Tangan Kanan Presiden

Pratikno
 
0
1143
Pratikno
Pratikno | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Prof. Dr. Pratikno, M.Soc, Sc, dipercaya Presiden Jokowi menjadi tangan kanannya  sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Kabinet Kerja ( 2014-2019). Mantan Rektor UGM (Universitas Gajah Mada) itu lahir di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, sekitar 40 km dari ibukota Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Setelah reshuffle kabinet, 12 Agustus 2015, posisinya semakin strategis sebagai ‘orang ketiga’ dalam pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebelumnya, posisi ‘orang ketiga’ itu diduduki oleh Luhut Binsar Panjaitan. Luhut yang menjabat Kepala Staf Kantor Presiden sering kali ditugaskan presiden mengordinasi para menteri untuk pelaksanaan tugas tertentu, termasuk Mensesneg dan Seskab dan pejabat lain di lingkungan Istana Negara.

Namun, pengamatan TokohIndonesia.com, setelah Luhut dinaikkan jabatannya menjadi Menko Polhukham dan meninggalkan posisi strategisnya di pusat kekuasaan Istana Negara, posisi ‘orang ketiga’ itu berpindah ke Pratikno selaku Mensesneg. Pengganti Luhut, Teten Masduki sebagai Kepala Staf Kantor Presiden, tidak menduduki posisi ‘orang ketiga’ itu. Teten lebih difokuskan melayani tugas-tugas internal presiden. Mensesneg menjadi ‘koordinator’ di lingkungan Istana Negara, terutama menyangkut tugas-tugas kenegaraan dan pemerintahan ke dalam.

Sementara, Seskab yang dipegang Pramono Anung menggantikan Andi Widjajanto, difokuskan mengurusi tugas-tugas politik kenegaraan dan pemerintahan ke luar, disamping tugas administratifnya sebagai Seskab. Tugas-tugas ini sebelumnya ditangani Luhut Panjaitan sebagai Kepala Staf Presiden.

Maka setelah reshuffle, Pratikno semakin mantap sebagai tangan kanan presiden. Dia mengambil-alih peran strategis yang sebelumnya justru diperankan oleh Kepala Staf Presiden. Kini, koordinasi tugas di lingkungan Istana Presiden berada di tangannya.

Kepercayaan Presiden Jokowi kepada Pratikno sudah terlihat sejak awal penyusunan kabinet. Pratikno sudah sibuk bekerja di lingkungan Istana sebelum susunan menteri Kabinet Kerja diumumkan 26 Oktober 2014. Presiden Jokowi telah meminta lebih dulu bertugas, sebelum kabinet diumumkan, mulai Kamis 22 Oktober 2014. Dia telah menjalankan tugas layaknya Mensesneg untuk mempersiapkan pengumuman dan pelantikan menteri serta mempersiapkan materi sidang kabinet perdana.

Pratikno, salah seorang profesional yang dipercaya Presiden Jokowi bersama Dr. Andi Widjojanto dan Dr. Andrinof Chaniago yang masing-masing menjabat Sekretaris Kabinet dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas dan berada di bawah koordinasi langsung Presiden. Selama kampanye Pilpres 2014, ketiganya bersama Cornelis Lay sudah dekat dengan Jokowi. Pratikno, Andrinof Chaniago dan pengamat politik dari UGM Cornelis Lay tergabung dalam tim tiga dibawah koordinasi Andi Widjojanto. Tapi, Andi dan Andrinof direshuffle. Tampaknya, hanya Pratikno yang berhasil mendalami visi, misi, tugas dan posisi Jokowi sebagai Presiden/Kepala Negara.

Anak Desa Masuk Kota

Mengapa Presiden Jokowi memilih Prof. Pratikno, M.Soc.Sc menjabat Mensesneg? Paling tidak terlihat dari bahasa Presiden Jokowi ketika mengumumkan susunan menteri Kabinet Kerja di Istana Kepresidenan, Minggu (26/10/2014) sore. Nama Pratikno yang pertama kali disebut dan ditunjuk sebagai Menteri Sekretaris Negara. Rektor, guru besar ilmu politik dan pemerintahan. Sama seperti saya, anak desa masuk kota,” kata Jokowi saat memperkenalkan Pratikno dan mempersilakan tampil ke depan.

Selain itu, penghormatan almamater bisa juga menjadi faktor pendukung. Jokowi sebagai alumni UGM, sekaligus memberi penghormatan dengan mengangkat Rektor UGM menjadi Mensesneg. Juga tentu faktor kedekatan pribadi dan kompetensi Pratikno sebagai doktor dan guru besar ilmu politik pemerintahan.

Kebersahajaan Pratikno tampaknya telah menjadi faktor utama. Pratikno seorang anak desa, anak seorang guru, yang mementingkan pendidikan dan pemberdayaan sosial. Pratikno sendiri mengaku tak  pernah memikirkan bakal menjadi menteri sampai namanya diumumkan Jokowi sebagai Menteri Sekretaris Negara. “Saya enggak pernah dihubungi Pak Jokowi dan berbicara soal menteri. Ibarat wawancara, itu wawancara sudah lama terjadi,” ungkap Pratikno.

Advertisement

Dia dan keluarganya memang selalu hidup dalam kesederhanaan. Terbiasa menikmati hidup dengan kebersahajaan meski akrab dengan kesulitan. Pratikno dibesarkan di desa kelahirannya, Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Desa yang dikelilingi hutan jati dan perkebunan tembakau dan baru dialiri listrik pada awal 1990-an. Berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Bojonegoro.

Berasal dari keluarga sederhana, kedua orangtuanya, Kariman (alm) dan Kasminah, berprofesi sebagai guru SD. Sang Ayah adalah Kepala Desa Dolokgede (1977-1998) dan juga sebagai Kepala Sekolah. Sedangkan ibunya, Hj. Kasminah seorang tenaga pengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dolokgede. Pratikno merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara, masing-masing Luluk Hermanto (1959), Pratikno (1962), Wahyu Adiningsih (1963), (alm) Sri Suswati (1965), (alm) Giartiningsih (1967), (alm) Joko Setyono (1969) dan Setyo Wahono (1972).

Ketika itu, belum ada gedung sekolah SD di desa Dolokgede. Maka, Pratikno bersama 13 orang temannya, harus bersekolah dengan menumpang di rumah kepala desa. Dia bersekolah dengan kaki telanjang, belum pakai sepatu. Saat SD, Pratikno selalu mendapat peringkat pertama. Kemudian, setelah lulus SD, dari 13 orang temannya, hanya dia satu-satunya yang melanjutkan SMP.

Lokasi SMP 1 Padangan berjarak 20 kilometer dari kampungnya. Sehingga dia terpaksa indekos. Kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai guru SD merelakannya indekos demi melanjutkan pendidikan. Saat SMP, Pratikno sudah terbiasa mandiri, masak sendiri. Tiap bangun pagi menghidupkan api di anglo untuk masak nasi, tapi untuk sayur dan lauknya beli di warung, seperti sayur asem dan lodeh. Saat itu, seingat Pratikno harga semangkuk Rp 25.

Saat SMP dan kemudian melanjut ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Bojonegoro, dia juga selalu mendapatkan prestasi yang gemilang. Setamat SMA, Pratikno memilih kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM. “Saya kan anak desa, kalau universitas yang kami kenal dan ternama, ya hanya UGM,” kenang Pratikno kepada pers.

Dia memilih Jurusan Ilmu Pemerintahan, karena bercita-cita ingin menjadi Sekda. Pada awal masa kuliahnya, dia pun sempat berkeinginan menjadi camat. “Camat itu sangat dihormati di desa saya, rumah saya dari kantor kecamatan berjarak 18 kilometer,” kenangnya. Sama sekali dia tak pernah membayangkan akan menjadi seorang menteri.

Selama kuliah, dia menjalaninya dengan tekun di tengah kehidupannya yang serba pas-pasan sebagai anak kos. Suatu ketika, Pratikno sempat merasa minder karena status sosialnya. Namun dia berhasil mengatasinya sendiri dengan membulatkan kedad yang kuat. Sehingga dia pun pernah meraih prestasi sebagai mahasiswa terbaik di Jurusan Ilmu Pemerintahan saat memasuki semester III.

Dia juga aktif dalam kelompok diskusi, Juga sering memenangi lomba riset mahasiswa. Sambil kuliah, dia juga mulai rajin menulis dan mengirimkannya ke beberapa media cetak. Honor yang didapat dari tulisannya digunakan untuk menyambung biaya hidup di Yogyakarta.

Sang Ibunda Hj. Kasminah, mengungkapkan, Pratikno seorang anak yang mandiri, cerdas dan disiplin. Dia mampu membiayai kuliahnya hingga lulus tanpa meminta sepeser pun dari orang tua.

Tahun 1986 dia berhasil meraih gelar S1. Dia pun diterima menjadi tenaga pengajar di almamaternya. Akibatnya, cita-citanya menjadi camat dan Sekda menjadi urung tercapai. Sebagai dosen, dia pun berkesempatan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Dia mengikuti progran S2 Department of Developmen Administration University of Brimingham, Inggris pada 1989-1991. Tahun berikutnya, mengikuti program doctoral (S3) Department of Asian Studien, Flinders University of South Australia pada 1992-1996.

Guru Besar dan Rektor UGM

Kariernya sebagai tenaga pengajar sejak 1986 di UGM terbilang cemerlang. Dia menjabat Direktur dan Pengajar Program Pascasarjana Prodi Ilmu Politik Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah, UGM, sejak 2003; Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP, Universitas Gadjah Mada, 2001 – 2004; dan Dekan FISIP, Universitas Gadjah Mada, 2008 – 2012.

Suami Ny Siti Faridah dan ayah 3 anak, itu juga banyak melakukan penelitian dalam politik lokal dan jaringan pemerintahan yang merupakan bidang keahliannya. Beberapa kali menjadi pembicara dalam workshop menjelang pemilu maupun pilkada. Sosoknya mulai dikenal publik ketika dipercaya KPU menjadi salah satu pemandu debat capres tahun 2009. Selain itu, dia juga menjadi tim seleksi anggota KPU dan Bawaslu kala itu.

Pada 21 Desember 2009, Pratikno pun dinobatkan menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Karier dunia akademiknya mencapai puncak saat Prof Dr Pratikno MSoc, terpilih sebagai Rektor UGM periode 2012-2017. Dalam pemilihan rektor Kamis (22/3/2012), dia meraih 26 suara, mengalahkan dua pesaingnya, Prof Dr Marsudi Triatmodjo dan Prof Dr Ir Danang Parikesit, yang hanya meraih 5 dan 1 suara. Usai penghitungan suara, Pratikno mendapatkan ucapan selamat dari kedua calon pesaingnya.

Terpilihnya Pratikno sudah diprediksi sejak tim Panitia Ad Hoc pemilihan Rektor UGM melakukan seleksi tahap pertama. Juga saat slelsi tahan kedua oleh Senat Akademik (SA) dan Majelis Guru Besar (MGB). Namnya sudah melejit dibanding calon lainnya. Pratikno menggantikan rektor periode 2007-2012, Prof Dr. Ir Sudjarwadi, yang masa jabatannya berakhir 28 Mei 2012.

Pratikno menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Rektor UGM Balai Senat UGM berjudul “Rekonsolidasi Reformasi Indonesia: Kontribusi Studi Politik dan Pemerintahan dalam Menopang Demokrasi dan Pemerintahan Efektif”. Dia memamparkan konsepnya tetanng perlunya menginternasionalkan UGM melalui: pertama, proses belajar; kedua, produk SDM; dan ketiga, memiliki daya juang untuk memerdekakan Indonesia. Dia mengatakan pendidikan bukan hanya masalah knowledge, akan tetapi juga ada etik dan kewirausahaan.

Belum berakhir masa jabatannya sebagai Rektor UGM (seyogyanya sampai 2017), Pratikno ‘terpaksa’ meninggalkan dunia akademik karena Presiden Jokowi memilihnya menjadi Menteri Sekretaris Negara. Dia tangan kanan Presiden Jokowi. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com

Data Singkat
Pratikno, Menteri Sekretaris Negara, 2014-2019 / Tangan Kanan Presiden | Direktori | Mensesneg, UGM, Profesor, Menteri, rektor ugm, Sekretaris Negara, Kabinet Kerja, Pratikno

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini