Cerdas Menggambar Fenomena Sosial

Benny Rachmadi
 
0
332
Benny Rachmadi
Benny Rachmadi | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Dosen Institut Kesenian Jakarta (1993-2002) ini terkenal lewat komik strip Benny & Mice yang tayang selama tujuh tahun di harian Kompas Minggu. Bersama kawan satu almamaternya di IKJ, Muhammad Misrad (Mice), mereka memotret kehidupan di Jakarta dalam kemasan yang kocak, satir namun tetap cerdas. Kegiatannya yang lain adalah menjadi ilustrator untuk rubrik kartun editorial di tabloid/harian Kontan dan ilustrator freelance di beberapa perusahaan periklanan. 

Benny Rachmadi, kartunis kelahiran Samarinda, 23 Agustus 1969 ini sejak kecil memang sudah senang menggambar dan mengamati segala hal. Sadar akan kemampuannya, Benny pun tak mau bakatnya terbuang sia-sia. Oleh karena itu, walaupun besar di pulau Kalimantan, kampung halamannya, ia sudah sejak lama bercita-cita belajar desain grafis di Jakarta.

Impiannya itu pun terwujud. Setelah lulus SMA di tahun 1993, Benny masuk ke Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) mengambil jurusan. Semasa kuliah itulah, jiwa kreatifnya semakin terasah karena ia semakin sering mengamati berbagai fenomena sosial dari kehidupan sehari-hari yang sering dianggap tidak menarik oleh banyak orang.

Di kampus IKJ pulalah, Benny Rachmadi bertemu dengan rekan seperjuangannya, Muhammad Misrad alias Mice. Duet mereka mengerjakan kartun berawal sejak tahun 1989 saat diserahi tugas membuat koran dinding IKJ. Sebagai kartunis mereka cukup peka menangkap ide dari berbagai hal-hal unik dan menarik yang ada di sekitarnya. Ide itu bahkan pernah datang dari salah seorang mahasiswa yang kelakuannya aneh, suka masuk ke berbagai komunitas bermodalkan omdo, omong doang. “Kita buatkan kartun dia. Tapi bukannya marah, dia malah senang,” kata Benny seperti dikutip dari harian Kompas.

Sebagian kartun mereka di harian Kompas sudah diterbitkan dalam bentuk buku dengan beragam judul yakni Jakarta Luar Dalem, Lost in Bali, dan Talk About Handphone. Namun sayang, terhitung sejak Juli 2010, kebersamaannya dengan Mice di Benny & Mice berakhir. Mice kini menggambar kartunnya sendiri dengan judul Mice Cartoon. Dua edisi terakhir dari Benny & Mice menampilkan tentang keluhan Mice terhadap kota Jakarta dan ingin pergi dari Jakarta.

Keduanya kemudian mulai menampilkan karya secara luas ketika mendapat pesanan membuat ilustrasi buku sekitar tahun 1997-1998. Judul bukunya kala itu, Matinya Ilmu Ekonomi, saduran dari The Death of Economics karya Paul Ormerod. Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang saat itu melihat hasil coretan keduanya, akhirnya memunculkan ide agar Benny dan Mice membuat buku sendiri. “Lalu dirundingkan ide itu, pengalaman di koran dinding cukup membantu karena kami terbiasa bekerja sebagai tim,” kata Benny.

Keluarlah buku mereka dengan seri Lagak Jakarta terbitan KPG. Pada tahun 1997-1999, mereka membuat enam judul buku. Buku-buku itulah yang kemudian diterbitkan lagi di tahun 2007 dalam Satu Dekade Lagak Jakarta Edisi Koleksi 1 & 2, serta Lagak Jakarta: 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta.

Judul yang terakhir disebut diterbitkan pada Januari 2008. Membaca judulnya, mungkin yang pertama terlintas di benak sebagian orang adalah tokoh-tokoh terkenal seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, atau artis-artis Ibukota. Padahal, tokoh-tokoh yang dimaksud dalam buku ini adalah para korban banjir, tukang ojek, nenek-nenek pengajian, pedagang kerak telor, preman, timer, banci lampu merah, hansip, pengurus kuburan, maling besi, penjual VCD bajakan, bahkan kucing kampung.

Dengan cerdasnya, Benny dan Mice mengungkap tokoh-tokoh paling realis penyemarak kota Jakarta. Tengoklah sudut-sudut kota Jakarta maka tokoh-tokoh tersebut dengan mudahnya kita temui. Buku setebal 160 halaman ini juga menyelipkan beberapa cerita yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari, seperti seorang pengemis yang menggunakan akal cerdik demi mendapatkan uang. Ada pula penipuan-penipuan yang kerap terjadi di jalanan.

Dari tahun 2003, Benny dan Mice membuat strip komik Benny & Mice yang berisi tentang kritik-kritik sosial di Kompas Minggu. Mulanya banyak yang menganggap Benny & Mice dibuat oleh satu orang. Padahal, kartun strip itu merupakan hasil kreativitas mereka berdua. Uniknya, sesuai dengan namanya, dua tokoh dalam kartun tersebut memang jelmaan pembuatnya. Benny kartun berambut keriting, menggambarkan Benny Rachmadi yang juga keriting. Mice kartun yang rambutnya lurus dan berkacamata merepresentasikan Muhammad Misrad. Tetapi soal goresan, Benny dan Mice sudah tak bisa dipisahkan. Tak akan ada yang bisa membedakan, mana karya Benny dan mana Mice. “Bahkan istri saya tak bisa membedakan,” ucap Benny.

Komik strip ini menarik perhatian karena dua tokoh di dalamnya digambarkan sebagai sosok pemuda kocak, sok tahu, tengil, tapi juga pantang menyerah. Karena mereka berdua sama-sama tinggal di Jakarta, mereka pun menjadikan kehidupan sehari-hari di ibukota sebagai pengisi cerita dalam kartun mereka.

Advertisement

Cerita yang diangkat misalnya soal VCD bajakan yang dijual bebas di emperan, heboh audisi Indonesian Idol, busway, banjir, dan lain-lain. Untuk menggarap satu tema, ide cerita tak harus dirapatkan. Ide sering muncul tak sengaja. Misalnya, saat jalan-jalan di mal, melihat gaya berpakaian anak-anak sekolah. Dari situ dapat memunculkan ide membuat cerita tentang fashion yang sedang digemari kalangan anak muda. Benny & Mice juga sering mengkritik budaya latah yang semakin mewabah, contohnya ketika Benny & Mice kartun menjadi pelayan toko handphone (HP), seorang perempuan cantik datang berniat membeli HP mewah. Bukannya menawarkan HP mahal, mereka justru bertanya, kenapa beli HP sampai Rp 7 juta kalau kebutuhannya hanya telepon dan SMS? Calon pembeli itu pergi dengan kesal dan pemilik toko memecat Benny & Mice.

Sebagian kartun mereka di harian Kompas sudah diterbitkan dalam bentuk buku dengan beragam judul yakni Jakarta Luar Dalem, Lost in Bali, dan Talk About Handphone. Namun sayang, terhitung sejak Juli 2010, kebersamaannya dengan Mice di Benny & Mice berakhir. Mice kini menggambar kartunnya sendiri dengan judul Mice Cartoon. Dua edisi terakhir dari Benny & Mice menampilkan tentang keluhan Mice terhadap kota Jakarta dan ingin pergi dari Jakarta.

Selain di Kompas, Benny juga menjadi kartunis di tabloid dan harian Kontan sejak tahun 1998. Ia juga sempat mengajar di almamaternya, IKJ, selama hampir sepuluh tahun sejak 1993 hingga 2002. Sekarang ia sudah tidak mengajar lagi, karena sudah tidak dibutuhkan, demikian kata suami Anna Zuchriana dengan nada bercanda.

Selama karirnya, pria berambut keriting ini sudah menggondol sejumlah prestasi dan penghargaan. Diantaranya, pemenang kategori seni adegan atau komik (Sequential Art) pada Internasional Competition Student Artist di Savannah, USA, 1996 dan penghargaan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) sebagai ilustrator buku anak-anak terbaik tahun 1995.

Selain itu, pria yang mengidolai Priyanto – kartunis majalah Tempo sekaligus dosennya semasa kuliah dan Dwi Koendoro – pencipta Panji Koming pada Kompas Minggu, ini juga kerap menampilkan karyanya dalam beberapa pameran kartun. Di antaranya pemeran Kartun untuk Demokrasi yang diselenggarakan Friedrich Naumann Stiftung (FNSt) bekerja sama dengan Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Oktober 2000.

Kartun karya Benny Rachmadi juga pernah mewakili Indonesia dalam pameran kartun internasional yang diadakan oleh Pusat Kebudayaan Jepang pada Maret sampai April 2007. Pameran yang mengangkat tema tentang gaya hidup anak muda tersebut diikuti oleh perwakilan kartunis dari berbagai negara se-Asia diantaranya Malaysia, Jepang, China, Thailand, dan Filipina. Pameran ini diadakan dengan sistem road show yakni dipamerkan secara berkeliling dari satu negara ke negara lain. muli, red

Data Singkat
Benny Rachmadi, Ilustrator dan perancang grafis lepas / Cerdas Menggambar Fenomena Sosial | Direktori | Dosen, komik, IKJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini