Cendekia Pejuang Pluralisme

Dawam Rahardjo
 
0
531
Dawam Rahardjo
Dawam Rahardjo | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Prof. Drs. Dawam Rahardjo, seorang cendekiawan yang berpikir bebas dan berani menyatakan kebenaran tanpa terpengaruh kepentingan (pribadi dan kelompok) dan situasi sulit apa pun. Ketua Dewan Direktur Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) Indonesia, ini seorang pejuang kebenaran pluralisme. Menurutnya, pluralisme merupakan jalan menuju toleransi dan perdamaian.

Karena keberaniannya memperjuangkan pluralisme, pemimpin jurnal ilmiah Prisma (1980-1986), Direktur LP3ES (1980-1986) dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Pusat (1995-2000) ini dikeluarkan dari PP Muhammadiyah dan dilarang menyebut dirinya sebagai tokoh Muhammadiyah. Namun dia tetap merasa kukuh sebagai seorang Muhammadiyah. Dan, walau ditinggalkan oleh teman-temannya, dia konsisten memperjuangkan pluralisme, toleransi dan perdamaian, serta menentang pengrusakan gereja, penyerangan terhadap pengikut Ahmadiyah dan kelompok minoritas lainnya.

Dawam Rahardjo lahir di Kampung Baluwarti, Solo, 20 April 1942 sebagai anak sulung dari delapan bersaudara, putra dari pasangan Muhammad Zuhdi Rahardjo dan Muthmainnah. Sejak kecil Dawam sudah diajari al-Quran dan menghafal beberapa surat dalam Juz ‘Amma oleh keluarganya, terutama dari bibi dan kakak sepupunya. Secara tradisi keagamaan, keluarga Dawam dekat dengan Muhammadiyah. Ini dibuktikan dengan status ayahnya yang seorang guru sekolah Muhammadiyah di Solo.

Dawam memulai pendidikan formalnya di Madrasah Bustanul Athfal Muhammadiyah (setingkat TK) di Kauman, sebelah utara Masjid Besar Solo. Kemudian dilanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (sore) di Masjid Besar Solo. Sementara di tingkat sekolah menengah pertama, ia masuk ke salah satu SMP elit di Solo dan diselesaikannya tahun 1957.

Setamat SMP, Dawam melanjutkan pendidikannya ke SMA CV di Manahan, Solo, dan lulus tahun 1961. Saat di bangku SMA, dia aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia). Karena keaktifannya itu, dia berkesempatan ikut dalam program AFS (American Field Service), yakni program pertukaran pelajar di Borach School, Idaho, Amerika Serikat selama satu tahun. Karena ikut serta dalam program AFS, Dawam memiliki kemampuan membaca buku-buku dalam bahasa inggris. Sejak SMA, ia misalnya sudah membaca karya Sigmund Freud dan Karl Marx dalam edisi bahasa inggrisnya.

Setelah lulus SMA, ia kemudian melanjut ke Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1969. Ketika mahasiswa, Dawam aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari tingkat cabang hingga Pengurus Besar. Dawam juga aktif dalam forum diskusi, Limited Group Yogyakarya, sebuah kelompok diskusi yang dipimpin oleh Prof.Dr. A. Mukti Ali (mantan Menteri Agama RI), yang dalam sejarahnya telah menghasilkan beberapa tokoh nasional yang cukup disegani, seperti Ahmad Wahib (alm) yang buku hariannya sempat dilarang dan mengundang kontroversi, serta mantan Sekretaris Negara Djohan Effendi.

Dalam berkarir, Dawam diterima bekerja sebagai Staf di Departemen Kredit Bank of America, Jakarta pada tahun 1969. Tapi setelah dua tahun bekerja di perusahaan tersebut, ia memutuskan berhenti. Selepas dari Bank of America, Dawam kemudian bergabung di LP3ES (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Ekonomi-Sosial) sebagai Staf Peneliti. Lambat laun posisinya merangkak naik menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan hingga akhirnya menjadi direktur. Pada saat di LP3ES inilah, pengetahuan Dawam tentang ekonomi kerakyatan bertambah. Sejak itu, tulisan maupun esainya mengenai ekonomi dan politik tersebar di media massa.

Setelah kurang lebih 10 tahun di LP3ES, ketertarikan Dawam pada dunia LSM semakin besar. Ia pernah ikut merintis sekaligus memimpin beberapa LSM, antara lain: Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan, Lembaga Studi Pembangunan (LSP), Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), dan Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF).

Selain aktif di lingkungan LSM, Dawam juga aktif di lingkungan akademis. Sejak tahun 1993, ia menjadi Guru Besar Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Malang. Di kampus yang sama, ia pernah menjadi Direktur Pasca Sarjana. Ia juga pernah menjadi dosen di Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM) dan pernah menjabat Rektor Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi.

Karir Dawam di bidang organisasi juga cukup baik. Tahun 1995, ia menjadi ketua ICMI. Kemudian, ia pernah menjadi Ketua Presidium Nasional Pusat Peranserta Masyarakat (PPM), Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Ketua Majelis Pembina Ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan mendirikan International Forum on Islamic Studies (IFIS).

Advertisement

Pluralisme merupakan sebuah jalan menuju kedamaian dan toleransi menjadi kata kuncinya. Dawam Rahardjo mengaku, saat dirinya belum toleran, ia harus terus-menerus membenci dan menolak segala sesuatu yang berbeda darinya. Ia terus penuh dengan rasa marah. Tapi setelah toleran, ia mengaku mendapat kasih sayang lebih banyak. Ancaman yang dia terima pun malah berkurang.

Dalam dunia tulis menulis, Dawam cukup produktif menulis di berbagai media massa, jurnal dan buku, baik seputar ekonomi maupun keislaman. Tidak kurang dari 21 tulisan telah dihasilkan Dawam, diantaranya, Ensiklopedia Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (1996), Islam dan Transformasi Sosial Budaya (2000), dan Paradigma al-Quran: Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial pada tahun 2005.

Tidak hanya aktif menulis, ia juga pernah menjadi pemimpin media sejak mahasiswa. Misalnya, menjadi Ketua Redaksi Majalah Dewan Mahasiswa UGM ‘Gelora’, memimpin Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, dan memimpin Majalah Prisma.

Menemukan Arti Pluralisme

Minat Dawam dalam mengkaji dan mendalami al-Quran, menurut pengakuannya, merupakan panggilan hatinya sendiri. Kesadaran tersebut muncul pada tahun 1980 ketika dirinya berumur empat puluh tahun dan sedang memegang jabatan sebagai direktur LP3ES.

Menurutnya, ada dua hal penting yang memengaruhi orientasi pemikirannya, yakni pergulatannya dengan objek penelitian, yaitu pesantren yang melahirkan kesadarannya untuk mengkaji Islam lebih intensif langsung kepada dua sumber pokoknya yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Kedua, pengaruh pendidikan keluarga, khususnya sang ayah yang memberinya inspirasi untuk lebih menggali al-Quran.

Minat intelektualnya untuk menggali al-Quran akhirnya semakin membawanya untuk mempelajari berbagai buku tafsir maupun buku-buku yang berkaitan dengan al-Quran. Dalam penelusurannya itulah, ia menemukan arti pluralisme dan toleransi dalam kehidupan beragama.

Menurutnya, pluralisme merupakan sebuah jalan menuju kedamaian dan toleransi menjadi kata kuncinya. Dawam Rahardjo mengaku, saat dirinya belum toleran, ia harus terus-menerus membenci dan menolak segala sesuatu yang berbeda darinya. Ia terus penuh dengan rasa marah. Tapi setelah toleran, ia mengaku mendapat kasih sayang lebih banyak. Ancaman yang dia terima pun malah berkurang.

Yang lebih penting lagi baginya, toleransi adalah kunci menuju kemajuan. Tanpa toleransi, Islam menurutnya tidak mungkin menjadi maju. Toleransi menurutnya tidak berarti lemah. Dengan toleransi, ia mengaku malah bisa memahami akidahnya dengan lebih baik.

Satu contoh dari toleransinya, suami dari Dra. Sumarni, MPH ini kerap ikut terlibat dalam diskusi-diskusi panjang untuk mencoba memahami ajaran Eden. Dalam berbagai aksi dan tulisan, ia juga selalu memprotes aksi pengrusakan gereja dan selalu menyerukan pembelaan untuk Ahmadiyah. Dalam menjalankan pemahamannya, ia juga bergabung dengan kelompok Jaringan Islam Liberal yang lain, seperti Ulil Abshar Abdalla.

Atas pemahaman yang disebarkan Dawam dan teman-temannya itu, yakni pluralisme, liberalisme, dan sekularisme, MUI pun akhirnya memfatwanya sebagai paham yang bertentangan dengan ajaran Islam sekaligus menyebut umat Islam haram mengikuti ketiga paham tersebut.

Dawam sendiri kemudian dijauhi oleh banyak teman-temannya. PP Muhammadiyah juga mengeluarkannya dari organisasi itu dan melarang Dawam menyebut dirinya sebagai tokoh Muhammadiyah.

Meski mendapat tantangan demikian, Dawam tidak mundur. Sanksi PP Muhammadiyah ia tanggapi dengan mengatakan dirinya secara state of mind masih Muhammadiyah walaupun ia tidak bisa mengatasnamakan Muhammadiyah. “Sikap saya di sini, adalah sikap yang pluralis. Menginginkan kerukunan antar umat beragama,” katanya menjelaskan perjuangannya.

Sementara menanggapi fatwa MUI yang mengharamkan gerakannya, Dawam menyebut yang sesat itu justru majelis ulama itu. Pilihan Dawam untuk berbeda dengan PP Muhammadiyah dan MUI mendapat pujian dari teman-teman seperjuangannya. Mereka memuji langkah intelektual Dawam yang berani menunjukkan jati dirinya. Mereka menilai Dawam Rahardjo sebagai seorang intelektual yang berani melakukan pembelaan bagi rakyat dan mengedepankan keadilan. ”Beliau telah memenuhi persyaratan itu dengan menunjukkan identitas dan jati dirinya saat melakukan pembelaan terhadap kelompok-kelompok yang dipinggirkan,” kata salah seorang temannya. Bio TokohIndonesia.com | ms-mlp

Data Singkat
Dawam Rahardjo, Ketua Dewan Direktur LSAF / Cendekia Pejuang Pluralisme | Ensiklopedi | muhammadiyah, Pluralisme, ICMI, Toleransi, filsafat, penulis, Ahmadiyah, studi agama

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini