Kenal Musik Sejak Kecil

[ Trie Utami ]
 
0
915
Trie utami
Trie utami | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Sebelum terkenal, penyanyi sekaligus pencipta lagu ini sering mengikuti berbagai macam festival lagu dan wara-wiri di layar kaca TVRI. Karir profesional sebagai penyanyi baru dimulai saat ia bergabung dengan band jazz legendaris, Krakatau. Ia juga sering berkolaborasi dengan sederet musisi dan penyanyi mulai dari Deddy Dhukun–Dian Pramana Poetra (2D), Yopie Latul, dan Utha Likumahua.

Penyanyi mungil kelahiran Bandung, 8 Januari 1968 ini terlahir dengan nama Tri Utami Sari dari pasangan Soedjono Atmotenojo dan Soerjani Oesoep. Ayahnya berprofesi sebagai perwira TNI Angkatan Darat dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Di mata Tri, kedua orangtuanya memberi kesan mendalam dalam kehidupannya. Sang ayah yang berasal dari kalangan militer sangat menekankan pentingnya kedisiplinan, sementara ibunya penuh kasih dan kehangatan.

Selain itu, masih lekat dalam ingatan Iie, sapaan akrab Tri Utami, soal kegemaran kedua orangtuanya mendengarkan musik dan berdansa. Hampir setiap hari dari rumah mereka terdengar lantunan merdu lagu klasik yang diputar lewat piringan hitam milik musisi ternama di masa itu seperti Pat Bone, Glen Muller, dan Perry Como.

Boleh dibilang, sejak kecil Iie sudah diperkenalkan pada musik. Di usia empat tahun, bungsu dari tiga bersaudara ini diikutkan les piano bersama dua kakaknya, Thea Ika Ratna dan Purwatjaraka yang kini dikenal sebagai komponis andal. Sekitar 14 tahun lamanya, Iie mendalami seni bermain piano. Agar permainannya kian matang, Iie tak hanya menimba ilmu pada satu orang guru. Selain belajar dari Alfons Becalel, seorang pria asal Hongaria, Iie juga belajar piano dari Rhinno dan Linda dari YPPM (Yayasan Pusat Pendidikan Musik) Bandung.

Meski tidak belajar vokal secara khusus, diam-diam Iie juga pintar menyanyi. Karena kemampuan menyanyi dan main piano, pihak sekolah mempercayai Iie untuk memimpin drum band sekolah sebagai mayoret.

Iie tampil di layar kaca untuk pertama kalinya di tahun 1977. Kala itu ia dan Bu Mul tampil dalam acara Ayo Menyanyi yang tayang di TVRI. Acara tersebut merupakan semacam kompetisi menyanyi yang diikuti anak-anak usia SD dan disiarkan langsung di televisi. Beberapa tahun kemudian Iie mengikuti lomba menyanyi lagu-lagu perjuangan di Bandung dan berhasil meraih juara kedua.

Saat SMA, Iie terus mengasah kemampuan bermusiknya. Ia belajar bermain keyboard, saksofon, dan berlatih membuat aransemen lagu di kelompok drum band GWDC (Genta Winaya Drum Corps) Bandung.

Setelah lulus SMA, Iie berkeinginan untuk melanjutkan sekolah musik di Amerika Serikat. Sebagai anak seorang tentara berpangkat menengah dan berpenghasilan pas-pasan, tentunya keinginan itu mustahil untuk diwujudkan. Meski begitu, orangtuanya terutama sang ayah memang amat mendorong anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Seperti dua kakak Iie yang lain, Purwa yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Thea yang jebolan Universitas Padjajaran.

Sadar orang tuanya tidak mampu, sedangkan ia hanya mau meneruskan pendidikan musiknya di Negeri Paman Sam, Iie akhirnya memilih untuk tetap melakukan kegiatannya semasa SMA yaitu menjadi penyiar di Radio OZ 103 FM di Bandung, menjadi lead vocal band Kahitna, dan terus berlatih musik.

Pada tahun 1986, bersama band Krakatau, Iie membuat rekaman pertamanya. Namun, namanya mulai dikenal publik setahun kemudian setelah ia berhasil mengantar lagu Keraguan karya Edwin Saladin dan Adelansyah, sebagai pemenang Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Bahkan, albumnya itu berhasil meraih meraih BSAF Award sebagai album terlaris 1987.

Advertisement

Namanya benar-benar mulai melambung saat Iie berhasil menjuarai Festival Penyanyi Lagu Populer Indonesia tahun 1989 dan sebagai runner up dalam ABU (Asia Pasific Broadcasting Union) Golden Kite World Song Festival di Kuala Lumpur, sebagai Best Performer on TV, dan BASF Award Winner.

Pada 1991, Iie meraih Grand Prix Winner di ajang The Golden Stag International Singing Contest di Brasov, Rumania. Ia juga dinobatkan sebagai pemenang dalam ABU International Anthem di Bangkok (2000), serta terpilih sebagai Penyanyi Jazz Wanita Terbaik versi News Music. Pada tahun 2004, sebagai pencipta lagu, ia pun pernah terpilih sebagai komposer terbaik untuk lagu anak-anak versi AMI (Anugerah Musik Indonesia).

Sejumlah lagunya juga sempat menjadi hit, antara lain Kau Datang, Untuk Ayah dan Ibu yang merupakan ciptaannya sendiri, serta Nurlela 1 dan Nurlela 2. Lagu terakhir yang disebutkan, dinyanyikan Iie bersama tiga vokalis wanita lainnya yakni Vina Panduwinata, Atiek CB, dan Malida, yang tergabung dalam kelompok Rumpies. Pada saat itu, tahun 1988, Rumpies sempat melejit dan sering diundang manggung ke berbagai daerah.

Selama karirnya sebagai penyanyi, Iie juga pernah mengisi soundtrack sejumlah film, antara lain Elegi Buat Nana, Perisai Kasih Yang Terkoyak, dan Kembang Ilalang.

Pada tahun 1986, bersama band Krakatau, Iie membuat rekaman pertamanya. Namanya mulai dikenal publik setahun kemudian setelah ia berhasil mengantar lagu Keraguan karya Edwin Saladin dan Adelansyah, sebagai pemenang Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Bahkan, albumnya itu berhasil meraih meraih BSAF Award sebagai album terlaris 1987.

Pada tahun 1991, Iie menikah dengan seorang musisi bernama Viva Permadi atau yang akrab dipanggil Wiwie GV. Sayangnya, pernikahan tersebut hanya bertahan selama satu tahun dan Iie menyandang status janda untuk pertama kalinya pada tahun 1992.

Tiga tahun kemudian Iie kembali menemukan jodohnya. Kali ini ia dipersunting Andi Analta Baso Amir, putra dari Andi Baso Amir, seorang tokoh masyarakat Sulawesi Selatan. Setelah enam bulan saling mengenal, nyaris tanpa pacaran, keduanya pun menikah pada 23 November 1995.

Namun sayang, lagi-lagi Iie harus mengalami kegagalan dalam membina rumah tangganya. Di tahun ke-10, Iie dan Andi tak lagi berstatus sebagai suami istri. Sebelumnya, Iie selalu memimpikan perkawinan yang rukun dan saling setia, seperti perkawinan kedua orang tuanya. Namun, tanpa diduganya sama sekali, tahu-tahu suaminya menikah lagi. Yang lebih memukul hatinya, ia sama sekali tidak mengetahui hal itu.

Karena antipoligami, tak ada jalan lain, Iie pun minta cerai. “Kalau saya dimadu, ibaratnya saya harus mendorong sendirian truk tronton yang mogok. Saya tidak berani mencoba-coba karena saya tahu betul kemampuan saya. Karena itu, saya memilih mundur,” ia menambahkan. Tak lama setelah bercerai, Iie menanggalkan jilbab yang mulai dikenakannya sejak tahun 1998.

Namun, bukan Iie namanya kalau ia kemudian berlarut-larut dalam kesedihan, sakit hati, dan penyesalan. Ia terlalu tangguh untuk diruntuhkan. “Apa pun yang pernah terjadi dalam hidup saya, saya tidak pernah menyesalinya. Bagi saya, menyesal sama dengan meratapi. Saya lebih suka menarik hikmah yang terjadi di balik semua ini,” ujar Iie. eti | muli, red

Data Singkat
Trie utami, Penyanyi, Penulis / Kenal Musik Sejak Kecil | Selebriti | Pencipta Lagu, Penyanyi, jazz

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here