya seorang wartawan mendapat penghargaan Yap Thiam Hien Human Rights Award 2003. Wartawan senior harian Kompas, Maria Hartiningsih dinilai sebagai jurnalis yang sangat konsisten dalam penulisannya memperjuangkan hak asasi manusia, yang penuh dengan kepekaan dan komitmen membela mereka yang lemah dan terpinggirkan.
Ketua Yayasan Doulos dan Yayasan Bersinar bagi Bangsa, ini mendeklarasikan Partai Damai Sejahtera (PDS) 28 Oktober 2001 demi damai sejahtera bagi bangsa. Kehadiran partai bernomor urut 19 dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004 ini tidak hanya sebagai sarana menyalurkan aspirasi dan suara hati umat kristiani di Indonesia namun juga bertekad ikut berperan secara aktif membangun bangsa, demi damai sejahtera warga bangsa ini tanpa membedakan agama, suku dan golongan.
Prestasi membanggakan ditorehkan Profesor Ken Soetanto. Pria kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun.
Deputi Senior Bank Indonesia (2004-2008) ini seorang srikandi keuangan Indonesia yang terbilang cerdas. Alumni S1 FE-UI dan Doktor (S3) dalam Ilmu Ekonomi Boston University, USA, ini digelari teman-temannya Miss Telat, saking seringnya telat. Tapi, saat teroris meledakkan bom di Hotel JW Marriot, kebiasaan telat, telah membuatnya luput dari bahaya.
Robby Djohan, dosen Pascasarjana Universitas Indonesia, mantan bankir, mantan chief executive officer (CEO) pada beragam perusahaan raksasa, berhasil mengukir berbagai prestasi. Ia merintis karier di Citibank, kemudian membesarkan Bank Niaga, menyelamatkan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia, dan mengantarkan mahamerger beberapa bank BUMN menjadi Bank Mandiri. Penerima penghargaan The Best CEO 2000 dan CEO Terbaik di Masa Krisis, yang diadakan Majalah Swa dan Asian Market Intelegence (AMI), ini hari Kamis (12/6) malam, meluncurkan bukunya bertajuk The Art of Turn Around, Kiat Restrukturisasi.
Hampir seluruh tanda pangkat TNI dan Polri dipasok oleh Tien Setianingsih. Ia pula yang mendesain atribut bagi tiga jenderal besar dan Presiden Megawati. Seandainya waktu itu tidak ada Tien Setianingsih, bisa jadi Soeharto dan A.H. Nasution (almarhum) tak jadi mengenakan atribut kebesaran mereka sebagai jenderal besar. Ketika atribut kebesaran yang dipesan buat tiga jenderal besar--satunya lagi Jenderal Soedirman--gagal dibuat, untung ada Tien. Dalam sehari, segala atribut kebesaran berbahan emas itu berhasil tercipta.
Ketika Baihaki Hakim diminta menjadi direktur utama (dirut) di Pertamina pada bulan Februari 2000, Presiden KH Abdurrachman Wahid berpesan agar Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan minyak asing. Saat itu, Pertamina bukan saja tidak punya kegiatan produksi di luar negeri, bahkan di dalam negeri pun hanya menjadi "mandor" dari kontraktor bagi hasil (KPS).
Advokat kawakan yang juga makan asam garam dalam pentas politik ini, pernah duduk di kursi DPR dari Golongan Karya. Tapi ia mengalami psikosomatik dan konflik batin yang dahsyat. Maka ketika Megawati Soekarnoputri ditindas dan berani tampil melawan, ia pun bersedia memimpin Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) tanpa pamrih. Kendati ia sendiri tidak bersimpati kepada PDIP. Lalu, Sang Pembela Demokrasi ini mendirikan Partai Pilihan Rakyat (ikut Pemilu 1999). Kemudian, karena persyaratan electoral treshold 2%, ia mendeklarasikan Partai Kemerdekaan untuk ikut Pemilu 2004 demi mewujudkan obsesinya membela kepentingan rakyat tanpa determinasi agama, suku dan golongan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia ini lahir di Jakarta, 10 Agustus 1952. Menyelesaikan pendidikan Sarjana di Institut Teknologi Bandung, dan memperoleh gelar MA di bidang Macroeconomics dan PhD di bidang Monetary Theory and Policy, keduanya di University of Oregon, Eugens-Oregon, Amerika Serikat.
Dia sosok pengusaha muda yang suka menghadapi tantangan, ulet, tangguh dan tak mengenal lelah. Dia meraih sukses dengan menganut dan belajar dari falsafah kuda. Pendiri dan CEO Laenaco Group ini berobsesi membangun dan memberdayakan generasi mandiri. Ketua Umum Himpunan Lembaga Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia (Hilpataki) ini merindukan pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) yang memiliki skill ke sektor formal di mancanegara.
Pengusaha yang jadi politisi asal Kalimantan Barat ini berjuang keras untuk mengegolkan anggota Utusan Daerah (UD) MPR menjadi fraksi. Perjuangan itu terwujud dan ia menjadi ketua fraksi dan kemudian menjadi Wakil Ketua MPR unsur Utusan Daerah. Setelah itu, ia pun mendirikan Partai Utusan Daerah.
Hampir seluruh hidupnya untuk gondang, uning-uningan, tortor dan opera Batak. Ia murid langsung almarhum Tilhang Oberlin Gultom itu (pendiri opera Batak akhir tahun 1920-an). Ia amat gelisah atas perkembangan kesenian Batak dewasa ini. Sebab, menurutnya, semua orang Batak sudah menyeleweng dari budayanya. Lihat pesta-pesta perkawinan, band lebih selalu ditanggap ketimbang gondang termasuk saat mangulosi, menyampirkan ulos kepada pengantin dan kerabatnya.
Tak banyak orang jadi rektor selama 20 tahun tanpa henti dengan perguruan tinggi yang berbeda-beda. Tetapi, Prof Dr Michael Sastrapratedja SJ melakukannya. Tahun 1980-1984 sebagai Penjabat Ketua Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta; di lembaga yang sama ia diangkat sebagai ketua pada tahun 1984-1988. Tahun 1989-1993 sebagai Rektor Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, dan tahun 1993-2001 sebagai Rektor Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta.
Reformasi yang diwarnai euforia demokrasi, penegakan hukum, khususnya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), telah mendongkrak popularitas banyak pengacara. Salah satu di antaranya Elza Syarief, SH. Namanya berkibar sejak dipercaya menangani kasus putera bungsu mantan Presiden Soeharto. Namun, dia pun tersandung, diduga menyuap saksi dalam kasus itu.
Ia sebagai warga negara Indonesia dari suku Tionghoa menyatakan siap memimpin bangsa dan negara ini. Menurutnya, sangat keliru jika masih ada sikap memusuhi suku Tionghoa di Indonesia. Suku Tionghoa yang sudah menjadi WNI berjumlah sekitar 22 juta jiwa. Menempati urutan ketiga setelah Jawa dan Sunda. Jadi, sangat janggal, jika terbesar ketiga masih dimusuhi. Deklarator dan Ketua Umum DPP Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia (PBI) ini pun menyatakan siap bertarung secara jantan dan fair sebagai calon presiden pada Pemilu 2004.
Di kalangan mahasiswanya, Dosen Unpad yang jadi anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum), ini digelari sebagai ilmuwan politik yang tak tergoda politik praktis. Sebagai ilmuwan, ia juga tak tergiur dengan kepentingan- kepentingan sesaat suatu kelompok kepentingan, termasuk partai politik. Ia ilmuwan yang independen dan nonpartisan.