Pelatih Kekuatan ESQ
Ary Ginanjar Agustian
[DIREKTORI] Ia memperkenalkan paradigma baru dalam bidang pelatihan SDM yang menyinergikan science, sufisme, psikologi dan manajemen modern dalam konsep ESQ Way 165. Training ESQ telah melahirkan ratusan ribu alumni dan telah diadakan di hampir seluruh kota di Indonesia hingga luar negeri.
Ary Ginanjar Agustian adalah sosok yang begitu peduli akan arti spiritualitas. Berawal dari melihat banyaknya pemaknaan yang diterima oleh manusia mengenai ajaran agama yang semata-mata dilakukan hanya untuk kepentingan akhirat. Sementara, dalam meraih keberhasilan dunia, manusia disarankan berpatokan pada ajaran Barat. Munculnya pemaknaan seperti itu membuat Ary Ginanjar berinisiatif membangun ESQ Learning Centre atau pusat pelatihan sumber daya manusia.
Ary dikenal dengan konsep Emotional and Spiritual Quotient (ESQ), yakni sebuah pemikiran yang mengungkap adanya keterkaitan yang sangat kuat antara dunia usaha, profesionalisme dan manajemen modern, dalam hubungannya dengan intisari Rukun Iman dan Rukun Islam. Serta, Leadership Center untuk membangun karakter individu, organisasi, dan korporasi guna perbaikan karakter bangsa.
Dalam konsep tersebut, Ary mencoba menggambarkan seluruh manusia yang ada di dunia ini akan merasakan damai, saling mengasihi dan menghargai antar sesama tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada. Semuanya itu menurutnya bisa diwujudkan manusia apabila menggunakan hati atau dengan kecerdasan spiritualitas.
Konsep ESQ ini, menurut Ary, sebenarnya sudah ada sejak 1.400 tahun lalu dan juga telah termaktub di Al Quran pada surat Al Alaq yang berarti, “Bacalah dengan Tuhanmu yang menciptakan, Ia telah menciptakanmu dari segumpal darah, mengajari manusia dengan perantaraan kalam, dan mengajarkan yang tidak manusia ketahui.”
Melalui The ESQ Way 165 (pemahaman berdasarkan kebaikan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam), Ary mencoba menyeimbangkan ajaran agama dengan ajaran Barat sehingga bisa mencapai titik temu. Menurutnya, ada tiga konsep keseimbangan yang diberikan ESQ, yakni: IQ yang menjurus pada daya intelektual manusia, EQ yang menyangkut konsep emosional manusia, dan SQ yang berkaitan dengan spiritual manusia.
Kata Ary, selama ini kebanyakan ahli lebih senang melakukan penelitian tentang IQ dan EQ. Tanpa mereka sadari, kecerdasan spiritual atau SQ juga mempunyai arti penting yang sama dengan IQ dan EQ.
Kenapa kecerdasan spiritual itu menjadi penting dalam kehidupan manusia? Menurutnya, munculnya berbagai fakta yang terjadi di masyarakat, sebut saja sebuah keadaan masyarakat di San Fransisco, Amerika Serikat. Tingkat intelektual dan kemakmuran masyarakat di negara bagian terkaya Amerika Serikat itu memang maju pesat, namun herannya, di wilayah negara dengan tingkat intelektual yang begitu tinggi tersebut ternyata malah tercoreng dengan banyaknya kasus bunuh diri dengan jumlah kasus yang terus meningkat.
Setiap tahunnya ada sekitar 20 orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari jembatan Golden Gate. Dari tahun 1937, jumlah keseluruhan korban bunuh diri telah mencapai 1.300 orang. Kasus bunuh diri yang terjadi di San Fransisco itu akibat dari hilangnya spiritualitas mereka yang telah menjadi korban bagi dirinya sendiri. Seperti itulah contoh pemahaman mengenai arti pentingnya spiritualitas yang diberikan oleh peraih Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogjakarta itu.
ESQ yang dibangun Ary ini pada awal kehadirannya tahun 2001 hanya terdiri dari empat orang staf yang membantu Ary dan hanya mempunyai 25 peserta. Karena kegigihan dan semangatnya untuk terus mengembangkan ESQ, maka pada awal 2008, ESQ Leadership Centre menjadi lembaga pendidikan sumber daya manusia yang didukung lebih dari 300 karyawan, 100 trainer, dan 469.100 alumni yang berasal dari 27 negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Belanda, Australia, Amerika Serikat, Saudi Arabia, Swiss, Jerman, Italia, Jepang, serta beberapa negara lain.
Selain teori, metode yang diterapkan ESQ ini juga menggunakan teknologi audio visual mutakhir, yang mampu menghadirkan efek suara, gambar, animasi, hingga pencahayaan. Teknologi audio visual ini digunakan untuk memandu perjalanan spiritual para peserta yang mengikuti training. Ditambah lagi dengan analisis ilmiah mengenai konsep spiritual. Metode tersebut rupanya berhasil diterapkan kepada peserta. Mereka bisa mendapat pengalaman yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Yang terpenting lagi, metode-metode tersebut dapat menuntun para peserta memahami konsep Spiritual Quotient yang nantinya bisa menyertai langkah mereka dalam melakukan aktivitas.
Training center SDM ini memiliki tujuh tingkatan yang bisa diikuti oleh peserta. Antara lain: ESQ Leadership Training; ESQ Basic Training; ESQ Mission Statement; ESQ Character Building; ESQ Self Control; ESQ Strategic Collaboration; ESQ Total Action; dan ESQ Star Leader.
Hingga tahun 2010, tingkat tertinggi baru bisa dicapai pada tahap ESQ Character Building yang angkatan pertamanya diikuti oleh 400 peserta dari berbagai negara. Untuk tingkat dasar diikuti 69 angkatan kelas eksekutif dan 62 angkatan kelas regular di Jakarta, lalu merambah ke Malaysia sebanyak 17 angkatan. Program kelas lainnya yang ditawarkan ESQ ada kelas Profesional, Kids, Teens dan Mahasiswa. ESQ juga melayani sejumlah perusahaan melalui kelas Swagriya.
Belakangan, ESQ menjalani kontrak dengan Petronas Malaysia dan Sime Darby Berhad untuk memberikan training 3.000 profesional. Ary yang merupakan lulusan Universitas Udayana ini meyakini dalam kurun waktu lima tahun mendatang, ESQ bisa menembus benua Amerika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia.
Keberhasilan yang telah diraih oleh ESQ ini, nyatanya membuat Ary lebih suka memilih mengemban tugas sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni (FKA), jaringan alumni yang bertujuan membentuk lingkaran persaudaraan seluruh dunia, serta tetap mendukung semua kegiatan ESQ Learning Centre. Ary sangat menjaga sikap profesionalisme antara pekerjaan dan masalah pribadinya. Dia tidak ingin masalah pribadinya dapat menjatuhkan ESQ yang telah berhasil Ary dirikan.
Ary juga berkeinginan agar ESQ dikenal sebagai sebuah pendekatan science management, bukan diidentikkan dengan sosok pendirinya. Harapannya, ESQ model, ESQ metode, ESQ konsep yang Ary kembangkan menjadi lebih mandiri dalam jangka pendek dan pada akhir tahap selanjutnya, ESQ bisa terlepas dari Ary. Selain itu, Presiden Direktur PT Arga Wijaya Persada ini berharap bisa mewujudkan Indonesia Emas pada 2020 yang memiliki tiga ciri, yaitu masyarakat yang memiliki rasa ber-Tuhan atau taat kepada Allah. Masyarakat seperti ini memiliki spiritualisme tinggi.
Kedua, masyarakat bertauhid, yang tidak lagi menjadikan dunia ini sebagai prinsip hidup, melainkan Tuhan sebagai tujuan hidupnya. Lalu ketiga, pembangunan ekonomi menuju masyarakat sejahtera seperti negara Madinah di zaman Rasulullah dipenuhi rasa persaudaraan, sikap saling membantu, dan mempunyai perjanjian untuk menghormati perdamaian di antara perbedaan.
Dalam perjalanan spiritualnya, Ary yang menjadikan HS Habib Adnan sebagai pembimbingnya untuk mendalami agama melalui metode kebebasan berpikir selama 10 tahun mengakui, dulu hidupnya selalu dipenuhi oleh berbagai macam tuntutan. Ayah dari Anjar, Erick, Rima, Eqi dan Esqi ini selalu ditekankan untuk mengutamakan nilai-nilai intelektualitas.
Apalagi, Ary lahir dan besar di Indonesia, yang pola pemikiran masyarakatnya tentang pendidikan masih sering menekankan pada tingkat intelektualitas akademis yang tinggi. Setelah berhasil mendapatkan nilai yang bagus ternyata orang tersebut merasa ada sesuatu yang kurang. Ketika diteliti kembali, peran intelektual yang telah didapatkan hanya 20 persen dalam mencapai keberhasilan seseorang. Bahkan, pria kelahiran Bandung, 24 Maret 1965 ini mengatakan, ia pernah berkejaran dengan angka untuk meraih kesuksesan dan mantan atlet karate ini bisa dikatakan telah selesai menjalani seluruh proses pencapaian angka tersebut.
Namun, di sisi lain, semua kesuksesan yang dia raih itu malah membuat hidupnya menjadi terasa hampa. Dia justru merasakan kekeringan dan penderitaan yang luar biasa. Kalau sudah seperti itu, Executive Vice President Jakarta Profesional Chapter (JPC) di Junior Chamber International (organisasi leadership international yang memiliki cabang di 124 negara), ini berpikir ada kesalahan dalam hidupnya yang tidak sempat terlacak oleh dirinya sendiri sehingga menimbulkan keresahan. Dalam hasil perenungannya, Ary menarik sebuah kesimpulan. Apa yang telah dia dapat selama ini ternyata belum tercapai pada sebuah titik yang bernama keseimbangan.
Dalam pengertian, tingkat intelektualitas tinggi yang dia miliki rupanya tidak diimbangi dengan tingkat spiritualitasnya. Itulah yang menyebabkan mengapa kehidupan Ary menjadi begitu kosong. Kecerdasan spiritualitas itulah yang kemudian harus dipelajari. Spiritualitas sebenarnya mengandung makna yang sejati, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh manusia itu sendiri.
Setelah apa yang Ary dapatkan hingga saat ini dalam kaitannya dengan kemampuan fisik dan emosionalnya sebagai manusia, dia tidak lagi mempunyai cita-cita besar untuk dirinya sendiri. Ary hanya ingin menjadi manusia yang bisa mengabdi pada Allah SWT yang menciptakannya. Itu saja yang menjadi harapan Ary saat ini dan seterusnya. e-ti | muli, red