Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno memberikan materi mengenai Ketahanan Nasional
Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno memberikan materi mengenai Ketahanan Nasional dalam Kuliah Umum Nasional Ulang Tahun ke-25 Ma'had Al-Zaytun

Dalam Kuliah Umum Nasional bertema “Pertahanan Keamanan dan Diplomasi” di Ma’had Al-Zaytun, Prof. Djagal Wiseso Marseno menegaskan bahwa kunci agar Indonesia bisa bertahan hingga 1000 tahun ke depan adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia unggul dan memperkuat delapan gatra ketahanan nasional. Ia memuji peran Al-Zaytun sebagai lembaga yang tidak hanya mendidik generasi penerus, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan perdamaian. Namun, Prof. Djagal Wiseso Marseno juga memperingatkan ancaman radikalisme yang berpotensi menggoyahkan ideologi Pancasila jika tidak segera ditangkal melalui penguatan wawasan kebangsaan dan pendidikan.

Penulis: Mangatur L. Paniroy

Unduh: File PDF Presentasi Prof. Djagal Wiseso Marseno

Pada acara perayaan ulang tahun ke-25 Ma’had Al-Zaytun, Kuliah Umum Nasional yang ketiga digelar pada hari Senin, 26 Agustus, pukul 08.30 WIB di Masjid Rahmatan Lil Alamin, dengan tema “Pertahanan Keamanan dan Diplomasi”.

Sesi pertama dibuka oleh Komjen Polisi (Purn.) Drs. Susno Duadji dan Mayjen TNI (Purn.) Kivlan Zen. Dalam presentasinya, Komjen Polisi (Purn.) Drs. Susno Duadji menitikberatkan pada tema hukum yang belum menjadi panglima di Indonesia, hukum yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Susno Duadji juga menceritakan bagaimana dia mengalami sendiri realita hukum yang digunakan sebagai alat politk dan kekuasaan. Sedangkan Mayjen TNI (Purn.) Kivlan Zen, menekankan pentingnya persatuan bagi kemajuan Indonesia di masa depan. Menurutnya, jika Indonesia ingin maju dan tetap abadi, maka persatuan menjadi hal yang sangat penting.

Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25

Selanjutnya, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, seorang akademisi dan tenaga pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), memberikan materi mengenai Ketahanan Nasional. Ia menyoroti pentingnya persiapan menyongsong Indonesia seribu tahun ke depan, dengan konsep ‘Remontada From Within’ – kebangkitan yang dimulai dari dalam diri sendiri dan negara. Djagal juga menjelaskan tentang “delapan gatra” dalam ilmu ketahanan nasional, yang terdiri dari trigatra (geografi, demografi, dan kekayaan alam) serta pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan). Semua ini adalah komponen penting yang harus dijaga agar Indonesia dapat bertahan hingga ribuan tahun.

Menurut Prof. Djagal Wiseso Marseno, belajar dari negara-negara yang sudah eksis selama ribuan tahun seperti Mesir, India, dan Cina adalah langkah yang bijak. Mesir, misalnya, sudah berusia 6.000 tahun, India 3.300 tahun, dan Cina 2.000 tahun. Dibandingkan dengan mereka, Indonesia baru merdeka kurang dari 100 tahun. Untuk bisa bertahan hingga seribu tahun lagi, Indonesia harus fokus pada pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, karena tanpa itu, negara akan mudah hancur.

Ia juga menyinggung bagaimana sejak masa Majapahit, para pendahulu kita sudah menyadari pentingnya persatuan. Keragaman suku, agama, dan bahasa Indonesia berhasil dipersatukan melalui Sumpah Pemuda 1928, yang berpuncak pada Proklamasi 1945. Republik Indonesia dibangun bukan atas dasar kesukuan seperti Afghanistan, yang seringkali dikuasai oleh suku terkuat, melainkan sebagai negara bangsa yang berlandaskan Pancasila.

Prof. Djagal Wiseso Marseno mengingatkan bahwa setelah 20 tahun merenung, Bung Karno, presiden pertama Indonesia, menyimpulkan bahwa membangun bangsa ini tidak bisa hanya mengandalkan senjata. Butuh lintas disiplin ilmu yang kemudian diwadahi dalam konsep Pancagatra Ketahanan Nasional. Gagasan ini bertujuan agar Indonesia tidak mengalami nasib seperti Yugoslavia atau Uni Soviet, yang terpecah karena kurangnya pemahaman geopolitik yang kuat.

Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno memberikan materi mengenai Ketahanan Nasional
Data dari Setara Institute menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman radikal di kalangan masyarakat, yang menganggap khilafah lebih baik daripada Pancasila. Hal ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan NKRI.

Indonesia, menurut Prof. Djagal Wiseso Marsenol, adalah medan pertempuran antara mereka yang ingin memperkuat negara dan mereka yang ingin melemahkannya. Al-Zaytun, sebagai institusi pendidikan, memainkan peran penting dalam memperkuat wawasan kebangsaan, toleransi, dan perdamaian. Al-Zaytun tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga menciptakan “mazhab” pemikiran tentang bagaimana Indonesia bisa tetap eksis seribu tahun lagi sebagai negara yang damai dan toleran.

Advertisement

Lebih jauh, Prof. Djagal Wiseso Marseno menekankan pentingnya menjaga empat konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat prinsip ini adalah fondasi abadi negara yang harus dijaga oleh TNI dan Polri, dengan fokus utama pada negara, bukan pemerintahan. Pemerintahan bisa berganti, tetapi negara harus tetap kokoh.

Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI harus dijalankan dengan penuh kesadaran. Prof. Djagal Wiseso Marseno menjelaskan bahwa ada tujuh nilai utama yang perlu diinternalisasi: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, keadilan, pluralitas, dan patriotisme. Nilai-nilai ini akan membentuk karakter bangsa yang kuat dan mampu bertahan hingga seribu tahun ke depan.

Menurut Prof. Djagal Wiseso Marseno, ilmu pengetahuan juga memegang peran penting dalam mempertahankan kedaulatan bangsa. Ia mengutip pemikir Islam yang mengatakan bahwa cara paling mudah untuk melemahkan umat Islam adalah dengan menjauhkan mereka dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penguatan wawasan kebangsaan dan pendidikan sejak usia dini sangat penting.

Geopolitik dan geostrategi juga menjadi bagian penting dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Prof. Djagal Wiseso Marseno memuji peran Ir. H. Djuanda dan para pendahulu yang memperjuangkan status Indonesia sebagai negara kepulauan di hadapan PBB. Keberhasilan ini mengukuhkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, dengan zona ekonomi eksklusif yang melindungi sumber daya alamnya.

Namun, Prof. Djagal Wiseso Marseno juga mengingatkan bahwa ideologi bangsa saat ini masih dalam posisi rapuh, menurut pengukuran dari lembaga Ketahanan Nasional sejak tahun 2010. Selain itu, data dari Setara Institute menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman radikal di kalangan masyarakat, yang menganggap khilafah lebih baik daripada Pancasila. Hal ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan NKRI.

Dalam konteks ini, Prof. Djagal Wiseso Marseno menekankan pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini. Bonus ini bisa menjadi berkah seperti yang dialami Korea Selatan dan Jepang, atau menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Indonesia memiliki waktu hingga 2035 untuk memanfaatkan populasi produktifnya demi pembangunan bangsa yang berkelanjutan.

Ia juga menyebutkan pentingnya pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, karakter yang baik, dan kompetensi tinggi kepada generasi muda. Al-Zaytun, sebagai lembaga pendidikan, berada di posisi strategis untuk menyiapkan anak-anak bangsa yang berkepribadian Indonesia dan berkomitmen membangun negaranya.

Sebagai penutup, Prof. Djagal Wiseso Marseno mengutip kata-kata Bung Karno yang menekankan bahwa meskipun kita beragama Islam, Hindu, atau lainnya, kita tetap harus menjadi orang Indonesia. Pendidikan sejak usia dini menjadi kunci untuk membentuk generasi yang mampu mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Ia juga mengingatkan pentingnya memulai langkah pertama dalam perjalanan seribu langkah, sebagaimana dikatakan oleh pengusaha sukses, Bob Sadino. Dengan langkah pertama ini, kita bisa menyiapkan Indonesia Emas di tahun 2045 dan terus membangun bangsa untuk seribu tahun yang akan datang. (atur, nita/TokohIndonesia.com)

Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno

***

Profil Singkat Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.

Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., adalah seorang akademisi terkemuka Indonesia yang memiliki kontribusi besar di bidang teknologi pangan dan biopolimer. Lahir pada tahun 1961, dia menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Teknologi Hasil Pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1984. Djagal Wiseso Marseno melanjutkan studi ke Jepang dan memperoleh gelar Master dari Graduate School of Biosphere Science, Hiroshima University pada tahun 1990, serta gelar Doktor pada tahun 1993.

Karier akademis Djagal Wiseso Marseno berfokus pada penelitian polimer, terutama terkait modifikasi dan sintesis polimer karbohidrat yang memiliki berbagai aplikasi di industri pangan dan kesehatan. Karya penelitiannya meliputi studi tentang polimer alami, seperti glucomannan dari porang dan gelatin yang dihasilkan dari kulit ikan nila. Selain itu, dia juga mengembangkan bahan pangan fungsional, termasuk pati resisten dari kacang hijau yang berpotensi membantu pencegahan obesitas.

Dalam dunia akademik, Djagal Wiseso Marseno diakui sebagai seorang pemimpin yang andal. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM dari tahun 2008 hingga 2012, di mana ia berhasil mengukuhkan fakultas tersebut sebagai institusi pendidikan terkemuka di bidang teknologi pangan di Indonesia. Pada tahun 2017, Djagal Wiseso Marseno diangkat menjadi Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM untuk periode 2017-2022. Dalam peran tersebut, dia fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, perluasan akreditasi internasional, serta penyusunan kebijakan akademik yang lebih baik.

Selain di lingkungan UGM, Djagal Wiseso Marseno juga memiliki peran penting di tingkat nasional. Dari tahun 2014 hingga 2017, dia menjabat sebagai Deputi Bidang Pengkajian Strategis di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia, berkontribusi dalam kajian strategis terkait ketahanan pangan, sumber daya alam, dan pembangunan nasional.

Djagal Wiseso Marseno telah menerima berbagai penghargaan atas dedikasinya, termasuk Dosen Teladan I di Fakultas Teknologi Pertanian UGM pada tahun 1996, Satyalencana Karya Satya XX Tahun dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2012, serta Piagam Penghargaan Kesetiaan 25 Tahun dari Rektor UGM pada tahun 2013.


Video Tiktok (VT) @tokoh.id

Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini