Karyanya Indah, Elegan, dan Modern

[ Biyan Wanaatmadja ]
 
0
231
Biyan Wanaatmadja
Biyan Wanaatmadja | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Desainer kelahiran Surabaya ini dikenal dengan karyanya yang indah mengacu pada warisan desain budaya Indonesia dengan potongan modern dan siluet yang elegan dan rumit. Empat lini besarnya, label utama Biyan Wanaatmadja, label sekunder Studio 133, label yang lebih massal (X), S, M, L, dan Biyan Bride sudah dikenal pecinta dunia fashion Indonesia dan mancanegara.

Ibarat air mengalir, begitulah Biyan Wanaatmadja menjalani hidupnya. Tak seperti kebanyakan orang, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 20 Oktober 1954 ini di masa kecilnya mengaku tidak pernah punya cita-cita. Begitu lulus SMA, bungsu dari empat bersaudara pasangan Surya Wanaatmadja dan Elizabeth Jonathan ini bahkan tak tahu hendak melanjutkan ke mana. Biyan kemudian memilih meneruskan studinya hingga jauh ke negara Jerman karena kebetulan ia memiliki saudara yang tinggal di sana.

Lantaran merasa memiliki minat pada tata warna dan bakat menggambar, Biyan memilih jurusan arsitektur di sebuah perguruan tinggi di Jerman. Namun baru menginjak semester dua, pikirannya berubah. “Kalau saya belajar arsitektur, kayaknya waktunya panjang banget untuk menjalani proses sampai menjadi sesuatu,” katanya. “Mungkin saya lebih suka membuat sesuatu yang berhubungan dengan suatu bentuk, yang bisa saya lihat saya wujudkan,” tambah Biyan seperti dikutip dari situs pdat.co.id.

Setelah mendapat persetujuan dari ibunya, Biyan akhirnya memutuskan untuk pindah jurusan. Sekolah desain mode Mueller & Sohn Pricatmodeschule di Duessedorf, Jerman, menjadi tujuannya. Baru dua tahun Biyan menuntut ilmu di sekolah tersebut, Biyan kemudian pindah ke London, mengambil kuliah desain di London College at Fashion London, England, sambil bekerja sebagai desainer freelance di sebuah pabrik garmen di Italia.

Pada tahun 1983, setelah menamatkan kuliah, ia langsung bekerja magang di rumah fashion Erico Covery di Florence, Italia. Di tempat itu, Biyan giat menggelar fashion show untuk memperkenalkan hasil rancangannya. Setelah sebelas tahun membangun karirnya di Eropa, keluarga menyuruh Biyan pulang ke kota kelahirannya, Surabaya, dan memintanya untuk berkiprah di negeri sendiri. Tiga minggu pertama kepulangannya, ia belum punya rencana apa-apa.

Karena bosan tidak berbuat sesuatu, Biyan mulai berpikir untuk membuat koleksi desain. Karya-karya Biyan pada waktu itu banyak disorot media. Dari situ kebimbangan Biyan menatap masa depannya mulai terjawab. Bermodal empat buah mesin jahit, desainer berkulit putih ini kian mantap memilih karir sebagai desainer dengan meluncurkan koleksinya yang berlabel ‘Biyan’ di tahun 1984.

Dalam merancang busana, Biyan mengaku amat mengagumi karya desainer asal Jepang seperti Yoji Yamamoto, Issey Miyake, dan Reykawakubo. Menurutnya, ketiga desainer Negeri Matahari Terbit itu mampu menciptakan sesuatu dengan indah, artistik dan kaya, tapi bisa tetap sederhana.

Sebagai orang yang sudah puluhan tahun berkutat dengan lika liku dunia fashion, Biyan menyampaikan pandangannya mengenai pertumbuhan industri fashion yang semakin kompetitif. Menurut Biyan, fashion kini bukan lagi milik sekelompok orang tertentu. Sepuluh tahun yang lalu, saat informasi masih sulit untuk diakses, sesuatu justru bisa terlihat luar biasa. Akan tetapi dengan kondisi di masa kini, dimana kemudahan menjangkau informasi sudah semakin mudah, banyak hal lebih terkesan biasa, termasuk dalam dunia desain.

Sebagai desainer yang memiliki banyak kesibukan, ia juga sempat bolak-balik Surabaya-Jakarta. Suatu ketika, panitia sebuah pagelaran busana di Jakarta mengundangnya untuk ikut serta bersama sejumlah desainer lain. Penampilan Biyan saat itu mendapat respon positif dari masyarakat. Saat ini, Biyan memiliki gerai di berbagai mal dan toserba yang tersebar di Jakarta. Lama kelamaan, nama Biyan sebagai desainer fashion tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Taiwan. Nama Biyan bahkan telah dikenal di pasar Timur Tengah, sampai Eropa.

Namun, pemilik label Biyan Wanaatmadja, Studio 133, (X)S.M.L, dan Biyan Bride ini mengaku belum melangkahkan kakinya ke dunia internasional. Meski sudah melebarkan ekspansinya dengan mendirikan butik di sejumlah negara di Asia, Biyan lebih memilih untuk tetap eksis di Tanah Air dibandingkan harus mendunia. Meski ia tak memungkiri keinginan untuk go international merupakan impian setiap orang. Namun dengan bijak ia mengatakan bahwa ia masih punya tanggung jawab, dan merasa memiliki Indonesia.

Perancang yang berkarir sejak tahun 1984 ini menyadari bahwa untuk go international dibutuhkan komitmen tinggi. “Manajemen harus benar. Kalau keluar tidak hanya ingin berekspansi saja, tapi buat saya keluar atau tidak paling penting kita punya komitmen,” papar peraih penghargaan Desainer Terbaik Indonesia versi Wartawan Fashion Indonesia untuk tahun 1987, 1988, dan 1989 itu.

Advertisement

Biyan menambahkan, bekerja di Indonesia maupun go international sama pentingnya, dan ia juga percaya bahwa Indonesia juga merupakan bagian penting dari dunia internasional karena meskipun butiknya berlokasi di Jakarta akan tetapi banyak sekali pelanggan yang datang dari berbagai negara. Tak hanya itu saja, Biyan juga mengungkapkan, kesuksesan juga dapat digapainya di dalam negeri selagi ia mampu memberikan yang terbaik.

Sebagai orang yang sudah puluhan tahun berkutat dengan lika liku dunia fashion, Biyan menyampaikan pandangannya mengenai pertumbuhan industri fashion yang semakin kompetitif. Menurut Biyan, fashion kini bukan lagi milik sekelompok orang tertentu. Sepuluh tahun yang lalu, saat informasi masih sulit untuk diakses, sesuatu justru bisa terlihat luar biasa. Akan tetapi dengan kondisi di masa kini, dimana kemudahan menjangkau informasi sudah semakin mudah, banyak hal lebih terkesan biasa, termasuk dalam dunia desain.

Namun terus berkarya untuk menjadikan wanita tampak lebih cantik dengan menciptakan sesuatu yang unik dan spesial, merupakan tantangan terbesar baginya.

Sebagai desainer, Biyan merasa harus menguasai berbagai pengetahuan, ide, serta misi. Sementara untuk dapat memiliki kerja tim yang baik, harus mau berbagi mengenai banyak hal dan bertumbuh bersama dalam rasa saling percaya. Pria yang masih betah hidup melajang ini juga tak menampik bahwa keberhasilannya merupakan hasil kerja tim yang baik. Selama karirnya, pria yang hobi traveling ini juga merasa amat bersyukur dengan begitu banyak support yang ia terima dari keluarga, sahabat, tim kerja, klien, hingga rekan media. “Just simply give the best what you can do,” demikian petuah bijak yang pernah diucapkan ibunda tercinta yang masih ia ingat hingga saat ini. eti | muli, red

Data Singkat
Biyan Wanaatmadja, Desainer / Karyanya Indah, Elegan, dan Modern | Direktori | desainer, busana, fashion, mode, gaun

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here