
[OPINI] – Perubahan yang cepat, dinamis dan tidak dapat diprediksi dalam dunia bisnis menuntut berbagai perusahaan untuk memperbaiki bahkan bila perlu merombak mekanisme responsifitas proses bisnisnya. Salah satu solusi terbaiknya adalah dengan mengadopsi kemampuan teknologi yang terbukti mampu mengantisipasi berbagai perubahan baik dari dalam atau luar perusahaan. Betti Alisjahbana mengemukakan hal itu dalam wawancara dengan TokohIndonesia.com.
Itulah sebabnya IBM dengan gencar menjual konsep on-demand ke berbagai perusahaan. Dengan konsep ini, perusahaan berbasis on-demand dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi baik yang positif maupun negatif serta terus meningkatkan kinerja perusahaan baik dari segi perolehan laba, produktivitas, dan sebagainya. Berikut ini rangkuman pandangan Betti Alisjahbana yang dikemukakan dalam wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia.com, Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka, pada 7 Oktober 2003, di kantor IBM Indonesia, Gedung Landmark Lt. 31, JL Jenderal Sudirman Jakarta, dalam kapasitasnya sebagai Presiden Direktur IBM Indonesia.
Perusahaan berbasis on-demand berusaha meminimalkan fixed cost dan lebih mengaju pada variable cost dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Bila keadaan bisnis sedang baik dan permintaan meningkat, cost yang dikeluarkan sebanding dengan peningkatan itu. Bila keadaan bisnis kurang baik dan permintaan menurun, cost yang dikeluarkan sebanding dengan penurunan itu. Jadi, perusahaan terhindar dari biaya-biaya yang tidak produktif. Kenyataan yang ada sekarang adalah masih banyak perusahaan bersandar pada fixed cost sehingga bila keadaan ekonomi sedang sulit, biaya tetap tinggi. Oleh karena itu, IBM membantu pelanggan-pelanggannya menjadi perusahaan yang berbasis on-demand, responsif, fleksibel dan variabel sehingga mereka bisa sukses dengan pendapatan yang terus tumbuh berkembang.
Dalam membantu pelanggannya menjadi perusahaan berbasis on-demand, IBM mempunyai 3 pendekatan. Pendekatan pertama adalah menyediakan jasa konsultasi transformasi bisinis. IBM membantu pelanggannya mendefinisikan on-demand strategy dan business model yang diperlukan supaya perusahaan mempunyai dasar yang benar dan kuat untuk menjadi sebuah perusahaan berbasis on-demand.
Pendekatan kedua adalah menyediakan teknologi yang menunjang dimana perusahaan berbasis on-demand memiliki karakteristik khusus seperti terbuka, artinya, perusahaan berbasis on-demand perlu mengintegrasikan proses bisnisnya mulai dari internal perusahaan hingga ke supplier dan konsumen. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi yang mengikuti standar, memungkinkan integrasi dari berbagai aplikasi, software dan hardware, mempunyai utilisasi yang tinggi sehingga terhindar dari computing resources yang menganggur, autonomic, yaitu berusaha sebanyak mungkin membuat system management-nya menjadi sederhana dan otomatis serta resiliency, yaitu ketahanan terhadap berbagai perubahan.
Pendekatan ketiga adalah fleksibilitas pengadaan teknologi itu sendiri. Dengan adanya fleksibilitas dalam pengadaan teknologi, perusahaan bisa menikmati teknologi dan support tanpa harus memiliki secara langsung teknologi itu sendiri, inilah yang dinamakan outsourcing. IBM juga memberikan fleksibilitas dari segi on-demand capacity. Artinya, biaya pemakaian dapat disesuaikan dengan jumlah pemakaian computing resources.. Bila perusahaan membutuhkan lebih banyak penggunaan, maka yang dibayarkan sesuai dengan tambahan jumlah pemakaian yang dilakukan.
Untuk mendukung bisnisnya, tahun 2002 lalu, IBM membeli PricewaterhouseCoopers Consulting sekitar 3,5 milyar dolar AS dalam bentuk dana tunai maupun saham. Bila dulu IBM lebih ke arah teknologi saja, sekarang IBM turut pula menangani business transformation suatu perusahaan yang tentu saja sangat membutuhkan konsultan-konsultan bisnis yang profesional.
Mengkomunikasikan dan menjual konsep on-demand kepada berbagai perusahaan menuntut IBM mengubah pendekatannya. Komunikasi harus dimulai dengan orang yang tepat. Bila dulu penawaran teknologi IT dibicarakan dengan IT manager saja, sekarang dengan konsep ini, komunikasi juga dilakukan dengan pemilik atau pemimpin perusahaan dimana mereka lebih mengerti tentang model bisnis dan prioritas bisnis perusahaannya.
Pendekatan yang dilakukan pun harus relevan dan berbeda. Pendekatan kepada pemimpin perusahaan lebih kepada bagaimana teknologi itu bisa mempengaruhi bisnisnya sedangkan dengan IT manager lebih kepada sisi teknologinya itu sendiri. Misalkan saja, untuk mendukung fokus bisnisnya ini, IBM mensosialisasikan konsep on demand kepada para pelanggan, di Darmawangsa Hotel, 17 Januari 2003 yang lalu.
Sebelum gencar menjual konsep on-demand ke berbagai perusahaan, IBM sudah menggeluti dunia e-business, dimana internet dan IT dimanfaatkan untuk menunjang bisnis pelanggan. Ada tiga tahap yang IBM lalui dalam menerapkan e-business dalam suatu perusahaan. Tahap pertama adalah perusahaan memiliki situs di internet. Tahap kedua adalah integrasi. Selain tampil di web, pengunjung juga dapat melakukan transaksi online, misalkan membeli barang, transfer uang antar account, dan sebagainya.
Tahap ini implementasinya lebih kompleks karena memerlukan integrasi yang menyeluruh terhadap proses bisnis dalam perusahaan itu. Mulai dari integrasi penjualan, proses delivery, proses penagihan. Tahap ketiga adalah e-business on-demand. Bila pada tahap kedua integrasi hanya terbatas pada perusahaan itu sendiri, sedangkan pada tahap ketiga, integrasi yang dilakukan sudah termasuk partner, customer dan supplier-nya. Integrasi pada tahap ketiga ini jauh lebih lengkap.
Semenjak tahun lalu, IBM mulai fokus pada on-demand dan secara agresif masuk pada tahap ketiga dengan menyediakan jasa transformasi bisnis. Berkaitan dengan kondisi pasar, IBM masih harus berhadapan dengan kenyataan bahwa 65% perusahaan di dunia masih berada pada tahap pertama, 28% tahap kedua, dan sisanya mulai masuk ke tahap ketiga.?Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka (Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 05)
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
02 | Peran IBM Memasyarakatkan IT
Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara lain seperti Singapura dan Malaysia dalam hal pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang berbagai sektor kehidupan. Menyadari kenyataan ini, IBM merasa perlu untuk turut berperan serta dalam memasyarakatkan IT melalui program-program yang sudah dicanangkannya.
Misalkan saja, IBM menyediakan jasa dan teknologi yang terjangkau dengan cara turut aktif mempromosikan Linux, sebuah open source operating system yang mulai banyak dilirik oleh para pelaku usaha. IBM berharap jika Linux sebagai sistem operasi yang murah berhasil diadopsi, banyak kalangan seperti perorangan, organisasi, perusahaan dan pemerintahan yang bisa memanfaatkan teknologi dengan biaya yang lebih murah.
IBM mencoba membentuk Linux Community dan bermitra dengan orang-orang yang bergerak di bidang Linux, baik itu penyedia perangkat lunak, penyedia tenaga ahli dalam hal implementasi, penyedia training di bidang linux, majalah di bidang linux, dan sebagainya. Bersama-sama dengan mereka, IBM mempromosikan Linux guna mendukung percepatan adopsi TI.
IBM juga mempunyai sebuah program kemasyarakatan yang disebut Technology for the Community. Lewat program ini IBM memberikan bantuan teknologi kepada Palang Merah Indonesia pada tahun 2002. Bantuannya berupa penyediaan komputer laptop agar tenaga-tenaga lapangan dapat lebih cepat menyebarkan informasi mengenai suatu musibah dan menggalang bantuan dengan cepat. Di samping itu, IBM juga menyediakan komputer dan scanner di daerah-daerah bencana sehingga PMI bisa lebih cepat dan lebih responsif dalam menangani masalah bencana.
Semenjak tahun lalu hingga sekarang, IBM terlibat dalam pengembangan pendidikan usia dini yang disebut dengan Program Kid’s Smart. Tahun 2003 IBM membantu 45 sekolah, jauh meningkat dibandingkan tahun 2002 sebanyak 30 sekolah. Program ini mencoba memperkenalkan teknologi sejak usia dini dengan pendekatan proses belajar yang menarik dan interaktif. Bantuannya berupa hardware dan software yang didisain semenarik mungkin sesuai dengan anak-anak usia dini. Para guru diberikan pelatihan khusus agar bisa mengkomunikasikan dengan baik proses belajar itu kepada anak-anak. Ketika IBM meluncurkan Kid’s Smart tahap kedua, dua orang anak diminta mendemonstrasikan kemampuan mereka di hadapan banyak orang. Terlihat sekali, anak-anak itu menyukai apa yang mereka lakukan dan mereka sudah bisa mengerti bahasa Inggris sejak usia dini. Bagi IBM, hal ini sudah menjadi prestasi yang membanggakan.
Di lingkungan pendidikan SMA, IBM mengadakan workshop untuk memperkenalkan teknologi kepada para siswa dengan cara yang sangat menarik. Workshop ini mengajarkan bagaimana menggunakan komputer, mendisain website, bereksperimen, menganalisa DNA, dan sebagainya. Tujuannya adalah membangkitkan minat mereka terhadap teknologi sehingga mereka bisa terjun ke dunia teknologi nantinya.
Tidak ketinggalan pula, IBM mempunyai program untuk para mahasiswa, yang disebut Student at Work, sebuah program magang yang terbagi dalam dua pendekatan, program satu hari penuh dan program yang memakan waktu beberapa bulan. Program satu hari penuh biasanya hanya memperkenalkan IBM dan teknologinya namun tidak mendalam. Sedangkan program yang memakan waktu beberapa bulan, para mahasiswa diberikan pekerjaan yang sesungguhnya.
Menurut rencana, sekitar bulan Oktober, IBM akan menempatkan kios-kios komputer di tempat-tempat yang strategis seperti mall terutama museum teknologi yang banyak dikunjungi orang. Melalui kios ini, pengguna dapat melakukan eksplorasi ke museum-museum teknologi yang terkenal di dunia dan belajar lebih banyak tentang teknologi. Satu kendala terbesar dalam mengimplementasikan program ini adalah adanya kekhawatiran bahwa kios-kios tersebut akan bernasib sama seperti telepon umum yang kebanyakan rusak atau hilang dicuri.
Melalui berbagai program yang sudah dan akan dilakukan, IBM juga berusaha menumbuhkan loyalitas para pegawainya dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan karena mereka mendapati bekerja di suatu perusahaan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. ?Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka (Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 05)
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
03 | SDM di IBM
Ada dua faktor yang menyebabkan IBM sanggup bertahan di tengah-tengah krisis nasional maupun global yang sedang terjadi di dunia. Faktor pertama adalah fokus. IBM terus fokus pada kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik jauh lebih baik dari pesaing-pesaingnya.
Faktor kedua adalah IBM terus berusaha menjadikan pegawainya terampil dan memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, IBM membuka kesempatan untuk belajar bagi semua pegawainya melalui program IBM Global Campus yang merupakan kombinasi dari e-learning. Dalam situs IBM Global Campus Site, ada ribuan kelas dengan berbagai bidang ilmu. Melalui program ini, selain mempelajari teknologi dan industri, para pegawainya dapat mengembangkan kemampuan pribadinya seperti memimpin orang, mengatur waktu, dan sebagainya.
Metode e-learning memberikan keuntungan kepada penggunanya karena setiap orang dapat belajar sesuai dengan waktu, kecepatan, dan gaya belajarnya masing-masing. Di samping itu, setiap orang dapat belajar tentang topik apapun, kapan saja, seandainya diperlukan. Metode e-learning berusaha mengatasi kebosanan dan kejenuhan dalam belajar dengan menggunakan model belajar yang interaktif dan sistematis. Para pengguna juga didukung oleh expert yang sudah berpengalaman di bidangnya. Untuk mendukung program ini, IBM mengadakan learning day setiap tiga bulan sekali, yang bertujuan mengingatkan para pegawainya bahwa belajar adalah suatu kebutuhan.
IBM juga memiliki program yang disebut Individual Development Program (IDP). Program ini akan mengevaluasi sejauh mana gap antara skill dengan posisi yang sedang dipegang oleh seseorang. Bila ternyata untuk profesi tersebut didapati skill yang diperlukan belum memadai, maka orang tersebut akan dididik dan dilatih melalui e-learning, project assignment atau mentoring. IBM selalu menghimbau semua pegawainya untuk terbuka membantu orang lain dengan menjadi mentor. “Semakin kita berbagi maka kita semakin kaya, ” kata Betti yakin. Dengan cara ini, diharapkan proses transfer ilmu bisa lebih cepat dan semakin mengasah keterampilan mereka yang menjadi mentor.
Di samping itu, IBM dalam meningkatkan keterampilan pegawainya juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk menangani proyek-proyek di luar negeri. Para pegawainya tidak hanya menangani proyek-proyek Indonesia saja, tetapi juga terjun menangani proyek luar negeri dengan ketentuan skill profile-nya memenuhi persyaratan. Untuk mempermudah proses pengerjaan proyek, IBM menerapkan knowledge management. Setiap proyek yang pernah dilakukan dibuat dokumentasinya sehingga sewaktu-sewaktu dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan bagi mereka yang secara kebetulan sedang mengerjakan proyek yang hampir sama dengan proyek sebelumnya. ?Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka (Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 05)
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
04 | Prospek IT di Masa Depan
Menanggapi soal kebijakan pemerintah tentang UU hak Cipta, Betti memandangnya sebagai sesuatu yang positif. Menurutnya, UU Hak Cipta akan melindungi orang-orang yang memiliki ide dan memberikan mereka motivasi untuk membuat hal-hal yang baru.
Walaupun banyak kalangan yang meragukan keseriusan pemerintah terhadap UU ini, Betti berharap bahwa dengan diberlakukannya Undang-undang ini, semua perangkat penegakan hukum dan promosi dapat dipacu persiapan dan implementasinya.
Betti juga mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan deregulasi terhadap pajak barang mewah yang masih diberlakukan terhadap berbagai perangkat komputer karena komputer bukanlah barang mewah. Orang-orang yang mempunyai perusahaan IT atau membuka perusahaan IT juga diberikan keringanan dari segi pajak, sehingga mempermudah mereka masuk ke dunia IT. Pemerintah juga diharapkan dapat turut berperan serta dalam menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang IT dengan memberikan beasiswa atau membangun sekolah-sekolah berbasis IT.
Betti percaya bahwa setiap orang dapat mempengaruhi dan memberikan kontribusi terhadap dunia IT di Indonesia, entah itu besar atau kecil. Sebagai seorang pemimpin di IBM, prospek IT di masa depan juga ditentukan oleh kontribusinya, sejauh mana ia mengembangkan bisnis serta meyakinkan orang bahwa investasi di dunia IT itu penting. Oleh karena itu, Betti melihat prospek IT di Indonesia secara positif dan terus berusaha menyediakan solusi IT dengan biaya yang terjangkau dan memuaskan bagi para pelanggan. Demikian Betti Setiastuti Alisjahbana. ?Mangatur Lorielcide Paniroy – Marjuka (Diterbitkan juga di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 05)
*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)