Komposer dan Pencipta Lagu

Elfa Secioria
 
0
1195
Elfa Secioria
Elfa Secioria | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Setelah mencapai banyak prestasi dalam hidupnya, komposer dan pencipta lagu handal yang mendirikan grup vokal legendaris Elfa’s Singer ini akhirnya tutup usia di usia 51 tahun. Kepergiannya yang mendadak mengagetkan banyak orang termasuk para penyanyi ternama yang dibesarkannya seperti Trie Utami, Ruth Sahanaya, Rita Effendy, Yovie Widiyanto hingga penyanyi muda Sherina dan Andien.

Elfa Secioria Hasbullah, itulah nama yang diberikan orang tua laki-laki kelahiran Garut, 20 Februari 1959 ini. Nama belakangnya diambil dari nama sang ayah Hasbullah Ridwan, seorang polisi militer yang sangat mencintai musik terutama jazz dan memiliki pekerjaan sampingan sebagai konduktor dan pemain musik. Dari ayahanda tercintalah, Elfa banyak menimba ilmu tentang musik.

Sang ayah tak kesulitan menularkan hobinya pada putra sulungnya itu karena ternyata bakat bermusik Elfa sudah terlihat sejak kecil. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun, Elfa sudah mulai berlatih piano. Dukungan diberikan Hasbullah bukan hanya dengan membekali sang anak dengan pendidikan musik, tapi juga dukungan moril pada Elfa untuk menapaki karirnya sebagai pemusik.

Di samping ayah kandungnya, ada nama lain yang berjasa dalam mengembangkan kemampuan bermusik Elfa, yaitu Kapten Anumerta F.A Warsono, pimpinan Orkes Simfoni Angkatan Darat Bandung yang membimbing Elfa dalam mempelajari teori, komposisi, karakter instrumen, hingga sejarah musik.

Setelah tiga tahun belajar piano, Elfa mulai tampil di depan umum sebagai pianis dalam Trio Jazz Yunior Invade. Kemampuan Elfa bermain piano memang tidak tanggung-tanggung. Saat masih berusia 11 tahun, ia pernah memainkan piano dengan mata tertutup.

Saat memasuki usia remaja, talentanya di bidang musik terus diasahnya dengan mengikuti Piano Privat 1 dan 2 di Bandung. Selain itu, ia juga mempelajari musik simfoni dan mempelajari Aransemen Orkestra. Elfa memang melalui sebagian besar masa kecilnya hingga bangku kuliah di Bandung. Sayangnya, kuliahnya di Jurusan Arsitektur Akademi Teknologi Nasional harus terhenti di semester kedua karena ia lebih memilih untuk berkonsentrasi membangun karir di bidang musik ketimbang menjadi arsitek.

Saat berusia 19 tahun tepatnya di tahun 1978, Elfa membentuk kelompok vokal bernama Elfa’s Singer yang masih bertahan hingga saat ini. Di bawah komando Elfa, grup vokal yang terdiri dari Agus Wisman, Uci Nurul, Lita Zein, dan Yana Yulio itu berhasil memenangkan berbagai penghargaan bergengsi di bidang musik. Di antaranya, delapan Grand Champion festival paduan suara luar negeri. Yang lebih membanggakan lagi sampai saat ini, predikat grand champion yang mereka sandang untuk kategori pop dan jazz, belum tergeser selama lima kali perhelatan.

Prestasi lain yang pernah diukir Elfa adalah saat ASEAN Song Festival di Bangkok digelar tahun 1982. Dalam ajang tersebut, ia berhasil menyabet piala sebagai Pengaransir Terbaik. Dua tahun kemudian, masih di ajang yang sama, untuk kali kedua Elfa kembali meraih Pengaransir Terbaik dan Lagu Terbaik. Lagu yang dibawakannya kala itu adalah Detik Tak Bertepi yang dinyanyikan Christine Panjaitan. Lagu tersebut pernah diaransemen ulang dan dinyanyikan kembali oleh penyanyi jazz muda, Andien, untuk album pertamanya.

Tak hanya berhenti di dua penghargaan tersebut, dalam festival tersebut, makalahnya yang berjudul Saluang, Pupuit, Talempong, Gandang (Minangkabau) Indonesia juga memperoleh pujian dari peserta lain.

Selain Pengaransir Terbaik, penghargaan sebagai The Best Performer juga pernah dianugerahkan pada ayah empat anak ini. Penghargaan tersebut diraihnya dalam ajang Golden Kite Festival di Malaysia tahun 1984 berkat lagu bertajuk Kugapai Hari Esok yang dinyanyikan Harvey Malaiholo.

Elfa yang selama karirnya sudah 14 kali menjadi pengaransir orkes Telerama dan untuk Candra Kirana di TVRI ini kerap membidani kelahiran bibit-bibit penyanyi baru yang berkualitas di bidang musik. Ia mendirikan Elfa Music Studio (EMS) pada tahun 1981 di Bandung yang kemudian merambah hingga ke Yogyakarta, Garut, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Lewat EMS, sejumlah musisi andal lahir. Sebut saja nama-nama beken seperti Trie Utami, Ruth Sahanaya, Rita Effendy, Yovie Widiyanto hingga penyanyi muda Sherina dan Andien pernah merasakan sentuhan tangan dingin Elfa Secioria.

Advertisement

Bang E’el, begitu Elfa biasa disapa murid-muridnya, dikenal sebagai musisi yang idealis. Ia tak mau didikte pasar. Baginya karya yang bagus dan bermutu itu tak harus selalu diukur dari angka penjualan album. Hal itu pula yang selalu ditanamkan kepada anak-anak didiknya, untuk terus berkarya menelurkan karya yang berkualitas tanpa harus selalu berkompromi dengan keinginan pasar.

Selama puluhan tahun berkarir sebagai musisi, tentunya segudang cerita baik suka maupun duka pernah dikecapnya. Selain pernah terserang virus swine flu saat mengikuti sebuah acara di Korea Selatan, ia juga pernah mengerjakan 17 aransemen musik di dalam pesawat selama 7 jam. Kejadian itu terjadi pada tahun 1983. Sementara, untuk pengalaman yang dianggapnya paling meninggalkan kesan yang mendalam adalah saat ia menjadi konduktor pada orkes Simfoni Yamaha di Budokan Hall, Tokyo. Ketika itu, ia merasakan tepuk tangan penonton yang bunyinya seperti hujan hingga membuatnya merinding.

Setelah mencapai banyak prestasi dalam hidupnya, pria bertubuh gempal ini akhirnya tutup usia di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, pada Sabtu 8 Januari 2011 di usia 51 tahun akibat komplikasi penyakit ginjal yang telah lama dideritanya. Kepergian Elfa yang terkesan mendadak karena berlangsung begitu cepat tak hanya mengejutkan pihak keluarga tapi juga orang-orang yang mengenal Elfa, terlebih para penggemarnya.

Menurut anak sulungnya, Camille, sebelum meninggal sang ayah sempat mengeluh sesak napas. “Papa duduk, tiba-tiba sesak napas. Akhirnya, dibawa ke klinik tempat Papa biasa menjalani terapi,” ujarnya seperti dirilis situs jpnn.com.

Setelah diperiksa, kondisi suami Vera Sylviana Yachya itu semakin memburuk. Dokter kemudian menyarankan agar Elfa dibawa ke rumah sakit. Keluarga lantas membawanya ke RS Pertamina, Jakarta. Sayangnya, Tuhan berkehendak lain, tepat pukul 17.00 Elfa meninggal dunia.

Keesokan harinya, Minggu 9 Januari 2011, jenazah Elfa dimakamkan di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pemakaman komponis handal itu dihadiri ratusan pelayat yang terdiri atas keluarga, sahabat, dan anak didiknya. Hanya sang istri, Vera Sylviana Yachya, yang tak tampak dalam acara pemakaman tersebut. Wanita yang dinikahi Elfa pada 8 Januari 1991 itu lebih memilih untuk tinggal di rumah.

Duka mendalam dirasakan para penyanyi yang merasa berhutang budi pada sosok Elfa. Ruth Sahanaya misalnya, “Bang Eel yang mengajari saya menyanyi solo dan bersama grup. Dia sosok yang mampu membangun rasa percaya diri saya,” ujar istri presenter Jeffry Waworuntu itu.

Mantan anak didik Elfa lainnya yang juga menghadiri acara pemakamannya adalah musisi Yovie Widianto. Menurut Yovie, kepergian Elfa merupakan kehilangan besar bangsa Indonesia karena banyak musisi yang lahir dari sang maestro. “Beliau kakak yang tegas, sayang sama adiknya. Kalau ada karya yang bagus, beliau lebih respect, tapi kalau yang laku-laku paling dia bilang, ‘Halah, itu cuma cari duit’,” kenang Yovie.

Tak hanya dari dunia musik, rasa kehilangan juga dirasakan mantan perwira tinggi TNI Angkatan Darat, Agum Gumelar. “Saya melihat almarhum sebagai musisi besar, sebagai seorang guru. Beliau adalah seniman besar di Indonesia, bisa dibilang juga sebagai pahlawan di bidang seni,” tutur Agum mengungkapkan. Bio TokohIndonesia.com | muliyanti sahara – mlp

Data Singkat
Elfa Secioria, Pendiri Elfas Singer, Komponis / Komposer dan Pencipta Lagu | Ensiklopedi | musisi, Pencipta Lagu, komposer

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini