Pakar Bahasa Ibrani dan Semit
Ihromi
[ENSIKLOPEDI] Mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologia Jakarta dan Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia, ini seorang pakar bahasa Ibrani dan Semit. Prof Dr Ihromi MA, kelahiran Garut, Jawa Barat, 4 April 1928, itu meninggal dunia di usianya yang ke 77 tahun karena menderita sejumlah komplikasi di kediamannya di Jalan Dempo 14, Jakarta Pusat, Minggu 25 September 2005 pukul 01.30 WIB.
Tokoh gereja ini dikenal juga sebagai pembawa semangat persaudaraan lintas iman. Maklum, semangat persaudaraan itu telah mendarah daging sejak kecil dalam kehidupan keluarganya. Lahir dari buah kasih ayah suku Sunda beragama Islam dan ibu beragama Kristen. Dia memilih memeluk agama Kristen bersama enam saudara lainnya dari 13 bersaudara. Sementara yang lainnya memilih memeluk agama Islam.
Kendati mereka berbeda agama, dalam hubungan kekeluargaan tetap kompak. Mereka sangat memahami bahwa tiap agama mempunyai kaidah masing-masing. Sebagai seorang tokoh gereja yang berasal dari keluarga multi-agama, Ihromi menaruh perhatian tinggi terhadap kegiatan dialog antar agama baik pada tingkat lokal maupun nasional.
Ihromi ditahbiskan menjadi pendeta Gereja Kristen Pasundan 18 April 1955. Kemudian dia menjadi dosen dan menjadi Rektor STT Jakarta beberapa periode. Di STT Jakarta dia menjadi guru besar yang mengajar Perjanjian Lama dan bahasa Ibrani dan bahasa Semit, sejak 1972. Juga menjadi Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra UI, sejak 1974.
Ihromi juga aktif sebagai Ketua Perhimpunan Sekolah-Sekolah Teologia di Indonesia (1973-1978) dan Ketua Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (1980-1984). Bahkan dia juga pernah menjabat Wakil Ketua World Council of Churches (1975-1983) dan Anggota Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional.
Sebagai pendeta GKP dia aktif memberikan kontribusi pemikiran melalui komisi teologi, badan kesejahteraan dan dalam pengembangan hubungan gereja dan lembaga oikumenis di luar negeri.
Dia menempuh pendidikan di Christelijke HIS, Garut (1942). Ketika masih di HIS, dia sudah dipanggil ”profesor” oleh teman-temannya, gara-gara dia berkaca mata dan senang membaca. Julukan itu mendorongnya giat belajar. Dia membulatkan tekad akan benar-benar menjadi profesor.
Semula dia ingin menjadi insinyur mesin, maka sempat masuk sekolah teknik di Bandung (1945) — seangkatan dengan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin yang mengambil jurusan bangunan. Namun, kemudian ia bercita-cita jadi dokter sehingga beralih ke SMA Perjuangan, Garut/Sumedang (1948).
Nayatanya, setamat SMA di Sumedang, 1948, Ihromi bertemu dengan ipar Bung Hatta, seorang dokter bernama Sanusi. Dokter itu malah menganjurkannya masuk Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STTJ), 1955. Kemudian, ia masuk Fakultas Sastra UI, jurusan bahasa Sunda dan Arab, namun tidak sampai selesai (1957).
Tahun 1963, Ihromi meraih gelar MA bidang ilmu sejarah dan bahasa Semit, dari Universitas Harvard, Cambridge, AS. Kemudian meraih gelar doktor dengan yudisium magna cum laude, 1972, dari Johannes Gutenberg Universitat, Mainz, Jerman Barat, setelah tiga tahun mendalami Kitab Perjanjian Lama. Disertasinya, ‘Amm ‘Ani Wadal Nach dem Propheten Zephanya. Dialah orang Indonesia pertama yang meraih keahlian bahasa Ibrani di luar negeri.
Ketika mahasiswa, pria penggemar musik klasik Barat dan Sunda, ini aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Di situ dia berkenalan dengan gadis Tapanuli, adik bungsu Jenderal TB Simatupang bernama Tapi Omas Simatupang. Semula orang tua Tapi Omas kurang setuju atas hubungan mereka, tetapi setelah mereka sama-sama kuliah di AS, akhirnya mereka direstuai menikah. Pernikahan ini dianugerahi dua orang putri yakni dr Kurniati Ihromi Tanjung dan Ir Ade Satyawati. Isterinya yang kemudian lebih dikenal sebagai Prof Dr Ny Tapi Omas Ihromi, SH, adalah guru besar FH UI. e-ti/mangatur lps, dari berbagai sumber antara lain Suara Pembaruan (26/9/05), Buku Apa Siapa Orang Sunda (hlm 203)
Saya sudah mengejar tesis S2 gelar Doctor di Fakultas Atmajaya Jakarta. Saya sudah berusaha belajar keras untuk memahami bahasa Ibrani tapi saya selalu gagal. Bahkan sering stress, mungkin dengan biografi dari beliau membuat sqya termotivasi untuk belajar dan belajar. Terimakasih