Perempuan Berwawasan Teknologi
Betti Alisjahbana02 | Keluarga yang Memahami Pentingnya Pendidikan

Betti dibesarkan dalam keluarga yang memahami benar pentingnya pendidikan. Semenjak kecil Betti sudah rajin mengikuti kursus tambahan untuk mengasah keterampilannya. Ibunya, mantan seorang guru, yang memilih berhenti menjadi guru agar bisa mempunyai waktu lebih banyak, mendidik Betti dan ketiga saudara laki-lakinya agar menjadi orang yang berguna bagi orang lain suatu saat nanti.
Ibunya berperan besar dalam melatih kecerdasan emosional anak-anaknya. Sedangkan ayahnya, seorang-pegawai negeri yang juga dosen ITB dan Unpar banyak memberikan bekal dalam hal pembentukan kemampuan intelektual.
Sejak SD, Betti sudah mengikuti kursus Bahasa Inggris. Tidaklah mengherankan bila kelak ketika menjadi mahasiswa di Jurusan Arsitektur ITB, ia aktif di Student English Forum mengasah kemampuan berbahasa Inggris baik aktif maupun pasif. Di samping kursus yang berkaitan dengan sekolah, Betti juga mengikuti kursus di luar kepentingan sekolah seperti kursus menjahit dan kursus kecantikan. Makanya, semenjak SMP ia sudah bisa menerima jahitan. Berbagai kursus yang diikutinya turut membantu meningkatkan kemampuan interpersonal dan rasa percaya dirinya.
Kiprahnya di IBM dimulai setelah lulus dari dari Institut Teknologi Bandung jurusan Arsitektur tahun 1994. Setelah lulus test, ia memotivasi diri dan bekerja sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan program pendidikan yang harus dijalaninya di Jakarta dan Hongkong selama setahun sebagai marketing trainee.
Begitu selesai mengikuti program ini, ia menjalani berbagai posisi di bidang sales dan marketing selama enam tahun. Kesabarannya dalam menjalani pekerjaannya tidaklah sia-sia. Ia mendapat penugasan internasional tahun 1996 hingga 1998 sebagai General Manager, Generah Business, Marketing untuk IBM ASEAN dan Asia Selatan dan berkantor di Singapura selama dua tahun.
Tinggal di Singapura membawa berkah tersendiri bagi keluarganya. Meskipun suaminya, Mario Alisjahbana, seorang pengusaha di bidang media dan percetakan yang juga putra pujangga besar Sutan Takdir Alisjahbana, datang dua minggu sekali ke Singapura bertemu dengan Betti dan kedua anaknya, di saat-saat itulah keluarganya menghargai benar arti kebersamaan, keharmonisan dan nilai suatu keluarga.
Suaminya bersyukur karena Betti dan kedua anaknya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu sedang bergejolak dipenuhi dengan aksi demonstrasi dan kerusuhan. Selain itu, kedua anaknya bisa mendapat pengalaman internasional dengan bersekolah di Singapura.
Pengalamannya bertugas di luar negeri dan menangani orang dari berbagai macam latar belakang memberikan nilai tambah dalam karirnya. Ketika kembali ke Indonesia setelah sukses menjalankan tugas di Singapura, ia mendapat promosi sebagai Direktur Sales dan Marketing, PT USI Jaya/IBM Indonesia tahun 1998-1999.
Tidak lama kemudian, berkat persiapan yang matang, Betti dipercaya memimpin IBM Indonesia tahun 1999 sampai sekarang, sebuah cita-cita yang sudah lama ingin diraihnya. Ia kini memimpin 300 orang, serta bertanggung jawab kepada lebih banyak orang lagi karena IBM Indonesia menjalin kerjasama dengan network partner, distributor, dealer, dan perusahan-perusahaan lainnya.
Alumni Asia Pacific Global Leadership Development, Tokyo, Japan (2001), ini mengatakan bahwa dalam menekuni profesinya hingga meraih berbagai prestasi tidak lepas dari tiga prinsip yang selama ini dipegangnya yaitu kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Betti melihat kenyataan bahwa kemampuan seseorang tidak ada batasnya. Bila seseorang mengatakan bahwa dia mampu, maka ia mampu. Bila ia berkata tidak mampu, maka ia tidak mampu. Bila seseorang memiliki motivasi yang tinggi dan percaya bahwa ia bisa melakukan sesuatu serta berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya, maka kemampuan seseorang menjadi tidak ada batasnya. Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka(Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 05)