Pesantren Al-Zaytun Pelestari Lingkungan
Pendiri Nurcholish Madjid Society, Budy Munawar Rachman,meyakini bahwa Al-Zaytun dapat menjadi role model pesantren hijau di masa depan.

Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, yang dikenal sebagai salah satu pesantren terbesar di Asia Tenggara, mengukuhkan diri sebagai pelopor Green Pesantren dengan memanfaatkan lahan 1.200 hektar untuk pertanian hijau dan pendidikan. Dipimpin oleh Syaykh Panji Gumilang, pesantren ini berkomitmen menghadapi isu global warming melalui aksi nyata menanam pohon jati emas dan menerapkan konsep ekonomi hijau. Dengan visi Remontada From Within, Al-Zaytun bercita-cita menjadi contoh pesantren modern yang berkelanjutan dan selaras dengan Pancasila, menciptakan masa depan yang lebih hijau bagi Indonesia.

Dunia saat ini tengah menghadapi kekhawatiran besar terkait isu pemanasan global (global warming). Negara-negara Barat secara aktif mengadakan berbagai seminar untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Di Indonesia sendiri, masalah lingkungan seperti kebakaran hutan dan penebangan liar (illegal logging) terus berlanjut, memperburuk keadaan.

Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25

Di tengah isu tersebut, sebuah pondok pesantren di pelosok Desa Mekar Jaya, Gantar, Indramayu, Jawa Barat, telah mengambil langkah inovatif dengan menjadikan lingkungannya sebagai “Green Pesantren,” bahkan merambah ke konsep ekonomi hijau (green economy). Pesantren ini adalah Al-Zaytun, yang dikenal sebagai salah satu pesantren modern terbesar di Asia Tenggara. Dengan motto Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian, Al-Zaytun menjadi pionir dalam mempromosikan pesantren hijau.

Al-Zaytun memiliki lahan seluas 1.200 hektar, yang dibagi menjadi dua bagian: 200 hektar digunakan sebagai lahan pendidikan, sedangkan 1.000 hektar lainnya digunakan untuk pertanian dan penanaman pohon jati emas. Fokus pesantren ini tidak hanya pada pendidikan agama, tetapi juga pada pertanian berkelanjutan.

Syaykh Al-Zaytun, Prof. Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, dalam sambutannya pada peringatan hari ulang tahun Al-Zaytun yang ke-25, Selasa, 27 Agustus 2024, di Masjid Rahmatan Lil Alamin, menegaskan pentingnya menanam pohon demi masa depan bangsa. “Nenek moyang kita telah lebih dahulu menanam pohon, dan kita hari ini menikmatinya. Kini, giliran kita menanam untuk generasi mendatang,” ujar beliau.

Dalam kesempatan tersebut, Syaykh Panji Gumilang juga mengajak seluruh hadirin dan civitas akademika Al-Zaytun untuk terus bergerak memanfaatkan potensi yang dimiliki, sesuai dengan konsep Remontada From Within. Indonesia dan Al-Zaytun memiliki kekuatan dan potensi untuk bangkit dari dalam, dengan kekuatan sendiri yang berlandaskan pada Pancasila. Remontada From Within berarti membangun Indonesia berdasarkan Pancasila,” tegasnya.

Ch. Robin Simanullang
Ch. Robin Simanullang, Wartawan Senior Majalah Tokoh Indonesia ikut menanam pohon jati emas di Ponpes Al-Zaytun, 24 Agustus 2024

Setelah sambutan, acara peringatan ulang tahun Al-Zaytun ke-25 ditutup dengan sesi ramah tamah di Wisma Al-Islah. Kemudian, para tamu undangan diajak untuk menanam pohon jati emas di Jalan Remontada, dekat Masjid Rahmatan Lil Alamin, sebagai bagian dari realisasi Green Pesantren.

Beberapa tokoh yang turut serta dalam penanaman pohon jati emas antara lain Wartawan Senior TokohIndonesia.com, Drs. Ch. Robin Simanullang, Dr. Ir. Bagus Priyo Purwanto dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. H. Suherli dari Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon, Dr. Berly Martawardaya dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Komjen Pol. (Purn.) Susno Duadji, Mayor Jenderal (Purn.) Kivlan Zen, serta Prof. Dr. Dahlan Iskan. Selain itu, beberapa tokoh rekanan Al-Zaytun, seperti Agung Rujito (Tan Tjuan Hong), Hendra Wijaya (Tan Kim Heng), dan Asmin, juga ikut ambil bagian.

Gerakan Al-Zaytun dalam mewujudkan Green Pesantren bukan sekadar teori, melainkan telah terwujud dalam aksi nyata dan terencana dengan baik. Al-Zaytun berambisi menjadi “paru-paru dunia,” terutama dalam menghadapi ancaman global warming yang semakin meningkat.

Pendiri Nurcholish Madjid Society, Budy Munawar Rachman, juga meyakini bahwa Al-Zaytun dapat menjadi role model pesantren hijau di masa depan. “Al-Zaytun satu-satunya pesantren yang memiliki konsep Green Pesantren dan Green Economy, bahkan mengarah ke Blue Economy (ekonomi kelautan),” tutupnya. (rukmana, atur/TokohIndonesia.com)

Advertisement
Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno

Video Tiktok (VT) @tokoh.id

Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini