Awalnya Alergi Dangdut

Kristina
 
0
936
Kristina
Kristina | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Di awal kemunculannya di blantika musik dangdut, penyanyi yang sudah tampil di atas panggung sejak usia 12 tahun ini kerap membawakan lagu-lagu lawas. Namun tak banyak yang tahu, biduanita yang pernah mendapat julukan “Krisdayanti Dangdut” (KD) ini awalnya merasa “alergi” terhadap musik dangdut.

Kristina Iswandari, putri kelima dari enam bersaudara pasangan Bowo Sukiswo dan Dariah ini lahir di Pemalang, 8 Mei 1976. Hobi menyanyinya sudah terlihat sejak kecil, akan tetapi lagu-lagu yang dinyanyikan bukan lagu dangdut melainkan pop rock. Menurut Kristina, waktu kecil ia tidak suka mendengar lagu dangdut yang dianggapnya sebagai musik kampungan. Perempuan bertubuh mungil ini lebih senang menyanyikan lagu-lagu cadas milik lady rocker idolanya, Nicky Astria.

Bakatnya di dunia tarik suara baru benar-benar mencuri perhatian setelah ia mengikuti kontes menyanyi yang digelar di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Secara tak terduga, Kristina berhasil keluar sebagai jawara kontes yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 1987 itu. Rasa bahagia dan bangga seketika menyelimuti perasaannya kala itu. Bagaimana tidak, jangankan dirinya, sang bunda pun sama sekali tidak menyangka kalau Kristina yang waktu itu masih duduk di bangku kelas 6 SD berhasil menjadi yang terbaik. Maklum saja, sejak awal ibunya memang lebih mengarahkan Evalina Larasati, kakak kandung Kristina yang juga jago berolah vokal.

Dari ajang itu, kepercayaan diri Kristina mulai tumbuh. Ia getol mengikuti berbagai kejuaraan menyanyi, baik itu di sekolah, rt/rw, kecamatan, se-Jabodetabek, hingga kelas festival. Namanya sebagai penyanyi bersuara indah mulai tersohor, setidaknya bagi para tetangga di sekitar kediamannya di bilangan Walang Barat,Tanjung Priok.

Bakatnya di dunia tarik suara baru benar-benar mencuri perhatian setelah ia mengikuti kontes menyanyi yang digelar di Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Secara tak terduga, Kristina berhasil keluar sebagai jawara kontes yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 1987.

Dulu di sekitar tempat tinggalnya, ada saja pencari bakat yang mencari anak kecil untuk diorbitkan menjadi penyanyi. Kalau sudah begitu, para tetangga langsung merekomendasikan Kristina. Sayang, tak semuanya benar-benar berniat mencari bintang, banyak diantaranya yang memintanya menyetorkan sejumlah uang terlebih dahulu. Kalau sudah begitu, permintaan tersebut akan langsung ditampik orangtua Kristina, “Ah, tidak perlu cara yang seperti itu. Kalaupun anak saya akan jadi penyanyi, biar Allah yang tunjukkan jalan-Nya,” begitu kata Ny Dariah, ibunda Kristina seperti dikutip dari situs tabloid Nova.

Suatu ketika ada produser yang bersikap baik tanpa meminta imbalan, tapi Kristina belum juga menemukan jalannya untuk bisa menembus dapur rekaman. Alasannya, warna vokal Kristina dianggap terlalu nge-pop, sedangkan pada saat itu, mereka tengah mencari calon penyanyi dangdut cilik. Melihat banyaknya produser yang mencari penyanyi dangdut, Ny Dariah akhirnya merayu Kristina agar mau belajar menyanyikan lagu dangdut yang terkenal dengan cengkoknya yang sulit.

Kristina yang awalnya enggan mengikuti kemauan ibunya, akhirnya luluh juga setelah dibelikan sebuah kaset berisi lagu-lagu dangdut yang pernah populer. Dari situ perlahan rasa bencinya pada lagu dangdut mulai terkikis, tapi tetap saja ia kesulitan menguasai cengkok dangdut. Ibunya bahkan mendatangkan guru privat dangdut, namun tidak membuahkan hasil.

Meski begitu, ia tak benar-benar berhenti mempelajari dangdut. Suatu ketika sebuah band bernama Anak Adam tengah mencari vokalis perempuan. Atas bantuan abang iparnya, Kristina pun mengisi posisi tersebut. Dengan mengusung bendera Anak Adam, Kristina dkk kerap tampil mengisi acara di Ancol. Penampilan mereka boleh dibilang unik dan memukau sebab saat itu mereka masih duduk di bangku SD, ditambah lagi ketika itu keberadaan band anak masih sangat jarang.

Dalam setiap penampilannya, Kristina menyelipkan satu lagu dangdut yang tidak terlampau njelimet. Salah satu lagu yang dulu sering dinyanyikannya di atas pentas adalah lagu berjudul Ini Rindu yang sedikit bernuansa pop. Setelah mampu membawakan lagu pop dangdut dengan cukup baik, ia mulai mencoba menyanyikan lagu dangdut yang lebih sulit hingga akhirnya ia berhasil menguasai cengkok dangdut secara otodidak.

Beranjak remaja, Kristina memutuskan keluar dari band Anak Adam dan mulai mencari peruntungannya sendiri. Meski harus berjuang seorang diri, tawaran menyanyi justru kian deras menghampirinya. Di sisi lain, kendati sejak kecil sudah disibukkan dengan jadwal manggung, prestasi akademik Kristina di sekolah terbilang cukup membanggakan, setidaknya ia selalu masuk 10 besar di kelasnya. Sayang, setelah duduk di bangku SMA, prestasi alumni jurusan manajemen pemasaran SMEA Negeri 10 ini mulai merosot.

Advertisement

Hasratnya untuk menjadi penyanyi profesional terus membara. Ia kian giat mengikuti berbagai festival serta audisi untuk merebut tiket masuk ke dapur rekaman. Salah satu kompetisi yang pernah diikutinya adalah Bina Suara Pelajar di TPI. Di ajang tersebut, ia keluar sebagai juara ke 3. Tapi bukannya senang, ia justru sedih lantaran tidak puas dengan penampilannya yang saat itu sedang kurang fit. Kalau saja kesehatannya tak terganggu, ia amat optimis bisa menjadi juara pertama.

Semangat untuk meraih impian menjadi biduan ternama yang mulanya menggebu-gebu perlahan-lahan menipis seiring dengan kegagalan dan penolakan yang diterimanya bertubi-tubi. Karena kecewa, Kristina sempat mogok tampil dalam kontes menyanyi. Setiap ada tawaran untuk mengikuti kompetisi atau audisi selalu ditolaknya. Sampai suatu ketika, seorang pencari bakat bernama Hari yang sudah dianggap sahabat membujuknya untuk ikut audisi penyanyi dangdut.

Kristina awalnya menolak tawaran tersebut, namun ia berubah pikiran setelah dirayu ibunya yang dari awal memang amat mendukung bakatnya di dunia musik. Perjuangannya kali ini berbuah manis, IS Pro Record menerimanya sebagai penyanyi dan mengontraknya selama dua tahun.

Oktober 1997 menjadi bulan bersejarah bagi Kristina. Untuk pertama kalinya, ia masuk ke dapur rekaman dan merintis impiannya sebagai biduan profesional. Lagu pertama yang ia bawakan adalah lagu lawas yang diciptakan sekaligus dinyanyikan mendiang Meggy Z. Dua bulan berselang, video klip untuk lagu tersebut dibuat.

Tepat 1 Januari 1998, single pertamanya itu mulai diputar di berbagai stasiun radio dan televisi. Saking senangnya, hampir sepanjang tahun baru itu, ia tak beranjak dari depan layar kaca. Impiannya menjadi penyanyi akhirnya benar-benar terwujud. Kebahagiaan kian bertambah setelah melihat sambutan masyarakat yang cukup hangat. Album perdana Kristina saat itu berhasil terjual sebanyak 50.000 keping. Angka tersebut terbilang luar biasa untuk ukuran penyanyi pendatang baru, belum lagi saat itu Indonesia tengah diguncang krisis moneter yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang, tak terkecuali album musik. Harga kaset yang mulanya berkisar Rp 5.000 saat itu melonjak hingga mencapai Rp. 12.000.

Nama Kristina mulai ramai dibicarakan orang sebagai pedangdut muda yang potensial. Hari-harinya mulai disibukkan dengan kegiatan promo album ke berbagai radio dan TV, dalam maupun luar kota. Produser memang cukup jeli melihat pasar yang ketika itu memang mulai gandrung dengan musik dangdut. Setelah album “Berakhir Pula”, Kristina kembali hadir dengan album keduanya yang bertajuk Sang Pujangga. Baru merekam beberapa lagu, sang produser menyodorkan lagu Jatuh Bangun yang dulu pernah dipopulerkan Meggy Z.

Ketika mendapat tawaran itu, Kristina mengaku sempat risih karena takut masyarakat menganggapnya hanya mendompleng popularitas seniornya. Namun akhirnya ia menyerah pada keinginan produser hingga album Jatuh Bangun yang akhirnya diluncurkan terlebih dahulu. Perhitungan produser tak meleset. Meski kembali menyanyikan lagu daur ulang, single Jatuh Bangun kian melambungkan nama Kristina di blantika musik dangdut. Konon penjualan album ini mencapai angka ratusan ribu kopi. Walau namanya dikenal berkat lagu lawas, banyak kalangan menganggap kehadiran Kristina memberi kesan baru di blantika musik dangdut Indonesia.

Dalam hitungan hari, rumahnya langsung kebanjiran surat dari para penggemarnya. Membaca surat pun menjadi kegiatan barunya di rumah. Isinya pun macam-macam, ada yang sekadar curhat, meminta foto, baju, bahkan uang.

Tahun 2002 bisa dibilang merupakan puncak karirnya sebagai pedangdut. Selain jadwal show yang tak pernah sepi, di tahun itu pula ia berhasil mengadakan konser di Hard Rock Café, Jakarta. Suatu pencapaian yang cukup membanggakan untuk ukuran penyanyi dangdut lantaran itulah kali pertama lagu dangdut dibawakan di kafe yang terbilang elit. Momen itu pun akhinya jadi peneguhan bahwa dangdut sudah diterima masyarakat luas.

Masih di tahun yang sama, Kristina mengukir prestasi lain dalam karir menyanyinya. Dalam ajang AMI Sharp, ia berhasil dinobatkan sebagai Penyanyi Dangdut Wanita Terbaik. Tak hanya sampai di situ, di tahun-tahun berikutnya nama Kristina kembali keluar sebagai yang terbaik. Pada tahun 2003, ia meraih MTV Dangdut, setahun kemudian ia menyabet gelar sebagai Penyanyi Dangdut Terbaik SCTV Award serta sederet penghargaan lainnya.

Tak hanya piawai melantunkan cengkok-cengkok dangdut, Kristina juga sempat menjajal seni peran. Selain pernah membintangi sinetron berjudul Cinta Bukan Sayur Asem, Kristina juga tampil dalam film layar lebar Be Happy di Pinggir Kali. Skenario film yang dibintanginya bersama aktor Agus Kuncoro itu merupakan hasil dari ajang kreasi Lomba Penulisan Skenario Film 2004 yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata. Judul aslinya, Panggung di Pinggir Kali, namun agar terdengar lebih komersil judul tadi kemudian diubah menjadi Be Happy di Pinggir Kali.

Impian telah terwujud, popularitas pun sudah digenggamnya, sebagai seorang wanita rasanya hampir semua telah dicapainya. Tinggal dua keinginannya yang belum terlaksana, menikah dan mempunyai anak. Keinginan yang amat wajar, mengingat usianya saat itu sudah menginjak kepala 3.

Atas bantuan penyanyi senior Emillia Contessa, Kristina pun bertemu jodohnya. Seorang pria berusia matang yang berkecimpung di dunia politik, Al Amin Nur Nasution. Setelah satu tahun merajut kasih, tepatnya 4 Januari 2007, Kristina akhirnya menerima pinangan pria yang biasa disapanya dengan panggilan Abang itu. Sempat beredar kabar kalau pernikahan itu tidak mendapat restu dari ibunda Kristina.

Untuk menunjukkan komitmennya sebagai istri yang setia mendampingi suami, Kristina tinggal di Komplek rumah jabatan anggota DPR RI, Kalibata, Jakarta Selatan. Ia bahkan rela mengurangi aktivitasnya di dunia hiburan demi mengurus sang suami. Akan tetapi pengorbanannya seakan bertepuk sebelah tangan. Baru setengah tahun usia pernikahan, ia mulai merasakan ada sesuatu yang salah dalam rumah tangganya. Pada 29 Juni 2007, Kristina akhirnya melayangkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Akan tetapi Amin bersikukuh mempertahankan rumah tangganya sehingga pada November 2007, Kristina akhirnya mencabut gugatan tersebut dengan beberapa syarat yang diajukan pihak Kristina.

Sejak memutuskan rujuk, Kristina mulai merajut asanya agar rumah tangganya kembali harmonis. Namun apa mau dikata bukannya kebahagiaan yang ia kecap justru cobaan yang harus ia terima. Kali ini badai yang menghantam biduk rumah tangganya jauh lebih dahsyat. Kristina benar-benar terpukul setelah suami yang dicintainya ditangkap KPK di sebuah hotel karena dugaan menerima suap sebesar 1,8 milyar.

Peristiwa yang terjadi pada 9 April 2008 itu kian menyayat hatinya sebagai seorang istri. Bagaimana tidak, selain dugaan suap, saat ditangkap Amin juga diketahui sedang bersama seorang wanita. Saat itu barulah ia mengerti mengapa ibundanya tidak merestui pernikahannya dengan pria yang usianya 6 tahun lebih tua itu.

Berselang tiga bulan dari kenyataan pahit itu, Kristina kembali melayangkan gugatan cerai, tepatnya 9 Juli 2008. Kali ini keputusannya untuk berpisah dengan Amin sudah bulat. Akhirnya setelah hampir setahun menjalani sidang yang cukup alot, Kristina resmi bercerai dengan politisi PPP itu pada 2 Juni 2009.

Setelah cukup lelah didera masalah, Kristina kembali membangun karirnya. Bersama dua sahabatnya sesama biduan dangdut, Cici Paramida dan Ikke Nurjanah, Kristina bergabung dalam grup vokal Tiga Kembang. Menariknya, trio pedangdut itu merupakan bentukan Anang Hermansyah yang selama ini dikenal sebagai musisi pop. Di bawah asuhan tangan dingin mantan suami Krisdayanti itu, pertengahan tahun 2011, Tiga Kembang merilis single pertamanya yang berjudul Goyang Sayang.

Selain masih sibuk dengan kegiatan menyanyi, Kristina juga tengah menikmati peran barunya sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Jayabaya. “Aku kan penyanyi yang selalu berkaitan dengan kontrak kerja, makanya aku ingin tahu lebih dalam lagi. Sehingga ada hal-hal atau pasal yang baru aku tahu pas aku ambil jurusan hukum ini. Selain itu aku pengen menambah ilmu pengetahuan saja,” kata janda cantik ini seperti dikutip situs waspada online. Meski awalnya mengaku tak memiliki persiapan, ia tetap bertekad menyelesaikan studinya hingga berhasil menyandang gelar sarjana hukum. Agar kuliah tak terganggu ia rela memangkas jadwal manggungnya. muli, red

Data Singkat
Kristina, Penyanyi Dangdut / Awalnya Alergi Dangdut | Selebriti | Penyanyi, dangdut, cantik, bintang iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini