
[SELEBRITI] Nama bintang iklan dua produsen shampoo ternama ini mencuat setelah membintangi sejumlah sinetron. Tidak berhenti sampai di situ, ia juga menjajal kemampuannya dalam mencipta lagu, menyanyi, menulis skenario dan menulis cerpen.
Gadis manis berlesung pipi kelahiran Jakarta, 23 Maret 1985 ini sebelum terjun ke dunia hiburan terlebih dulu mengikuti ajang pemilihan model GADIS Sampul di tahun 2001. Di ajang yang telah menelurkan sejumlah nama-nama besar di industri dunia hiburan itu, Intan berhasil keluar sebagai runner up.
Alumni SMU Negeri 6 Bulungan Jakarta Selatan ini kemudian memasuki dunia hiburan lewat jalur sinetron yang belakangan mengorbitkan namanya. Tak kurang belasan judul sinetron telah dibintanginya, diantaranya Gembel Naik Kelas, Adam dan Hawa, Bukan Cinderella, Putri Cahaya, dan Legenda Ular Putih. Intan juga pernah terlibat dalam beberapa sinetron bertema reliji seperti Maha Kasih, Sakaratul Maut, dan Surga-Mu. Penampilannya yang lugu membuat Intan selalu kebagian peran protagonis, gadis yang tertindas dalam beberapa judul sinetron.
Selain dikaruniai wajah cantik, mantan kekasih aktor Syahrul Gunawan ini juga memiliki rambut hitam panjang yang indah. Kelebihan lahiriah itu yang kemudian membuatnya didaulat menjadi bintang iklan dua produsen shampoo ternama, Sunsilk dan Emeron.
Kesuksesan karirnya di dunia hiburan tak lantas membuatnya melupakan pentingnya pendidikan formal. Maka di sela-sela padatnya jadwal syuting sinetron, ia membagi waktunya untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia.
Latar belakang pendidikannya itu kemudian membawa Intan pada profesi barunya yakni sebagai pencipta lagu sekaligus penyanyi. Ia pandai meramu kata-kata indah menjadi sebuah syair yang kemudian dinyanyikannya sendiri. Meski awalnya mengaku tak percaya diri, namun dengan niat yang sudah bulat, Intan akhirnya berhasil merilis album solo perdananya yang diberi titel Penguasa Lelaki di tahun 2007.
Intan tak memungkiri adanya anggapan sejumlah kalangan yang menilainya hanya memanfaatkan popularitas atau bahkan hanya mengekor pesinetron lain yang telah terlebih dahulu merambah dunia tarik suara. Namun dengan kemampuannya, Intan berhasil mematahkan anggapan miring tersebut. Berbeda dengan para pesaingnya yang kebanyakan membawakan lagu ciptaan musisi lain, Intan berani tampil beda dengan menyanyikan karyanya sendiri selain beberapa karya orang lain. Intan juga mengaku lebih nyaman menyanyikan lagu ciptaannya sendiri ketimbang milik orang lain. Pasalnya, dengan begitu ia lebih tahu betul cerita di balik lagu tersebut sehingga bisa lebih menghayati saat membawakannya di atas panggung.
Sambutan yang diberikan masyarakat terhadap lagu-lagu ciptaannya pun terbilang cukup hangat. Lagu-lagu berjudul Penguasa Lelaki, Aduh, dan Gubrakk banyak digandrungi para penikmat musik. Meski demikian, ia mengaku belum percaya diri membuat lagu untuk penyanyi lain. Untuk hal yang satu itu, ia mengaku masih pikir-pikir dulu.
Setahun kemudian Intan kembali dengan proyek album solonya yang bertajuk Salut. Jika di album terdahulunya ia menyumbangkan empat lagu karyanya sendiri, di album Salut, produktivitas Intan dalam mencipta semakin meningkat dengan sumbangan enam dari total tujuh lagu yang dimuat.
Meski terhitung masih anak kemarin sore, kemampuan Intan dalam mengarang lagu boleh dibilang di atas rata-rata. Buktinya, ia tak butuh waktu lama untuk menulis sebuah lagu. Hanya dalam tempo 10 hingga 15 menit, lagu-lagu bersyair puitis berhasil terlahir dari kreativitasnya. Menurutnya, inspirasi bisa datang kapan saja dan dimana saja. Itulah sebabnya, ia menyiapkan media khusus untuk merekam idenya tersebut. “Kalau dapat inspirasi, aku humming (bersenandung) dan direkam pakai recorder handphone,” ungkap Intan.
Mayoritas lagu ciptaannya diilhami dari kehidupan pribadi dan orang-orang di sekelilingnya. Lagu Aduh misalnya, diciptakannya saat mengalami patah hati karena diselingkuhi mantan pacar. Di dunia tarik suara, Intan mengaku banyak menimba ilmu dari seniornya, Rossa. Pelantun lagu Tegar, yang biasa disapa Intan dengan panggilan Teh Occa itu menjadi sumber inspirasi Intan baik dalam olah vokal, penampilan, maupun kemampuannya dalam teknik penguasaan panggung.
Kesuksesan karirnya di dunia hiburan tak lantas membuatnya melupakan pentingnya pendidikan formal. Maka di sela-sela padatnya jadwal syuting sinetron, ia membagi waktunya untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia.
Di sisi lain, Intan juga dikenal sebagai sosok yang gemar menuangkan imajinasinya dalam bentuk tulisan. Menulis diakuinya merupakan hobinya sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu ia kerap menulis artikel untuk majalah dinding di sekolahnya. Selain itu, ia juga aktif menuliskan berbagai kejadian menarik yang dialaminya dalam sebuah buku harian.
Beranjak remaja, ia mengasah kemampuan menulisnya dengan membuat cerpen. Tetapi untuk mempublikasikannya sekalipun hanya di majalah remaja, ia mengaku belum cukup bernyali. Hasil goresan penanya kala itu hanya dinikmati kalangan terbatas yakni orang-orang terdekatnya. Karena tidak tertata dengan baik, banyak cerpen hasil karya Intan yang hilang. Beberapa yang masih tersisa kini disimpan dengan rapi di laci meja kerjanya. Salah satunya bahkan sempat dimuat dalam buku kumpulan cerpen yang diterbitkan kampusnya. “Judulnya Mae, ceritanya tentang seorang gadis yang bekerja di salon,” ucap Intan seperti dikutip dari harian Indopos edisi 7 Agustus 2009.
Aktivitas menulisnya sempat terhenti saat ia mulai terjun di dunia hiburan. Kesibukan syuting sinetron dan film televisi (FTV) membuatnya tak punya cukup waktu mencari ide tulisan. Hobi menulis baru berlanjut di tahun 2007 saat ia menjajal peruntungannya di bidang tarik suara. Selain syair lagu, putri pasangan Roehman dan Nurhayati ini juga menulis cerita pendek juga skenario film bergenre komedi romantis.
Awalnya Intan mengaku ragu saat disodorkan tawaran untuk menulis skenario film, namun ia berubah pikiran saat diyakinkan teman-teman dan keluarganya. Perasaan grogi dan deg-deg tak dapat dipungkiri sempat melanda dirinya. Pasalnya, ia yang biasanya berakting memainkan skenario, kini justru berperan sebagai penulis skenarionya.
Untunglah, tawaran skenario film sama dengan bidang yang dijalaninya saat ini yakni akting dan menyanyi. Meski mengantongi bekal Ilmu Bahasa dan Sastra saat kuliah, tentu Intan tak menganggap kesempatan ini sebagai aji mumpung. Karena ia punya bakat dan minat yang besar dalam menulis skenario.
Selain itu, banyak hal baru yang dipelajari dari menulis skenario. Bagi Intan, menulis skenario jelas berbeda dengan menulis puisi, sajak ataupun cerpen. Menulis skenario film juga tidak segampang yang dipikirkan. “Karena dari satu adegan ke adegan lain gimana caranya kita bikin konflik yang menarik, jadi ya sekarang aku sama Mbak Tisa TS, berjuang lagi bikin cerita yang bagus. Doain ya,” pinta Intan menutup pembicaraannya seperti dilansir situs hiburan cumicumi.com.
Tak puas hanya mencoba peruntungannya sebagai penulis skenario, Intan rupanya berhasrat untuk menjadi seorang novelis yang banyak mengangkat isu-isu tentang perempuan. Jika suatu saat cita-citanya itu berhasil terwujud, ia berniat menghasilkan tulisan yang menginspirasi pembacanya. Paling tidak tulisan karya Intan bisa menggugah kesadaran mereka untuk berbuat sesuatu.
Untuk memuluskan keinginannya itu, ia rajin membaca novel baik karya penulis lokal seperti Andrea Hirata dan Djenar Maesa Ayu, maupun penulis mancanegara. Dalam satu pekan paling tidak ia berburu bahan bacaan hingga tiga sampai empat kali.
Pada tahun 2011, Intan kembali ke dunia akting setelah di tahun 2008 lalu ia tampil dalam film layar lebar berjudul Liar. Kali ini ia bermain dalam film bertajuk Baik-Baik Sayang. Dalam film musikal yang terinspirasi dari perjalanan hidup para personil Wali Band ini, Intan berperan sebagai kekasih Fa’ank, vokalis Wali yang hubungan asmaranya mendapat tentangan dari orangtua.
Menurut Intan, jika hal itu terjadi dalam kehidupan nyatanya, ia lebih memilih untuk mundur dan mematuhi nasihat orangtua. Dengan keyakinan bahwa semua orangtua di dunia ini pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Begitu pula dengan orangtua Intan, maka sebelum memutuskan untuk melabuhkan hatinya pada seorang pria, ia harus mengenalkannya pada kedua orangtuanya. “Orang tuaku mau pria yang seiman, sholeh, akhlaknya bagus, berpendidikan, bertanggung jawab,” ungkapnya. Sayangnya, menurut Intan, pasca putus dari Syahrul Gunawan, belum ada pria yang memenuhi semua kriteria tersebut. eti | muli, red