Terlanjur Dikenal Sebagai Pedangdut
Nini Carlina
[SELEBRITI] Namanya melejit setelah meluncurkan album perdana dengan lagu berjudul Gantengnya Pacarku pada tahun 1992. Selain menyanyi, duta buruh migran Indonesia 2006 ini juga aktif berkecimpung dalam kegiatan sosial terutama yang berkaitan dengan kaum perempuan.
Nini Carlina lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 12 Juli 1976. Ia mengawali karirnya sebagai penyanyi dari panggung ke panggung yang digelar di sejumlah acara. Nini mulai berkiprah sebagai penyanyi profesional ketika masih duduk di bangku SMA kelas dua tepatnya tahun 1992. Ditandai dengan peluncuran album perdananya, Gantengnya Pacarku.
Lagu berjudul sama dari album itu langsung mengorbitkan namanya di blantika musik dangdut Tanah Air. Meski liriknya sederhana bahkan terkesan nyeleneh, lagu ciptaan Jeffry Bule itu meledak di pasaran. Lagu berirama disko remix itu juga berhasil mengantarkannya meraih penghargaan BASF sekaligus membawanya jalan-jalan keliling Eropa.
Tak dinyana, setelah meluncurkan album debutnya itu, karir Nini malah meredup. Namanya baru terdengar lagi setelah berduet dengan Doel Sumbang dalam lagu “Kalau Bulan Bisa Ngomong”. Dari situ barulah mulai bermunculan album-album Nini berikutnya seperti Tak Main-Main yang merupakan album duet keduanya dengan Doel Sumbang, Harap Maklum (2000), Bulan Andung-Andung (1997), Panah Asmara (2002), dan The Best (2008).
Setelah tiga tahun tidak mengeluarkan album, di tahun 2011 Nini mengungkapkan keinginannya untuk kembali berkarya. Ia mengaku sedang mengadakan pendekatan ke sebuah perusahaan rekaman untuk merilis dua single terbarunya. Di album kedelapannya ini, Nini berniat menyuguhkan warna yang berbeda dan gairah yang baru, tentunya semua dimaksudkan demi kepuasan para penggemarnya.
“Sebetulnya aku lebih ke menjawab tantangan teman-teman dan penggemar-penggemarku di level yang berbeda serta para penggemarku di dangdut. Jadi, ketika aku enggak aktif di industri (musik) tetapi aktif di luar industri, di situlah terbentuk komunitas yang baru. Mereka bilang supaya aku bikin album yang baru tetapi bukan dangdut,” ceritanya. Dari situ aku merasa tertantang,” ucap perempuan yang menyandang status janda sejak 6 Juni 2005 ini seperti dikutip dari situs kompas. com.
Untuk memenuhi tantangan tersebut, mantan istri Dodik Sudjatmiko ini menggandeng Doel Sumbang, untuk kembali berduet dengannya. Di mata Nini, Doel lebih dari sekadar seorang musisi. Pria berdarah Sunda itu menurut Nini adalah guru, penasihat, dan motivator terbaik bagi dirinya. Doel juga paling mengerti akan apa yang ia butuhkan untuk memenuhi selera pasar dewasa ini.
Dengan bantuan Kang Doel, demikian ia biasa menyapa Doel Sumbang, Nini mengaku bahwa akhirnya ia berhasil menemukan materi yang benar-benar berbeda. “Pokoknya, aku berusaha menampilkan kekinian. Aku mau mengikuti taste konsumen saat ini. Ternyata keinginanku itu diterjemahkan oleh Kang Doel,” tutur ibu dari seorang bocah laki-laki bernama Beryl Cholif Arrahman ini.
Namun, alumni SMA Negeri 78 Kemanggisan Jakarta ini belum mau membeberkan seperti apa kekinian pada lagu-lagu barunya. Ia hanya memberi sedikit bocoran, “Kali ini lebih ke pop.” Selama ini, katanya, album-albumnya bermusik disko remix, pop disko, slow rock, dan disko dangdut. “Aku ingin colorful, jadi enggak monoton,” tuturnya.
Sejak kemunculannya, image Nini sebagai penyanyi dangdut memang sudah terlanjur melekat, padahal ia menolak sebutan yang menganggap dirinya sebagai pedangdut seperti anggapan orang selama ini. Sebab, Nini mengaku mampu menyanyikan segala jenis musik. Mulai dari lagu pop oldies nan romantis, campursari, hingga lagu pop Mandarin yang telah ia pelajari sejak SMP.
Selain menyanyi, Nini juga pernah menjajal dunia seni peran. Akting Nini pernah menghiasi layar kaca dalam sejumlah serial televisi seperti serial komedi Opera Nasi Bungkus (1994), Kembang dan Kumbang (1997), dan acara komedi Ludruk Glamor (SCTV).
Meski demikian, Nini dapat memaklumi kenapa masyarakat menganggapnya sebagai pedangdut. Nini berpendapat, album perdananya yang bertitel Gantengnya Pacarku yang mengusung irama disco remix di Indonesia tidak masuk genre musik mana pun hingga kemudian dimasukkan ke dalam musik dangdut. Sejak itu, jadilah Nini menyandang predikat sebagai penyanyi dangdut. “Saya terlahir bukan sebagai penyanyi dangdut sebetulnya. Saya sebenarnya berkecimpung di dunia pop. Namun, perjalanan karier dan industrilah yang mencetak saya secara tidak sengaja dan akhirnya saya ditaruh di dangdut,” ujarnya.
Selain menyanyi, Nini juga pernah menjajal dunia seni peran. Akting Nini pernah menghiasi layar kaca dalam sejumlah serial televisi seperti serial komedi Opera Nasi Bungkus (1994), Kembang dan Kumbang (1997), dan acara komedi Ludruk Glamor (SCTV).
Di sisi lain, dunia hiburan yang lekat dengan kehidupan glamor tak membuat Nini lalai untuk memberi perhatian pada sekelilingnya. Hal itu merupakan komitmennya sejak pertama kali berkecimpung di dunia hiburan. Meski berpredikat sebagai selebriti, ia tak mau mengisi hari-harinya dengan hura-hura dan kesenangan semu semata. Nini juga ingin meringankan beban orang lain. Maka dari itu, ia pun tak segan untuk terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial kemanusiaan.
Seperti pada tahun 2006, ia diangkat sebagai Duta Buruh Migran Indonesia bersama Franky Sahilatua oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Serikat Buruh Migran Indonesia. Sebagai duta, ia sibuk bertandang ke pelbagai daerah guna memberikan informasi tentang seluk-beluk buruh migran. Saat melakukan kunjungan, Nini juga menggelar pertunjukan musik untuk mengumpulkan massa sehingga memudahkan jalannya kampanye. Ia tak lupa memberikan sedikit tips bagi para calon buruh, misalnya menyimpan fotokopi kartu identitas ketika berada di luar negeri. Ini penting, karena identitas asli buruh migran dipegang majikan.
Nini juga menyarankan agar para buruh migran mengantongi nomor telepon agen, konsulat Indonesia, dan serikat buruh migran agar dapat segera minta pertolongan jika terjadi tindak kekerasan.
Ketertarikan Nini pada buruh migran berawal dari perbincangannya dengan mereka di sebuah shelter di Korea Selatan, Mei 2006. Ia kagum pada relawan buruh migran negara itu yang sangat peduli pada tenaga kerja Indonesia. “Lha, wong orang asing saja peduli, kenapa sebagai warga Indonesia kita tidak melakukannya,” ujar Nini dengan logat Jawanya yang khas seperti dilansir situs Gatra.com.
Selain itu, sejak tahun 2005, Nini juga tercatat sebagai anggota humas di Yayasan Gerai Merah Putih, yang bergerak di bidang perlindungan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dan pendidikan bagi anak-anak tak mampu. Meski menjabat sebagai anggota humas, bukan berarti Nini tak berhubungan langsung dengan ibu-ibu korban KDRT dan anak-anak jalanan. Ia pasti terlibat setiap kali yayasan itu menggelar event, seperti pemeriksaan gigi dan pendampingan psikologi.
Pilihan Nini mengabdikan diri di bidang kemanusiaan terinspirasi pepatah gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. “Aku enggak mau orang hanya mengenalku sebagai artis. Harus ada plus-plus yang lain,” tuturnya seperti dikutip dari situs kompas.com. eti | muli, red