Yusuf dan Pendidikan Maluku Utara

[ Yusuf Abdulrahman ]
 
0
527
Yusuf Abdulrahman
Yusuf Abdulrahman | Tokoh.ID

[WIKI-TOKOH] Di tangan Muhammad Yusuf Abdulrahman, Maluku Utara mengukir kisah paradoksal dalam kancah pendidikan. Universitas Khairun yang susah payah dihidupkan melalui yayasan diserahkan kepada negara. Langkah yang bisa dikatakan bertentangan dengan kecenderungan umum pengelola yayasan pendidikan yang ingin menguasai asetnya.

Langkah itu membuat Yusuf dianggap “gila” oleh koleganya, mengingat Universitas Khairun yang dia pimpin mulai mapan. “Saya khawatir yayasan yang mengelola lembaga pendidikan ini salah urus dan aset Universitas Khairun dijual atau diperebutkan,” katanya.

Sejak 1998, dia mundur sebagai Rektor Universitas Khairun karena merasa terlalu lama di posisi itu. Namun, ia membantu rektor selanjutnya, Rifai Umar, dalam proses transisi perubahan status Universitas Khairun dari swasta menjadi negeri. Maret 2004, terbit Surat Keputusan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menegaskan perubahan Universitas Khairun menjadi universitas negeri.

Setelah itu, Yusuf masih menggunakan “tangan dinginnya” di dunia pendidikan untuk membuat sekolah menengah atas (SMA) unggulan di Ternate, SMA Unggulan Baabullah. “Konsepnya, membayar guru dengan gaji tinggi dan siswa tak perlu membayar.”

Idenya itu lagi-lagi dianggap “gila” oleh koleganya. “Bagaimana mungkin sekolah bisa beroperasi, dari mana uangnya?” katanya mengutip pertanyaan banyak orang kala itu. Namun, ada saja ide Yusuf agar masyarakat Maluku Utara (Malut) bisa mengenyam pendidikan lebih baik dengan biaya terjangkau.

Seperti saat utang dan keterbatasan dana melilit Universitas Khairun pada awal dia menjadi rektor pada 1983. Yusuf justru menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi. Ia juga mengeluarkan kebijakan biaya pendidikan lebih murah bagi mahasiswanya, sebesar Rp 30.000-Rp 60.000 per semester. Saat itu umumnya biaya pendidikan di universitas swasta Rp 60.000-Rp 100.000.

Ia juga berusaha meringankan beban dana yang harus ditanggung mahasiswa saat menghadapi ujian negara. Kebijakan itu muncul karena dia tak ingin membebani mahasiswa.

“Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Jika pendidikan terlalu mahal, akan banyak warga Maluku Utara yang tak mampu menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi,” tuturnya.

Yusuf lahir dari keluarga petani di Ternate, Maluku Utara. Besarnya kepeduliannya kepada dunia pendidikan muncul saat dia menjadi mahasiswa di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang. Sejumlah kawannya dari Maluku Utara terpaksa berhenti kuliah karena tak ada dana.

Lalu, dari mana dana operasional Universitas Khairun diperoleh? Sebab, dana dari mahasiswa selama setahun hanya mencukupi biaya operasional kampus selama sebulan. Rupanya dana itu diperoleh dari pemerintah daerah meski itu pun sebagian habis untuk menambah ruang kelas.

Advertisement

Agunkan tanah

Untuk menutup biaya operasional kampus, Yusuf sampai pernah mengagunkan kebun seluas 4 hektar yang mengitari rumahnya di Ternate demi mendapat pinjaman bank meski kebun itu sebetulnya milik istrinya, Mariam.

“Orangtua saya menasihati agar kita berkorban bagi kepentingan yang lebih besar. Dengan begitu, niscaya Allah akan memberikan imbalan yang lebih besar,” katanya.

Kondisi keuangan baru membaik ketika Yusuf berhasil meyakinkan para pengusaha kayu dan hasil bumi, seperti kopra, cengkeh, dan pala, di Malut untuk menyumbangkan dana.

“Saya bilang kepada mereka, jangan hanya mengambil kayu dan hasil bumi Maluku Utara tanpa memberikan apa-apa kepada masyarakatnya,” ujarnya.

Gabungan dana dari pemerintah dan pengusaha tersebut bisa melunasi utang Universitas Khairun saat itu. Bahkan, dapat untuk mengembangkan universitas dan memberikan layanan pendidikan murah bagi mahasiswa. Yusuf melunasi pinjaman bank dari penghasilannya di kampus dan hasil bumi kebunnya di Halmahera Selatan.

Dia juga berhasil mengupayakan 80 orang lulusan Universitas Khairun memperoleh pendidikan lebih tinggi di sejumlah perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa, juga Australia dan Jepang.

Dari keprihatinan

Yusuf adalah rektor ketiga Universitas Khairun. Ia satu dari sekitar 20 orang perintis pendirian perguruan tinggi pertama di Malut itu pada 15 Agustus 1964 di bawah Yayasan Pembina Pendidikan Khairun.

Pendirian yayasan dan perguruan tinggi berangkat dari keprihatinan akan belum tersedianya layanan pendidikan tinggi di Malut saat itu. Bupati Malut MS Jahir dan Kepala Kejaksaan Negeri Ternate Baharuddin Lopa juga termasuk di antara perintisnya. Bersama Lopa pula, Yusuf merintis berdirinya Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri di Ternate pada 1966.

Universitas Khairun yang semula hanya terdiri dari tiga fakultas pun berkembang menjadi tujuh fakultas, yakni pertanian, sastra, teknik, kependidikan, perikanan, ekonomi, dan hukum. Mahasiswanya yang semula 200 orang, belakangan mencapai ribuan orang.

Sedangkan pada SMA Unggulan Baabullah, dari 50 murid yang mendaftar, 25 di antaranya lulus. Dari jumlah itu, hanya 16 murid yang mampu mengikuti “beratnya” pelajaran di sekolah tersebut, sisanya memilih pindah ke sekolah lain.

“Selama 20 hari sebelum ujian akhir SMA, saya mengisolasi mereka di rumah saya untuk mendapatkan pelajaran intensif. Mereka tak boleh keluar, orangtua pun tak boleh menjenguk,” ungkapnya.

Hasilnya, semua murid lulus dan diterima di sejumlah perguruan tinggi negeri. Setelah meluluskan angkatan pertama sekaligus mewariskan metode pembelajaran, Yusuf menyerahkan sekolah itu kepada pemerintah. SMA Unggulan Baabullah pun berubah nama menjadi SMAN 8 Ternate.

Selain itu, dari hasil menjual pisang, cengkeh, dan kelapa di pekarangan rumah, Yusuf juga mampu mengasuh dan menyekolahkan 50 anak dari keluarga tidak mampu.

Kini, di usia yang menapak senja, Yusuf masih kerap diminta berbagai pihak untuk membagi buah pikirannya. Rumahnya juga tetap menjadi tempat diskusi kaum muda. e-ti

Sumber: Kompas, Selasa, 13 Juli 2010 | Penulis: Ponco Anggoro

Data Singkat
Yusuf Abdulrahman, Rektor Universitas Khairun, Ternate, 1983-1998 / Yusuf dan Pendidikan Maluku Utara | Wiki-tokoh | Rektor, DPD, pegawai

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here