Aktris Mumpuni Sahabat Tokoh
Rima Melati
[SELEBRITI] Berlatar belakang peragawati, Rima Melati tumbuh dan tenar sebagai aktris berbakat dan penyanyi bersuara merdu. Mantan perokok berat yang berbalik menjadi aktivis antirokok ini termasuk salah satu aktris yang banyak menjalin hubungan dengan para tokoh di Republik ini.
Tidak banyak pemain film senior yang dapat mempertahankan eksistensinya di dunia hiburan hingga puluhan tahun lamanya. Dari segelintir nama, Rima Melati merupakan salah satunya. Rima mulai berkecimpung di dunia seni peran sejak tahun 1960-an. Saat itu, film pertama yang dibintanginya dirilis tahun 1961 dengan judul Notaris Sulami. Sejak awal karirnya, terbilang sudah 40-an judul film yang dibintanginya. Film terakhir yang dibintangi Rima berjudul Satu Jam Saja yang diproduksi tahun 2010.
Dari film-film yang pernah diperankannya, beberapa di antaranya membuahkan penghargaan bergengsi. Film berjudul Intan Berduri misalnya, sukses mengantarkan Rima sebagai penerima Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik. Selain itu, namanya juga pernah beberapa kali masuk nominasi penerima penghargaan untuk kategori Pemeran Pembantu Wanita Terbaik pada sejumlah Festival Film Indonesia, seperti dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas Buat Kekasih (1985), Pondok Cinta (1986), Biarkan Bulan Itu (1987), dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat), 1989. Penghargaan terakhir yang dianugerahkan pada perempuan kelahiran Tondano, Sulawesi Utara, 22 Agustus 1939 ini adalah Aktris Pemeran Pembantu Terbaik Festival Film Asia Pasifik ke-50 dalam film Ungu Violet.
Rima sebenarnya bernama asli Marjolien Tambajong atau yang akrab disapa Lientje. Namun mantan Presiden RI, Bung Karno merasa nama itu terlalu kebarat-baratan. Karena itu, sang proklamator itu menyuruh Marjolien Tambajong mengganti nama. Pada periode tahun 60-an, Bung Karno memang dikenal gemar mengganti nama orang yang dianggapnya terlalu berbau asing.
Rima yang saat itu masih menggunakan nama Marjolien sedang mengandung anak keduanya. Diilhami tokoh ‘Rima The Bad Girl’ dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn, maka dalam batin Rima, jika anak dalam kandungannya itu kelak seorang perempuan, maka ia akan memberinya nama ‘Rima’. Namun sayang, bayinya itu meninggal sebelum dilahirkan. Karena merasa terpukul, ia kemudian menceritakan nasib malangnya itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama ‘Rima’ yang kemudian dikombinasikan dengan Melati. Sejak saat itu, nama Marjolien Tambajong hilang dan berganti dengan Rima Melati.
Selain dengan bung Karno, Rima diketahui banyak mengenal tokoh-tokoh besar di republik ini. Ia juga misalnya kenal dan dikenal oleh mantan Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Perkenalannya dengan Gus Dur, karena tokoh tersebut adalah teman satu kelas Rima Melati di SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS).
Selain dikenal sebagai aktris yang piawai berakting, Rima juga memiliki kemampuan olah vokal yang cukup mumpuni. Bakatnya itu disalurkannya saat ia tergabung dalam grup vokal wanita yang menamakan dirinya Baby Dolls. Grup yang tenar di tahun 60-an itu terdiri dari Rima Melati, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
Tidak banyak pemain film senior yang dapat mempertahankan eksistensinya di dunia hiburan hingga puluhan tahun lamanya. Dari segelintir nama, Rima Melati merupakan salah satunya. Rima mulai berkecimpung di dunia seni peran sejak tahun 1960-an. Saat itu, film pertama yang dibintanginya dirilis tahun 1961 dengan judul Notaris Sulami. Sejak awal karirnya, terbilang sudah 40-an judul film yang dibintanginya. Film terakhir yang dibintangi Rima berjudul Satu Jam Saja yang diproduksi tahun 2010.
Rima yang juga pernah berprofesi sebagai peragawati ini menikah dengan aktor Frans Tumbuan pada 23 Desember 1973. Di usia yang sudah tak lagi muda, kedua sejoli itu masih dapat mempertahankan biduk rumah tangganya hingga saat ini. Di beberapa kesempatan, tak jarang mereka mengumbar kemesraan. Boleh dibilang, dimana ada Rima di situ ada Frans. Pasangan Rima dan Frans pantas dijadikan teladan bagi para selebriti muda pada khususnya yang rentan kawin-cerai. Bagi Rima dan suami, saling memahami, melengkapi dan menjaga komunikasi agar tetap lancar adalah faktor penting yang dapat membuat pernikahan langgeng hingga akhir hayat.
Yang tak kalah penting adalah kesetiaan, setia mendampingi dalam suka dan duka. Itu pula yang terlihat dalam hubungan keduanya. Saat Rima harus menerima kenyataan pahit karena divonis menderita kanker usus sekitar tahun 1989, Frans Tumbuan selalu berada di sisinya. Dengan kesabaran, cinta, dan kasih sayang, ia setia menemani Rima yang kala itu harus menjalani kemoterapi.
Baru tujuh bulan dinyatakan sembuh dari kanker usus, cobaan lagi-lagi menghampiri kehidupan Rima, ia divonis mengidap kanker payudara, penyakit yang menjadi momok bagi kaum perempuan. Malang bagi Rima, penyakit mematikan itu baru terdeteksi di stadium akhir. Meski merasa terpukul, ia tak pernah putus harapan, dengan cinta dari Frans dan berserah diri sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa, Rima berhasil sembuh dan keluar dari keterpurukan. “Benar lho, waktu sakit, saya merasa, kalau tidak ada Frans Tumbuan, saya mungkin tidak bisa apa-apa,” ujarnya.
Tidak hanya lewat kata-kata, rasa cinta Frans kepada sang istri juga diwujudkan melalui perbuatan. Meski hanya perbuatan kecil seperti menyisir rambut yang rontok akibat kemoterapi dan membacakan buku, itu sangat berarti. Banyak orang menyerah ketika orang yang dicintainya divonis kanker. Untung itu tidak terjadi pada Frans, ia selalu menemani saya,” papar Rima seperti dikutip dari situs kompas.com.
Diterpa cobaan yang bertubi-tubi, pada akhirnya memberikan hikmah tersendiri dalam diri Rima. Ia menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan. Sejak dinyatakan sembuh, Rima mulai menerapkan pola hidup sehat dengan rajin mengonsumsi buah dan sayur, serta berhenti merokok sejak 1989. Menurut dokter yang mendiagnosis penyakitnya, kanker usus dan kanker payudara itu bisa menggerogoti tubuh Rima karena kerak tar dan nikotin dari rokok yang telah menumpuk. Rima memang perokok berat, sejak usia 16 tahun ia sudah gemar merokok. Menurut pengakuan ibunda Aditya Tumbuan itu, kebiasaan buruk tersebut disebabkan karena faktor lingkungan dan tontonan.
Kini Rima ingin membagikan kisahnya tentang bahaya rokok. Ia pun aktif di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT). Karena usahanya yang tak kenal lelah mengampanyekan antirokok, organisasi kesehatan dunia, WHO memberikannya penghargaan ‘Award No Tobaco Day’. Menurut Kepala Perwakilan WHO di Indonesia, George Petterson, Rima terpilih sebagai satu-satunya orang Indonesia dari 10 warga dunia yang pada tahun 2006 mendapat piala penghargaan dari WHO.
Di samping membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok, ia juga ikut mengampanyekan bahaya kanker. Sebagai mantan penderita kanker, ia memberikan dorongan pada semua pihak agar menjalani hidup lebih sehat, termasuk dengan menjauhi rokok.
Rima yang bergabung dalam Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ini aktif terjun dalam kampanye kesehatan sebagai bagian dari bentuk syukur terbebas dari kanker payudara yang pernah dideritanya. Sebagai mantan penderita kanker payudara, kepada para wanita ia menyarankan jika menyadari ada benjolan di payudara agar segera memeriksakan diri.
Dalam menjalani gaya hidup sehat, aktris senior ini memberikan saran, agar kalau makan itu harus makanan sehat. Kalau ada asap rokok atau polusi kendaraan agar dihindari. Kalau lihat makanan yang ada santannya agar hati-hati memakannya. Dan jangan memakan makanan yang ada lemaknya. eti | muli, red