Suka Ceplas Ceplos
Ria Irawan
[SELEBRITI] Berkat perannya sebagai Renjani dalam film berjudul Biola Tak Berdawai, ia dinobatkan sebagai The Best Actress dalam ajang Festival Film Asia Pasific di Iran pada 2003. Selanjutnya, peraih Piala Citra 1988 yang suka bicara ceplas-ceplos ini, menunjukkan kebolehannya berakting dalam film Belahan Jiwa, Berbagi Suami, Quickie Express, May, Cinlok, Cinta Setaman, Ai Lop Yu Pul, dan Madame X.
Ria Irawan lahir di Jakarta 24 Juli 1969 dari pasangan Bambang Irawan dan Ade Irawan. Kedua orangtuanya adalah seniman film yang sedang naik daun. Saat Ria lahir, sang ayah tengah populer sebagai aktor papan atas dan sukses menjalankan bisnis filmnya. Sedangkan sang ibu, Ade Irawan, sedang menanjak sebagai aktris pendatang baru. Kenyataan itu tentu saja membuat kelahiran Ria menjadi sorotan banyak orang. Sebagai anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan perfilman sejak kecil, Ria sudah akrab dengan dunia film. Tidaklah mengherankan jika akhirnya bungsu dari lima bersaudara ini mengikuti jejak orangtuanya menekuni dunia seni peran.
Di usia empat tahun, Ria sudah merengek pada sang ayah untuk ikut syuting film. Melihat keinginan putrinya yang menggebu-gebu akhirnya sang ayah mencarikan peran untuk Ria. Kebetulan ada film berjudul Supir Taksi yang diperankan Bambang Hermanto dan Dien Novita. Film itu memerlukan adegan latar untuk beberapa detik, yaitu adegan seorang anak sedang bermain ayunan. Jadilah Ria yang memerankan adegan ‘tak kentara’ itu. Begitu kecil perannya, tapi ia sampai berjingkrak-jingkrak ketika film itu diputar.
Merasa telah punya pengalaman, hasratnya bermain film makin menggebu-gebu. Ia meminta peran dengan dialog dan mengatakan pada ayahnya bahwa ia sendiri yang mengisi suara. Soalnya saat itu, suara pemain film lazim digantikan orang lain.
Lagi-lagi, ia mendapatkan peran itu. Dalam film berjudul Belas Kasih, ia mendapatkan sedikit dialog. Karena khawatir anaknya tidak bisa bekerja profesional, sang ibu ikut menemani Ria melakukan dubbing. Benar saja. Ria ternyata belum punya kemampuan mengisi suara secara refleks. Jadilah Ade berdiri persis di belakang Ria. “Setiap kali gilirannya mengisi suara, saya buru-buru menjawil lengannya,” kata Ade mengenang.
Pada tahun 1975, Ria kembali bermain dalam film Fajar Menyingsing bersama Erwin Gutawa. Setahun kemudian ia beradu akting dengan bintang cilik yang saat itu tengah naik daun, Chica Koeswoyo dalam film Chicha. Semenjak itu, Ria terus kebanjiran tawaran berakting. Sedikitnya 30-an judul film telah dibintanginya dimana beberapa diantaranya membuahkan penghargaan.
Dari film, Ria kemudian merambah dunia tarik suara. Kesempatan rekaman datang untuk membuat album keroyokan bersama kelompok yang diberi nama Japras, yang terdiri dari Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati. Album ini meledak dan laris di pasaran. Ria juga pernah membentuk trio bersama Nurul Arifin dan Ita Mustafa.
Seperti film Kembang Kertas produksi tahun 1984. Dalam film itu, Ria kebagian peran sebagai seorang gadis nakal. Berkat aktingnya, nama Ria berhasil masuk sebagai nominator Aktris Pembantu Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1985. Dua tahun berselang, ia akhirnya berhasil menyabet Piala Citra pertamanya sebagai Aktris Pembantu Terbaik FFI 1988 lewat film yang dibintangi Mathias Muchus dan Meriam Bellina, Selamat Tinggal, Jeanette.
Dari film, Ria kemudian merambah dunia tarik suara. Kesempatan rekaman datang untuk membuat album keroyokan bersama kelompok yang diberi nama Japras, yang terdiri dari Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati. Album ini meledak dan laris di pasaran. Ria juga pernah membentuk trio bersama Nurul Arifin dan Ita Mustafa.
Ria juga merekam dua album dangdut bersama Rano Karno yang masing-masing berjudul Hiasan Mimpi dan Sorga Dunia. Serta dua album pop Setangkai Anggrek Bulan dan Di Antara Hatiku Hatimu.
Tak cukup hanya menjadi penyanyi, Ria kemudian memproduseri albumnya yang berjudul Untuk Kamu bekerja sama dengan Deddy Dhukun. Sepanjang karirnya sebagai penyanyi, ia tercatat pernah berduet dengan penyanyi asal Malaysia bernama Mellisa.
Predikat sebagai aktris sekaligus penyanyi rupanya belum cukup. Ia pun menjajal peruntungannya sebagai fotografer dan sutradara videoklip beberapa penyanyi salah satunya Anggun C. Sasmi. Sementara di bidang fotografi, Ria banyak menimba ilmu dari fotografer andal yakni Ken Sanjaya dan Drigo L. Tobing.
Pada pertengahan tahun 1990, nama Ria menjadi topik hangat sejumlah media setelah seorang pemuda bernama Rivaldi Sukarno ditemukan meninggal akibat overdosis di rumahnya. Akibat kasus ini, karirnya sempat hancur karena pembatalan kontrak iklan dan sinetron yang telah ditekennya. Ria bahkan harus ‘mengasingkan’ diri ke Milan, Italia.
Di kota itu, Ria tinggal bersama kakaknya, Dewi dan suaminya. Selama merantau, Ria menyibukkan diri dengan mengambil kuliah desain grafis. Meski tengah mengasingkan diri, Ria beberapa kali mudik ke Indonesia, bahkan sempat membintangi film Kuldesak.
Pada tahun 1996, Ria sempat memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Namun niat itu berubah kala transit di Singapura. Ria pun memutuskan tinggal sementara di sana. “Itu periode penting dalam hidup saya. Ada keinginan hebat untuk menjadi diri sendiri, tapi tidak di negara saya. Singapura jadi pilihan. Malaysia pun saya suka. Pokoknya, tidak ke Indonesia dulu,” ujar keponakan bintang film legendaris tahun 1950-an, Nurnaningsih ini. Enam bulan kemudian, Ria baru benar-benar kembali ke Indonesia.
Meski sempat menghilang dan namanya dikaitkan dengan kasus kriminal, nama Ria rupanya masih memiliki daya jual yang tinggi di dunia hiburan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tawaran syuting dan wawancara serta pemotretan.
Berhubung saat itu dunia perfilman nasional tengah mati suri, Ria lebih banyak berakting dalam sejumlah judul sinetron, antara lain, Cintailah Daku, Debu Tertiup Angin, Melompati Angin, Bidadari yang Terluka, dan Canting.
Belum lama kembali menetap di Indonesia, Ria membuat berita lagi. Kali ini mengenai kabar pernikahannya dengan seorang pengusaha berstatus duda bernama Yuma yang terjadi pada 5 April 1997. Sayangnya pernikahan Ria dengan pria yang 14 tahun lebih tua darinya itu hanya mampu bertahan selama dua tahun. Kendati berbagai upaya mempertahankan biduk rumah tangga telah mereka tempuh, Ria akhirnya resmi menyandang predikat sebagai janda pada Desember 1999.
Pada tahun 2003, Ria kembali berakting dalam film layar lebar berjudul Biola Tak Berdawai. Di film itu, ia beradu akting dengan aktor muda Nicholas Saputra. Berkat perannya sebagai Renjani, ia dinobatkan sebagai The Best Actress dalam ajang Festival Film Asia Pasific di Iran pada 2003. Selanjutnya Ria kembali menunjukkan kebolehannya berakting dalam film Belahan Jiwa, Berbagi Suami, Quickie Express, May, Cinlok, Cinta Setaman, Ai Lop Yu Pul, dan Madame X.
Dua tahun setelah menorehkan prestasi membanggakan itu persisnya di tahun 2005, Ria kembali membuat heboh setelah kabar penangkapannya di diskotik Crown. Saat itu ia dinyatakan positif memakai narkoba. Namun aparat kepolisian sulit menyeret Ria ke pengadilan karena tidak memiliki cukup alat bukti.
Sejak tahun 2010, Ria disibukkan dengan kegiatan barunya sebagai juri Indonesia’s Got Talent di Indosiar bersama Anjasmara dan Vina Panduwinata. Sebelumnya Ria juga pernah menjadi pengisi acara debat Silat Lidah di ANTV.
Di luar kiprahnya di dunia hiburan, Ria pernah menulis sebuah buku berjudul Low Calorie. Buku itu mengangkat pengalamannya yang dulu sempat menderita kegemukan atau yang biasa dikenal dengan istilah obesitas. Penyakit itu membuat Ria merasa ajalnya sudah dekat. Akhirnya ia memutuskan untuk diet, menjauhi garam dan gula dan menggantinya dengan rempah-rempah yang menurutnya bisa menekan kalori. Dengan begitu, hidupnya kini jauh lebih sehat. eti | muli, red