Si Mice yang Konyol
Muhammad Misrad
[DIREKTORI] Muhammad Misrad atau yang lebih populer dengan nama Mice, bersama kawan satu almamaternya di IKJ, mendulang sukses lewat kartun strip, Benny & Mice yang sejak tahun 2003 menghiasi salah satu lembar harian Kompas Minggu. Konyol, lugu, dan jujur dalam memotret kehidupan sehari-hari masyarakat urban adalah kesan yang ditampilkan Mice dalam setiap goresan karyanya. Namun, mulai Juli 2010, Mice hanya menggambar sendirian di koran Kompas dengan kartunnya yang berjudul Mice Cartoon.
Mice (baca “mi-ce”, bukan [mais] seperti tikus dalam bahasa Inggris) yang lahir di Jakarta pada 23 Juli 1970 ini menjadi kartunis lantaran terkesan dengan billboard iklan. Selain itu, sejak kecil ia mengaku gemar membaca komik. Bahkan Mice, yang ketika itu masih SD, merasa senang bukan kepalang jika diajak ibundanya ke rumah sakit. Bukan apa-apa, karena di tempat parkir rumah sakit itu ada yang berjualan komik.
Dari situlah awalnya ia tertarik untuk mendalami dunia gambar menggambar. Singkat cerita, setelah berhasil mendapatkan ijazah SMA, ia pun meneruskan pendidikannya ke Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mulanya ia tak mendapat restu dari kedua orangtuanya sebab di masa itu, para orang tua lebih bangga jika anaknya menjadi dokter atau insinyur.
Semasa kuliah, Mice pernah membaca kumpulan kartun karya Lat, kartunis asal Malaysia. la merasa takjub dengan kartun Lat tersebut, terutama yang berjudul Kampung Boy dan Mat Som. Dua buku itulah yang kemudian semakin memacu semangatnya untuk menjadi kartunis yang hebat.
Pertemuannya dengan Benny Rachmadi, rekan satu kampusnya, menjadi awal bagi Mice untuk merintis karirnya sebagai kartunis. Duo seniman kartun itu kemudian didaulat membuat kartun untuk kording (koran dinding) IKJ sejak 1989. “Tadinya isi koran itu tulisan ilmiah, misal membahas sejarah seni rupa. Waktu kami yang bikin, temanya diubah menjadi kejadian sehari-hari,” cerita Mice. Dari koran dinding inilah, hobi usil dengan kartun dimulai. Duet kedua sahabat itu lalu berlanjut saat mereka bekerja di majalah Djakarta!.
Debut Mice sebagai kartunis profesional berawal saat ia dan Benny diminta untuk membuat ilustrasi buku Matinya Ilmu Ekonomi, saduran dari The Death of Economics karya Paul Ormerod sekitar tahun 1997-1998. Hasil kreativitasnya itu kemudian memancing perhatian dari pihak Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia yang kemudian menyarankannya agar ia dan Benny membuat buku sendiri.
Berbekal pengalaman membuat kartun di kording semasa kuliah dulu, akhirnya mereka berhasil menerbitkan buku dengan nama mereka sendiri. Lagak Jakarta, judul buku pertama Mice dan Benny. Selama tahun 1997 hingga 1999, tercatat enam judul buku yang berhasil mereka hasilkan. Sepuluh tahun kemudian, buku-buku tersebut kemudian diterbitkan lagi dengan tajuk Satu Dekade Lagak Jakarta Edisi Koleksi 1 & 2, serta Lagak Jakarta: 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta.
Edisi koleksi Lagak Jakarta 1 & 2 yang dicetak ulang dengan bundel lebih mewah itu mendapat sambutan hangat dari para pecinta buku. Dalam tempo dua bulan saja, buku tersebut habis terjual sekitar 10.000 eksemplar. Buku yang diistilahkan sebagai reportase sosial dua kartunis soal trend dan perilaku, transportasi, profesi, krisis, reformasi, dan pemilu itu memang sudah lebih dari satu dekade lewat, tetapi nyatanya cerita komikal soal Jakarta itu tetap dicari. Kartun mereka ada untuk menjahili dan mengkritik Jakarta sehari-hari, tanpa kekerasan dan tak membuat orang marah.
Debut Mice sebagai kartunis profesional berawal saat ia dan Benny diminta untuk membuat ilustrasi buku Matinya Ilmu Ekonomi, saduran dari The Death of Economics karya Paul Ormerod sekitar tahun 1997-1998. Hasil kreativitasnya itu kemudian memancing perhatian dari pihak Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia yang kemudian menyarankannya agar ia dan Benny membuat buku sendiri.
Selain Lagak Jakarta, kumpulan kartun Benny & Mice juga dibukukan dengan berbagai judul antara lain Lost in Bali dan Talk About Hape. Buku terbaru hasil kreativitas duo kartunis itu adalah Jakarta Luar Dalem. Sama seperti karya-karya sebelumnya, buku itu juga laris manis di pasaran.
Kesuksesan Lagak Jakarta pada akhirnya mulai membuka kesempatan bagi keduanya untuk semakin go public. Salah satu kesempatan itu datang dari redaksi KOMPAS Minggu yang menawarkan mereka untuk mengisi kolom kartun. Benny, yang pertama kali dihubungi oleh Kompas, kemudian menelepon Mice dan meneruskan ajakan yang diterimanya dari Kompas. Keduanya pun setuju dan muncullah kartun Benny & Mice di Kompas Minggu sejak Oktober 2003.
Gagasannya sederhana saja yakni cerita tentang kehidupan sehari-hari namun cukup mengena di hati pembaca. Sesuai dengan judul yang diambil dari nama mereka sendiri, kartun Benny & Mice memang menampilkan keduanya, setidaknya hal itu bisa terlihat dari tampilan fisiknya, Benny dengan rambut ikalnya sedangkan Mice yang berambut lurus lengkap dengan kacamatanya. Menurut Mice, mereka rela menjadi “korban” dalam kartun tersebut daripada harus bersusah payah mencari-cari karakter baru untuk dijadikan tokoh. Selain itu, “Mau dibikin apa aja, mau diapain aja, engga ada yang protes atau marah,” kata Mice melanjutkan seperti dikutip dari situs unitedfool.com. Lalu, karena sama-sama tinggal di Jakarta, mereka pun menjadikan kehidupan sehari-hari masyarakat urban sebagai pengisi cerita dalam kartun mereka.
Misalnya saja soal VCD bajakan yang dijual bebas di emperan, heboh audisi Indonesian Idol, busway, banjir, dan lain-lain. Pokoknya apa saja yang dekat dengan peristiwa-peristiwa di sekitar kita. Apa pun itu, karya mereka tetap segar dan menghibur. Memang itulah yang menjadi tujuan Mice dan Benny membuat kartun. Mereka ingin membuat orang-orang yang membaca akan tersenyum ataupun tertawa. “Syukur-syukur kalau ada yang mengumpat ‘Ancur nih orang’!” kata Mice.
Mice mengaku, selama pembuatan kartun Benny & Mice, ia dan Benny tidak pernah menemui konflik berarti. Selama itu pula, keduanya juga tidak membuat batasan yang baku dalam hal pembagian tugas. Semuanya dibagi-bagi, baik itu cerita, ide, maupun gambar. Boleh jadi itu karena mereka memang sudah lama berkolaborasi bersama, atau mungkin juga karena mereka memang satu selera.
Dalam menggarap satu tema, Mice mengaku tak perlu menggelar rapat khusus dengan Benny. “Ide sering muncul tak sengaja. Misalnya, saat jalan-jalan di mal, semua remaja perempuan memakai baju berfungsi ganda, untuk gaya dan menutupi seragam sekolah. Setelah ngobrol dengan teman, baju cardigan itu memang lagi tren,” ujar Mice. Maka, Benny & Mice pun ngerjain para pencinta cardigan. Melihat para remaja mengenakan cardigan, Mice bukannya bersemangat melirik, tetapi justru menangis. “Lho kok nangis?” tanya Benny kartun. “Jadi inget Nenek di kampung,” jawab Mice.
Ide kebetulan juga terjadi saat menggarap tema iklan salah satu provider HP yang menggunakan model Dian Sastro. “Saya boncengan (motor) sama Benny, sering melihat baliho besar yang menampilkan Dian Sastro,” begitu Mice bercerita sambil senyum-senyum. Maka, keluarlah edisi Benny & Mice yang menceritakan keinginan terpendam Mice bertemu sang idola. Dengan grogi, Mice kartun mengutarakan maksudnya, “Hmm boleh minta tanda tangannya?” kata Mice berbicara dengan baliho bergambar Dian. Usut punya usut, Mice pada kehidupan nyata memang mengidolakan bintang film Ada Apa Dengan Cinta? itu. Para penikmat Benny & Mice mengendus hal ini sejak lama, karena pada beberapa edisi mulai 2003, Mice berkali-kali menyebut Dian Sastro.
Namun, mulai Juli 2010, kolaborasi antara keduanya harus berakhir. Mice hanya menggambar sendirian di koran Kompas dengan kartunnya yang berjudul Mice Cartoon. Di edisi pertama Mice Cartoon, Mice berada di daerah pegunungan dan akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta. Edisi-edisi selanjutnya dia menceritakan tentang kehidupan keluarganya.
Sebelum menjadi kartunis di Kompas Minggu, Mice sebelumnya pernah tercatat sebagai dosen di jurusan Desain Grafis IKJ, sejak tahun 1994 hingga 1996. Pria yang lebih suka disebut kartunis ketimbang komikus ini mengaku lebih nyaman dengan profesinya sebagai kartunis lepas. Selain dituangkan dalam koran dan buku, keahliannya menggambarnya juga disajikan dalam bentuk desain kaos. eti | muli, red