Tukang Kain yang Mendunia

Obin
 
0
686
Obin
Obin | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Totalitasnya dalam mengerjakan sesuatu serta hasrat yang begitu kuat akan kain telah membuatnya sebagai seorang ahli kain. Lewat Bin House, perempuan yang tidak lulus SD ini berhasil menampilkan batik dan kain tenun tradisional menjadi kain-kain kontemporer yang tidak habis dimakan jaman. Jaringan usahanya didukung lebih dari 2.500 pengrajin yang sudah menyebar di berbagai kota metropolitan di dunia. 

Josephine Werratie Komara terlahir sebagai perempuan keturunan Tionghoa dengan nama Ang Siok Bin. Meski berdarah Tionghoa, perempuan kelahiran 16 Juli 1955 yang populer dengan nama Obin ini bangga pada kekayaan budaya Indonesia terutama kain. Selama puluhan tahun, dengan pendekatan modern, ia konsisten menghidupkan kembali kebudayaan dan tradisi yang sudah banyak ditinggalkan lantaran dianggap kuno.

Obin mulai jatuh cinta pada budaya Indonesia saat melihat penampilan ibundanya yang gemar menggunakan kebaya dan kain tradisional. Dari situ perempuan tomboy yang sempat bercita-cita menjadi pemadam kebakaran ini mulai berpikir, mengapa warisan budaya bangsa yang membuat wanita tampil dengan cantik dan anggunnya itu justru kian ditinggalkan. Belum lagi perkembangan produksi mesin secara masal, membuat kain tradisional semakin terpinggirkan. Karena itu, sejak pertengahan tahun 1970, Obin mengumpulkan potongan-potongan kain dari seluruh pelosok Indonesia.  Bagi Obin, kain mencirikan budaya dan tradisi. Karena itu, jika budaya dan tradisi hilang, maka kain hanya akan menjadi selembar kain.

Dimulai dari kain buatan tangan, upaya Obin kemudian terus berlanjut hingga akhir tahun 70-an. Dengan segala keterbatasannya, pada tahun 1986, ia berhasil membuka toko pertamanya di Menteng Jakarta Pusat di sebuah pavilion kecil nan sederhana. Kain-kain antik yang telah dikoleksinya sejak tahun 70-an menjadi acuan sebagaimana layaknya catatan dalam mengembangkan kain Bin House.

Usahanya terus berkembang, bahkan putri pasangan Komara dan Hasmina ini  berhasil menggelar sejumlah pameran tekstil hingga ke mancanegara. Pada 1987 misalnya, ia mengikuti Desain Contest Tekstil Internasional yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang. Dalam event tersebut, Obin berhasil keluar sebagai juara dengan sepotong kain tenun ikat hasil kreasinya. Setahun berselang, dalam pameran bertajuk “From The Past for the Future” yang juga diadakan di Jepang, Obin memamerkan koleksi kain Madura, Banyumas, Bali, dan Priangan yang tak hanya indah namun juga dinilai sebagai literature menarik untuk dipelajari.

Dalam perkembangannya, toko sederhana yang kemudian diberi label Binhouse itu sejak tahun 1989 lebih memfokuskan diri untuk membuat kain batik lewat serangkaian eksperimen. Di tahun yang sama, jika sebelumnya Obin membuat  batik di atas katun, kali ini ia mulai membuat terobosan dengan membuat batik di atas tenun. Metode pengerjaannya pun beragam mulai dari sulam, pintalan, inovasi lilitan baru, kain cutwork, pecah pola hingga pewarnaan alami. Kain-kain produksi rumah mode itu merupakan hasil modifikasi kain tradisional Indonesia dari berbagai daerah. Dengan sentuhan kreatifnya, kain-kain itu dibuat dengan tampilan baru agar terkesan kekinian namun tetap berpegang teguh pada pakem yang sudah ada.

Istimewanya lagi, semua kain-kain itu dikerjakan dengan tangan tanpa bantuan mesin. Tak heran bila dalam pembuatannya, sepotong kain rancangan Obin memakan waktu hingga hitungan bulan bahkan tahun. Harga puluhan juta rupiah pun dirasa cukup pantas mengingat tingkat kesulitan pembuatan kain-kain tersebut. Dibantu sang suami, Roni Siswandi beserta dua adik iparnya, Inke dan Yusman, teknik dan motif kain Bin House terus berkembang. Terutama dalam hal menjaga kelangsungan produksi beberapa merek kreasi Obin yang dari tahun ke tahun mengalami perkembangan seperti Cita, Pakis, Umbi dan Sutera.

Kerja keras bungsu dari tiga bersaudara ini pun menuai hasil. Karya Obin tak hanya dapat diterima di dalam negeri tapi juga pasar internasional yakni Jepang dan Singapura. Koleksi kain buatan Obin bahkan tidak hanya dipakai masyarakat biasa. Aktris Hollywood ternama sekaliber Julia Roberts hingga bintang rock Mick Jagger pun pernah terpana dan akhirnya mengoleksi karyanya. Meski sudah go internasional, dengan rendah hati Obin mengaku lebih bangga ketika pelanggan lokal yang membeli kain-kainnya tersebut. Karena menurutnya, warisan budaya lebih baik diapresiasi oleh masyarakat Indonesia, bukan malah masyarakat luar negeri.

Koleksi kain buatan Obin bahkan tidak hanya dipakai masyarakat biasa. Aktris Hollywood ternama sekaliber Julia Roberts hingga bintang rock Mick Jagger pun pernah terpana dan akhirnya mengoleksi karyanya.

Selain mengurus Binhouse, keseharian Obin juga diisi dengan sejumlah kegiatan antara lain berpartisipasi dalam forum internasional, mulai dari lokakarya, simposium hingga diskusi tentang pembuatan tekstil. Pengalamannya selama puluhan tahun membuat nama Obin cukup disegani di dunia pertekstilan. Tahun 2001 misalnya, Obin mendapat undangan untuk hadir dalam simposium yang diselenggarakan oleh UNESCO dan The Toyota Foundation. Bahkan perempuan yang mengenyam pendidikan formal hanya sampai kelas 5 SD ini juga mengajar mahasiswa S3 Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pada September 2009, Obin menjadi delegasi Indonesia dalam rangka promosi budaya “Indonesian Inspired” yang diadakan oleh Asia House London. Dalam ajang bergengsi itu, Obin diundang sebagai pembicara mengenai busana batik Indonesia yang mengusung tema “From Tradition to Glamour”. Dalam kesempatan itu, ia juga secara khusus memboyong koleksi pribadinya untuk dipamerkan. Mengenakan kebaya batik berdiri bertelanjang kaki di atas panggung, Obin dengan gayanya yang khas menjelaskan secara lugas mengenai teknik pembuatan batik dan desain batik karyanya yang telah mengubah batik tradisional menjadi baju batik modern nan glamour.

Advertisement

Penjelasan Obin yang sangat detil, membuat mereka yang hadir sangat terkesan. Tak hanya itu, Obin juga mampu menanggapi semua pertanyaan dari para pengunjung, termasuk ketika ada pertanyaan mengenai ‘apakah Batik berasal dari Malaysia atau India’. Dengan tegas Obin menjawab, seni membatik  itu berasal dari daerah Jawa atau Indonesia. Agar lebih meyakinkan, Obin menjelaskan asal kata ‘Batik’ yang berasal dari bahasa Jawa yaitu kata “ba” atau “mba” yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik.

Masih di tahun 2009, selain lewat Binhouse, Obin juga berusaha memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai beragam jenis teknik pembuatan kain melalui bukunya yang bertajuk White On White. Isinya tentang koleksi khusus kain putih produksi Binhouse sejak 1999 hingga yang terbaru. Obin sangat berharap masyarakat Indonesia tidak hanya tahu mengenakan kain buatannya saja, tetapi mengerti bagaimana cara pembuatannya. Hal tersebut secara tidak langsung bisa mengangkat rasa peduli masyarakat Indonesia terhadap perkembangan kain Nusantara.

Keluasan wawasan dan kebesaran namanya tak membuat Obin menjadi sosok yang berbeda. Ia masih tetap mempertahankan cirinya sebagai ‘perempuan berpenampilan jadul’. Rambut panjang, kebaya, lengkap dengan kain batik tak bisa dipisahkan dari kesehariannya. Untuk tampilan uniknya itu, Obin punya jawaban sendiri, “Meskipun dengan memakai kain, juga dapat melakukan aktivitas dan bekerja. Begitu juga dilakukan perempuan Indonesia zaman dulu. Kain dan kebaya menjadi identik busana setiap perempuan,” kata ibu dua anak ini seperti dikutip dari situs indopos.com. Obin juga dikenal sebagai figur yang bersahaja, ia lebih senang disebut sebagai tukang kain ketimbang desainer lantaran menganggap profesi tukang lebih terhormat dan penting.

Dedikasinya pada kebudayaan asli peninggalan leluhur membuat panita Jakarta Fashion Week 2012 menggandeng Obin untuk berpartisipasi dalam event fashion tahunan tersebut. Mengambil tajuk A Catwalk Moment, Obin menampilkan 48 set busana koleksinya yang terdiri dari empat sekuen, dengan beragam kombinasi warna dan materi yang didominasi kain berbahan sutra.

Dalam perhelatan yang bertempat di Pacific Place, Jakarta pada pertengahan November 2011 itu, Obin berhasil menghipnotis para penikmat fesyen dengan koleksi busana batik rancangannya yang anggun dan dinamis. Karya-karyanya yang memikat mata mulai dari kebaya kutubaru, encim, hingga cheongsam bahkan mengundang decak kagum dan standing applause dari para penonton. Di akhir shownya, Obin yang pada tahun 2002 pernah dinobatkan majalah Swa sebagai salah satu dari 50 perempuan bisnis paling berpengaruh ini, juga berlenggak-lenggok sambil menari ceria di atas catwalk. eti | muli, red

Data Singkat
Obin, Desainer Kain / Tukang Kain yang Mendunia | Direktori | desainer, batik, tionghoa, perancang, busana, kain, kain tenun, kain tradisional

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini