Inmemoriam Tarnama Sinambela

Tarnama Sinambela Anak Bangsa yang Pantang Menyerah
0
44
Gereja Paroki Cilangkap, Jakarta Timur, mengadakan Misa Pemberkatan Jenazah Kanjeng Pangeran Tarnama Sinambela Kusumonagoro, di pelataran Kampus Universitas Mpu Tantular, Jakarta Timur, Kamis 19 Juni 2025. Foto: TokohIndonesia.com
Lama Membaca: 4 menit

Tokoh Budaya Lintas Batas Otentik

Tarnama Sinambela, bernama lengkap Prof. Dr. Kanjeng Pangeran Tarnama Sinambela Kusumonagoro, seorang pengusaha jasa konstruksi yang juga seorang tokoh budaya lintas batas ternama (terkenal, terkemuka). Nama lengkapnya cukup menggambarkan keberadaannya yang lintas batas, menembus batas-batas budaya, suku, ras, golongan dan agama. Diksi singkatnya: Tokoh Budaya Lintas Batas Otentik. Tokoh berperangai Sahala Harajaon Batak (Anak ni Raja) yang bergelar Kanjeng Pangeran Kerajaan Jawa (Keraton Solo). Seorang penganut Kristen Protestan yang juga diberkati Kristen Katolik Roma; Menembus lintas denominasi, bahkan lintas agama. Tokoh toleransi otentik. Selain sebagai tokoh budaya lintas batas, Tarnama juga seorang Tokoh Strategi Budaya.

Pernyataan di atas adalah pengamatan empiris dan riset jurnalistik kami atas keseharian empiris otentik Tarnama Sinambela yang sejak tahun 1980-an sudah kami kenal dekat, baik secara pribadi (sama-sama keturunan Si Raja Oloan) maupun aktivitas profesi (kami sebagai jurnalis) terutama dalam berbagai kegiatan sosial-budaya, di antaranya kegiatan di Lembaga Sisingamangaraja (1980-1993), dan terakhir dalam kepengurusan Dewan Penasehat DPP Si Raja Oloan (SRO), dimana beliau sebagai Ketua dan kami sebagai salah seorang Anggota Penasehat.

Tarnama Sinambela — yang semarga dengan penjunjung Sahala Harajaon (Dinasti Kerajaan) Sisingamangaraja I-XII – lahir di Pangasean, Porsea, Sumatera Utara, 13 Juli 1943. Menikah dalam usia 20 tahun dengan Damaris Br. Tampubolon dan dikaruniai dua putra: 1) Budi Parlindungan Sinambela, lahir 8 April 1964, menikah dengan Dewi Christina br. Sitorus pada tahun 2000; 2) Santo Mulya Parulian Sinambela, lahir 18 Oktober 1965, menikah dengan Yuni Etty br. Purba pada tahun 1993; 3) Seorang putri (lahir dewasa). Serta dikaruniai beberapa orang cucu; Cucu pertamanya (Panggoaran) Pandapotan, maka Tarnama bergelar abadi Ompu Dapot. Wafat dalam usia 82 tahun pada Senin, 16 Juni 2025. Disemayamkan di kampus yang didirikannya, Universitas Mpu Tantular (UMT) dengan berbagai acara kebaktian penghiburan (Protestan) dan pemberkatan (Katolik) serta Upacara Adat Saur Matua (Batak) untuk menghantarkannya dalam kehidupan setelah kematian. Dikebumikan Sabtu, 21 Juni 2025 di San Diego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat.

Dari berbagai kalangan yang melayat dan mengadakan upacara penghiburan dan pemberkatan di ‘rumah duka’ pelataran Universitas Mpu Tantular selama 6 hari (Senin-Sabtu) terekspresikan betapa Tarnama seorang tokoh budaya lintas batas yang memiliki aktivitas, karya dan pengaruh yang melampaui batas-batas budaya, suku, ras, golongan dan agama. Tokoh yang berperan sebagai jembatan antara berbagai budaya, mempromosikan pemahaman dan pertukaran antar budaya, serta berkontribusi pada pembentukan identitas budaya yang lebih inklusif.

Ch. Robin Simanullang dan Nikolas Sinar Naibaho. Penasehat Forum Jurnalis Batak (Forjuba) ketika melayat Prof. Dr. Tarnama Sinambela di Pelataran Universitas Mpu Tantular, Jakarta Timur, 20 Juni 2024.

Dari berbagai kalangan yang memberi kata penghiburan dan ‘doa pemberkatan’ terungkap otensititasnya sebagai tokoh budaya lintas batas. Tarnama, antara lain, diapresiasi sebagai tokoh yang: 1) Berwawasan luas yang memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai budaya dan perspektif yang berbeda; 2) Berpikir terbuka yang mampu menerima dan menghargai perbedaan budaya; 3) Kreatif dan inovatif, yang mampu menciptakan karya yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai budaya, suku dan agama; 4) Berkomunikasi efektif dengan kemampuan menyampaikan pesan-pesan lintas budaya dengan jelas dan efektif; 5) Berpengaruh, tokoh yang berkemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan mendorong perubahan positif; 6) Berjiwa Sosial (Parroha Hita) yakni a) Pemilik bakul besar (Parbahulbahul na bolon) sebagai orang (anak ni raja) yang tulus memberi, mudah memberi, berlapang dada, penuh sabar, dan selalu introspeksi diri; b) Pemilik tungku masak yang tak pernah padam (Parapi na so haitopan atau Partataring na so ra mintop) yaitu kerja keras sehingga punya bekal (kemampuan ekonomi) dan selalu siap menolong dan memasak untuk memberi makan orang lain; c) Pemilik tikar yang tidak pernah digulung, selalu terbuka menjamu semua orang tanpa memikirkan dari kaum mana (marga atau suku apa) atau kampung mana; d) Pemilik talenan yang tak pernah kering (Parsangkalan na so ra mahiang), selalu siap memotong ternaknya untuk menjamu tetamu.

Sebagai salah satu contoh, ketika Gereja Paroki Santo Yohanes Maria Vianney, Cilangkap mengadakan upacara penghiburan pemberkatan jenazah Kamis 19 Juni 2025, Romo Vinsensius Rosihan Arifin yang memimpin misa mengungkapkan mengapa Gereja Katolik tersebut menyelenggarakan misa pemberkatan jenazah Kanjeng Pangeran Tarnama Sinambela Kusumonagoro, karena bagi mereka (Gereja Paroki Cilangkap), almarhum ada;lah tokoh lintas batas. Bukan hanya lintas batas denominasi kepercayaan agama juga lintas budaya, suku dan golongan. Almarhum adalah seorang Kristen Protestan yang berkontribusi signifikan pada Gereja Paroki Cilangkap, juga pemuka budaya Batak yang bergelar Kanjeng Pangeran Kusumonagoro Keraton Surakarta (Solo).

Seorang penatua jemaat dalam kata penghiburannya mengungkapkan bahwa awal mula berdirinya Gereja Paroki Cilangkap tidak terlepas dari kemurahan hati Almarhum yang menyediakan tiga ruang kelas Sekolah Budi Murni sebagai ruang misa tanpa bertanya dari gereja denominasi apa. Peresmian Paroki Cilangkap ini 4 Agustus 1998 di mana Perayaan Ekaristi di Sekolah Budi Murni berlangsung sejak 6 Agustus 1998.

Kemudian, ketika putranya Budi Parlindungan Sinambela, menikah dengan Dewi Christina br. Sitorus pada tahun 2000, Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. dengan busana jubah lengkap menghadiri pemberkatannya di Gereja HKBP Setia Budi (Sudirman) Jakarta. Lalu, pada tahun 2001, Tarnama Sinambela menghibahkan 2.000 meter tanah yang dapat digunakan sebagai lokasi peribadatan di kompleks persekolah di Jalan Budi Murni. Aula Budi Murni kemudian mulai dibangun di atas tanah yang dihibahkan Tarnama Sinambela kepada Paroki Cilangkap tersebut.

Bukan hanya dari Gereja HKBP, juga GKPS, GKPI, Katolik, Kharismatik, bahkan lintas agama memberi testimoni bagaimana Tarnama Sinambela memberi perhatian dan dukungan moral dan material. Salah satu testimoni, bahwa Tarnama selalu menghadiri kebaktian Minggu dalam kondisi apa pun. Saat beliau sakit selama lebih 10 tahun, semua kegiatannya sebagai pengusaha praktis berhenti, tetapi kebaktian selalu aktif, hingga melakukan kebaktian khusus di Aula UMT setiap Minggu.

Secara khusus (pengalaman pribadi), Prof. Dr (HC) KP Tarnama Sinambela, yang secara strategis peduli (bersuara darah) Batak dalam komunitas keberagaman, yang secara pribadi sebagai tetua (pembina utama) pomparan Si Raja Oloan (SRO) dan penulis pandang sebagai sahabat dan orangtua yang sejak tahun 1980-an menginspirasi dan selalu memotivasi menulis tentang Batak. Dalam pandangan kami, sejatinya Tarnama adalah Tokoh Inspirator Strategi Kebudayaan Batak, tokoh dan pejuang masyarakat Batak berintegritas tinggi dan berjiwa kebangsaan.

Advertisement

Dia tokoh yang memperkaya khazanah budaya dengan pemperkenalkan berbagai perspektif dan gagasan baru tidak hanya dengan kata tapi lebih lagi perbuatan nyata. Juga tokoh yang berkontribusi meningkatkan pemahaman antar budaya, serta membantu orang untuk lebih memahami dan menghargai perbedaan budaya dengan aksi nyata. Tokoh yang mendorong toleransi dan perdamaian; Membangun jembatan antar kelompok budaya yang berbeda. Tokoh yang berkontribusi menciptakan identitas budaya yang inklusif, yang memfasilitasi terbentuknya identitas budaya yang lebih beragam dan menerima perbedaan. Tokoh yang berusaha membangun masyarakat yang lebih harmonis dengan mendorong terciptanya lingkungan yang lebih toleran dan saling menghargai.

Dalam pandangan penulis, semua itu adalah ruang lingkup strategi budaya. Termasuk keberadaannya sebagai Kanjeng Pangeran Keraton Solo, adalah sebuah strategi budaya. Selamat jalan pahlawan strategi kebudayaan Batak yang lintas (menembus) batas sebagai Pangeran Jawa; Pangeran Nusantara, Pangeran Indonesia Raya.

 

Penulis: Ch. Robin Simanullang, Jurnalis Tokoh Indonesia, Penulis Buku Hita Batak A Cultural Strategy.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments