Biduanita Dangdut yang Santun
Evie Tamala
[SELEBRITI] Di tengah menjamurnya para penyanyi dangdut yang hanya menjual sensualitas, Evie Tamala tetap tampil santun dan bersahaja di atas panggung. Berkat sederet prestasi yang diraihnya, beberapa kalangan memberinya predikat salah satu diva musik dangdut. Belakangan Evie juga aktif di belakang panggung dengan menjadi produser beberapa penyanyi berbakat.
Evie Tamala lahir di Desa Cigalontang, Kecamatan Cigalontang, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya pada 23 Juni 1969 dengan nama asli Cucu Suryaningsih. Sejak kelas 2 SD, anak bungsu dari enam bersaudara ini telah menunjukkan bakat menyanyinya. Namun sebagai anak yang lahir dan tumbuh di sebuah desa terpencil, keinginan untuk mewujudkan cita-cita sebagai penyanyi terkenal bukanlah hal yang mudah.
Dengan penuh kesabaran ia merintis karirnya sebagai penyanyi di kota kelahirannya setapak demi setapak. Perjuangan Evie dimulai pada tahun 1980. Saat itu ia tergabung dengan sebuah grup Orkes Melayu (OM) Sinar Remaja. Sejak saat itu, Evie yang masih menggunakan nama panggung Uce Arfina disibukkan dengan kegiatan manggung di acara-acara hajatan kenduri seperti pesta pernikahan, syukuran khitanan, hingga perayaan hari kemerdekaan RI.
Hingga suatu ketika, bersama Sinar Remaja ia mendapat kesempatan untuk mengisi sebuah acara di kawasan Bandung, Jawa Barat yang kemudian menjadi titik balik perubahan nasibnya. Suara merdu Evie seketika membuat seorang pencipta dan produser lagu dangdut bernama Muchtar B yang kebetulan hadir saat itu, kepincut. Tanpa membuang waktu, Muchtar langsung mengajak Evie untuk masuk dapur rekaman. Sayangnya, debut album Evie ketika itu menuai hasil yang mengecewakan. Yang lebih ironis, kasetnya pun tidak beredar di pasaran.
Kekecewaan semakin bertambah dengan penolakan yang harus diterimanya saat ia ingin tampil dalam acara ‘Aneka Ria Safari,’ salah satu program acara hiburan di TVRI, lantaran namanya dianggap kurang begitu komersial. Waktu itu saya menggunakan nama Uce Arifina, karena menurut produsernya nama tersebut kurang komersil, saya akhirnya ditolak,” ungkap wanita berwajah sendu ini.
Penolakan tersebut sempat membuatnya pesimis akan masa depannya sebagai pedangdut yang sudah dirintis dengan susah payah. Namun sebagai orang yang pertama kali mengajak Evie masuk dapur rekaman, Muchtar B merasa bertanggung jawab dengan terus memberikan dukungan serta memotivasi Evie untuk tetap semangat.
Dengan menanamkan keyakinan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, Evie pun berusaha bangkit dari keterpurukan. Alhasil, dengan bermodal semangat, Evie kembali hadir menyemarakkan blantika musik dangdut di tahun 1988, bertepatan dengan peluncuran albumnya yang kedua dengan lagu andalan Tang Ting Tong Der karya Muchtar B.
Prestasi paling fenomenal dicatat Evie pada tahun 2007 dalam ajang penghargaan AMI Awards. Ia sukses menyabet tropi untuk kategori Lagu Terbaik Dangdut Konvensional, Artis Solo Wanita Terbaik Dangdut konvensional, Artis Solo/Duo/Group Terbaik Album Dangdut Konvensional, Produser Rekaman Terbaik Penunjang Produksi, Artis Terbaik Bidang Umum, dan Album Terbaik Bidang Umum.
Sayangnya keberuntungan masih belum berada di pihak Evie. Album yang direkam di atas pita MSC Records itu belum mampu mengangkat namanya. Meski demikian, Evie belum juga menyerah. Setahun kemudian ia kembali meluncurkan album ketiganya dengan judul Dokter Cinta. Kerja keras dan kegigihan Evie mulai membuahkan hasil, album tersebut laris manis di pasaran.
Popularitas lagu tersebut sedikit banyak juga ikut terdongkrak dengan tingkah jenaka pelawak Doyok Sudarmadji yang saat itu didapuk menjadi model video klipnya. Penghargaan dari HDX Award 1989 untuk kategori 10 Besar Penjualan Terbanyak pun berhasil diraih Evie. Tak ayal nama Evie Tamala pun mulai dikenal masyarakat. Pundi-pundi rupiah mulai mengalir deras ke kantongnya, sebuah mobil menjadi bukti kesuksesan album ketiganya itu.
Sejak itu, Evie terus menelurkan karya-karya terbaiknya. Bermunculannya bakat-bakat baru di dunia dangdut seolah tak menggoyahkan eksistensi seorang Evie Tamala. Namanya seakan telah mendapat tempat tersendiri di hati para penggemar musik dangdut. Penghargaan untuk sejumlah kategori dari berbagai ajang seperti Anugerah PWI, AMI Awards, hingga Anugerah Dangdut TPI berhasil diperolehnya.
Prestasi paling fenomenal dicatat Evie pada tahun 2007 dalam ajang penghargaan AMI Awards. Ia sukses menyabet tropi untuk kategori Lagu Terbaik Dangdut Konvensional, Artis Solo Wanita Terbaik Dangdut konvensional, Artis Solo/Duo/Group Terbaik Album Dangdut Konvensional, Produser Rekaman Terbaik Penunjang Produksi, Artis Terbaik Bidang Umum, dan Album Terbaik Bidang Umum.
Bahkan memasuki usianya yang sudah menginjak kepala empat, nama Evie masih berjaya dengan keberhasilannya meraih penghargaan Nagaswara Music Awards 2010 untuk kategori Artis Dangdut Terbaik. Meski sedikit tak menyangka, Evie berharap lewat penghargaan tersebut, musik dangdut bisa lebih maju lagi.
“Semoga dengan penghargaan ini saya dan insan dangdut bisa berkarya lebih baik lagi. Bisa dikembangin dan gali lebih banyak lagi dalam musik dangdut,” pungkasnya di sela-sela acara penghargaan seperti dikutip dari situs Kapanlagi.
Evie sepertinya sulit disaingi, bukan hanya karena karya-karya dan lantunan merdu suaranya, tapi juga karena pembawaannya yang anggun, santun, dan bersahaja yang membuat dangdut yang kerap dicap sebagai musik kelas bawah menjadi lebih berkelas.
Ia pun tak terpengaruh saat ranah musik dangdut banyak disesaki para biduanita yang hanya menjual sensualitas dan goyangan seronok. Belakangan Evie bahkan tampil semakin santun dengan busana muslimah yang membalut rapat tubuhnya.
Sebagai pedangdut yang merintis karirnya dari bawah, Evie menyadari aliran musik yang telah membesarkan namanya belakang kian terpuruk, selain dicemari dengan pornoaksi, Evie juga menaruh keprihatinan mendalam terhadap merebaknya pembajakan lagu-lagu dangdut. “Saya prihatin melihat pembajakan musik yang ada di mana-mana, dan sangat meresahkan. Sepertinya para penegak hukum tidak serius dalam menangani masalah pembajakan, para pelaku pembajakan seharusnya ditindak dengan tegas terutama bos dan para pemilik modalnya. Tapi kenyataannya, mereka masih leluasa melakukan aksinya yang merugikan orang lain,” tegas penyuka warna merah itu dengan nada agak tinggi seperti dikutip dari tabloid dangdut plus.
Dengan kondisi demikian, istri dari Malik ini lebih memilih menunggu hingga industri musik dangdut kembali membaik. Selain itu, ia juga tidak terlalu menggebu-gebu untuk menelurkan album baru. Untuk sementara waktu, Evie menyibukkan dirinya dengan mendalami ilmu keagamaan dengan mengaji di majelis taklim serta aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan seperti saat menghibur korban bencana alam.
Keterlibatannya pada kegiatan sosial dan keagamaan, juga dilandasi oleh kesadarannya setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia hiburan yang gemerlap, yang kadang membuatnya silau hingga jauh dari Sang Pencipta. Meski berhasil menjadi penyanyi terkenal yang merupakan cita-citanya sejak kecil hingga ia dapat hidup bergelimang harta dan popularitas, hal itu tak serta merta membuat batinnya tenteram dan damai. Wanita yang hingga kini belum dikaruniai keturunan itu sadar bahwa semua yang telah diraihnya adalah semu. “Saat ini saya lebih merasakan ketenangan dengan menghadiri acara kerohanian serta kegiatan sosial lainnya. Untuk sekarang dan ke depan, saya akan berupaya sekuat mungkin agar kegiatan panggung dan agama harus seiring dan sejalan,” pungkasnya.
Aktivitasnya di bidang keagamaan yang banyak digelutinya kemudian mendorong Evie untuk melahirkan album religi yang mengandung muatan spiritual setelah bertahun-tahun hanya merilis album sekuler. Niat itu diutarakannya pada tahun 2010, ia berharap album tersebut bisa hadir ke tengah masyarakat dan menjadi inspirasi bagi setiap orang. eti | muli, red