Panji Gumilang dan Cetak Biru 500 Kawasan Pendidikan Berasrama

Gagasan Pendidikan Indonesia Raya 2045

0
19
Panji Gumilang
Syaykh Panji Gumilang menyampaikan cetak biru pendidikan nasional dalam khutbah 1 Syuro 1447 H di Masjid Rahmatan Lil ‘Alamiin, 28 Juni 2025
Lama Membaca: 4 menit

Dalam khutbah 1 Syuro 1447 H di Masjid Rahmatan Lil ‘Alamiin, Syaykh Panji Gumilang menyampaikan cetak biru pendidikan nasional yang ia sebut sebagai sistem pendidikan berasrama berbasis kawasan. Gagasan ini mencakup 500 kawasan terpadu seluas 3.000 hektar per kawasan (total 1,5 juta hektar), dengan dukungan kelembagaan baru dan sistem evaluasi berbasis karakter sebagai langkah strategis menuju Indonesia Raya 2045.

Penulis: Mangatur L. Paniroy, TokohIndonesia.com (Tokoh.ID)

Gagasan ini berakar dari pengalaman panjang Panji Gumilang membangun model pendidikan terpadu di lingkungan Al-Zaytun. Selama lebih dari dua dekade, ia merancang sistem yang menyatukan kehidupan berasrama, kegiatan belajar, pertanian, dan pembinaan karakter. Kini, pengalaman itu ia ajukan sebagai cetak biru pendidikan nasional, lengkap dengan kerangka kurikulum, struktur kelembagaan, dan tahapan implementasi hingga 2045, satu abad Indonesia merdeka.

Dalam khutbahnya, Panji Gumilang mengangkat kembali realitas geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang tidak merata dalam hal distribusi penduduk dan akses layanan dasar. Ia menyoroti bahwa dari ribuan pulau yang dimiliki Indonesia, hanya sebagian yang dihuni secara permanen, sementara konsentrasi penduduk tertinggi tetap berada di Pulau Jawa. Situasi ini, menurutnya, menyebabkan kesenjangan dalam akses pendidikan yang sulit diatasi jika pendekatannya masih bersifat administratif dan tersebar kecil-kecilan. Sebagai dasar pemikirannya, ia mengingatkan kembali kondisi objektif Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat timpang secara distribusi geografis.

Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, tetapi hanya sekitar 7.000 yang dihuni secara tetap. Dari total luas daratan Indonesia, sekitar 56 persen penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa yang hanya mencakup kurang dari 7 persen wilayah. Ketimpangan ini menjadi salah satu latar belakang Panji Gumilang mengusulkan sistem pendidikan berbasis kawasan, sebagai upaya menghadirkan pemerataan secara geografis.

Dalam pandangannya, pembangunan sistem pendidikan nasional tidak bisa mengandalkan pendekatan administratif yang terfragmentasi. Ia mengusulkan pembangunan pusat-pusat pendidikan terpadu yang tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga tempat tinggal, bekerja, dan berinteraksi sosial secara utuh. Kawasan ini dirancang untuk menjadi ekosistem pendidikan yang menyatu dengan kehidupan.

Di sinilah ia mengusulkan pendekatan kawasan: membangun pusat-pusat pendidikan terpadu yang bisa menampung peserta didik dari berbagai daerah dalam satu lingkungan yang utuh, tidak hanya tempat belajar, tetapi juga tempat tinggal, beribadah, bekerja, dan hidup bersama. Kawasan ini dirancang untuk menjalankan pendidikan secara menyeluruh, dengan nilai disiplin, kebersamaan, dan keterlibatan semua elemen dalam proses pendidikan.

Sebagai isi dari kawasan pendidikan tersebut, Panji Gumilang menawarkan kerangka kurikulum berbasis LSTEAM, singkatan dari Law, Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics. Penambahan elemen hukum (Law) di awal bukan sekadar simbolik, tetapi ditekankan sebagai pijakan moral dan etika dalam seluruh proses pendidikan. Bagi Panji Gumilang, pengetahuan dan teknologi perlu berjalan seiring dengan kesadaran hukum dan tanggung jawab sosial.

Selain kurikulum, ia juga memperkenalkan pendekatan yang disebut Novum Gradum, konsep pembelajaran yang menyatukan metode deduktif dan induktif dengan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Dalam pendekatan ini, pendidikan tidak berhenti di ruang kelas. Semua unsur di lingkungan kawasan, dari petani, pengelola asrama, hingga pekerja dapur, dilibatkan sebagai bagian dari proses pembentukan karakter peserta didik.

Model ini bertujuan membentuk manusia seutuhnya, yang oleh Panji Gumilang disebut sebagai jalmo utomo: sosok yang berpikir jernih, berakhlak, dan berdaya cipta. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan bukan hanya lulusan yang kompeten, tetapi juga yang sanggup mengelola diri dan lingkungannya secara bertanggung jawab.

Advertisement

Untuk mendukung implementasi kawasan pendidikan berasrama secara nasional, Panji Gumilang menyusun struktur kelembagaan yang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga mencerminkan semangat kolaboratif lintas sektor. Ia mengusulkan pembentukan tiga elemen utama: Dewan Nasional Transformasi Pendidikan Berasrama (DNTPB), Badan Kawasan Pendidikan Indonesia Raya (BKPIR), dan Majelis Hikmah Kawasan.

DNTPB ditujukan sebagai lembaga strategis yang sebaiknya berada langsung di bawah Presiden atau Wakil Presiden. Fungsinya sebagai penjaga arah transformasi pendidikan nasional, sekaligus koordinator lintas kementerian. BKPIR dirancang sebagai pelaksana teknis pembangunan dan pengelolaan kawasan. Sementara Majelis Hikmah Kawasan dibentuk untuk memastikan nilai-nilai budaya, etika, dan lokalitas tetap menjadi bagian dari proses pendidikan. Ketiganya saling melengkapi dan membentuk sistem tata kelola yang berbasis prinsip keterlibatan dan keberlanjutan.

Berbeda dari sistem evaluasi pendidikan konvensional yang mengandalkan nilai angka, Panji Gumilang mengajukan model evaluasi berbasis Jurnal Transformasi. Dalam pendekatan ini, setiap peserta didik mencatat proses dan pengalaman hidupnya secara berkala termasuk keberhasilan, kesulitan, dan perubahan sikap. Evaluasi tidak dilakukan oleh guru semata, tetapi juga oleh unsur masyarakat, pengasuh, dan Majelis Hikmah Kawasan.

Indikator keberhasilan tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi juga kejujuran, keberanian mengambil tanggung jawab, dan kemampuan menjaga relasi sosial. Model ini menempatkan pendidikan sebagai proses pembentukan watak yang mendalam, bukan sekadar penguasaan materi pelajaran.

Roadmap Kawasan Pendidikan Berasrama
Peta jalan pembangunan kawasan pendidikan dalam tiga fase utama. (Sumber: Al-Zaytun)

Untuk merealisasikan gagasan ini, Panji Gumilang menyusun peta jalan pembangunan kawasan pendidikan dalam tiga fase utama. Fase pertama, yang ia sebut sebagai Fase Akar (2025–2030), dimulai dengan pembangunan 10 hingga 35 kawasan percontohan, disertai pelatihan 35.000 guru transformasional dan perekrutan awal sekitar 350.000 peserta didik. Fase ini difokuskan pada pengujian model dan penyesuaian kelembagaan.

Fase berikutnya adalah Fase Rimba (2030–2035), yang menargetkan ekspansi hingga 250 kawasan dengan kapasitas 25 juta peserta didik dan 250.000 guru. Infrastruktur, kurikulum, dan sistem evaluasi akan diperluas berdasarkan hasil evaluasi fase sebelumnya.

Fase terakhir adalah Fase Menuai (2035–2040), dengan target 500 kawasan aktif secara penuh, menjangkau 50 juta peserta didik. Pada tahap ini, sistem pendidikan berasrama berbasis kawasan diharapkan menjadi tulang punggung transformasi pendidikan nasional, menyatu dengan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya di seluruh wilayah Indonesia.

Panji Gumilang menyampaikan bahwa pendidikan adalah urusan jangka panjang yang tidak boleh dikendalikan oleh kepentingan sesaat. Gagasan yang ia ajukan bukan untuk menggantikan sistem yang ada secara frontal, melainkan untuk memperkaya pilihan dan memperluas cakupan transformasi pendidikan secara nasional.

Menurutnya, pembangunan fisik tanpa pembangunan manusia hanya akan menciptakan ketimpangan baru. Karena itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, guru, tokoh agama, hingga masyarakat untuk melihat pendidikan sebagai jalan bersama, bukan program sektoral.

Melalui khutbah 1 Syuro 1447 H ini, ia menawarkan pengalaman dan rancangan konkret yang bisa diuji, dikembangkan, dan diadaptasi sesuai kebutuhan. Tujuannya bukan membangun lembaga baru, melainkan menciptakan ekosistem pendidikan yang hidup, berakar, dan menyatu dengan masa depan bangsa. (Atur/TokohIndonesia.com)

Lampiran: Pidato Panji Gumilang 1 Syuro 1447 H

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments