Suara Ira Duaty
Ira Duaty
[WIKI-TOKOH] Dunia model tak lepas dari kehidupan Ratu Novira Duaty (44) meski sudah tak lagi berlenggak-lenggok di atas panggung. Mantan model yang lebih dikenal dengan nama Ira Duaty ini, kini bisa dijumpai pencinta mode melalui suaranya di atas panggung.
Kamis (20/1/2011) siang, kami bertemu di Hotel Mulia, Jakarta. “Maaf, saya agak terlambat karena harus mengurus pendaftaran sekolah anak,” kata Ira, yang siang itu memadukan gaya etnik dan kasual dalam berpakaian.
Jaket dari tenun ikat karya Stephanus Hamy dipakai Ira dengan jins dan sepatu hak tinggi. Ira memang menyukai gaya etnik modern seperti itu.
Sesaat, Ira pun bercerita kesibukannya mengurus pendaftaran sekolah putri pertamanya, Nadine Sekar Kinari (14), yang pada tahun ajaran baru nanti akan memasuki jenjang sekolah menengah atas (SMA). “Sekolah pada zaman sekarang daftarnya harus jauh-jauh hari ya,” kata Ira yang punya dua putri, yaitu Nadine dan Niobe Shrijani Kinara.
Perbedaan usia antara Nadine dan Niobe yang cukup jauh membuat kehidupan Ira dan suaminya, Iwan Hendarto, seorang fashion music director, makin berwarna. Dalam waktu yang bersamaan, Ira harus menghadapi dua putrinya yang tengah mengalami perkembangan yang berbeda. Si sulung yang sudah remaja dan si bungsu yang masih balita.
“Seru juga menghadapi tingkah laku mereka. Kalau lagi akur, mereka bisa main bareng, kakaknya mendandani adiknya. Mereka juga suka tampil nyanyi-nyanyi di depan saya dan suami saat sedang kumpul bareng di kamar. Pokoknya lucu kalau sedang akur. Tetapi kalau lagi enggak akur, mereka bisa ramai berantem,” tutur Ira.
Kegiatan pergelaran busana yang belum ramai di bulan pertama ini membuat Ira belum begitu sibuk berpindah dari satu panggung ke panggung lain. Ira memang sudah tidak aktif di dunia model. Namun, dia selalu hadir di atas panggung, terutama dalam pergelaran-pergelaran besar. Bahkan, selalu menjadi orang pertama yang menyapa penonton dengan warna suara yang rendah dan intonasi yang enak didengar.
Tak hanya menyapa di pembukaan, Ira juga memberi informasi kepada penonton mengenai berbagai hal tentang acara, seperti tema koleksi baju yang ditampilkan, informasi tentang sepatu, sampai aksesori yang dipakai model. Saat informasi yang disampaikan terkait dengan gambar sebagai latar belakang panggung, misalnya menyebut nama sponsor, Ira harus benar-benar memerhatikan urutan di catatan yang dia pegang dengan tampilan di layar.
Kue kering
Oleh karena itu, model yang namanya populer pada tahun 1990-an ini punya sistem kerja yang dia tentukan sendiri. “Saya selalu minta catatan nama desainer, latar belakang koleksinya, nama sponsor, dan urutan acara yang tepat. Saya juga berusaha untuk hadir saat acara geladi resik supaya bisa menguasai acara yang sebenarnya,” tutur Ira.
Selain itu, Ira juga sebisa mungkin membuat naskah dengan tulisan sendiri. Dengan sistem kerja seperti ini, kadang ia harus bersikap tegas kepada panitia jika tiba-tiba mereka mengubah urutan acara. “Soalnya kalau sudah di panggung, saya tidak mau diganggu,” katanya.
Ira mulai mengenal dunia pembawa acara ketika pada tahun 1996 diminta menjadi presenter dalam sebuah acara tentang ibu dan anak di Indosiar. Karena belum punya modal apa-apa di dunia ini, dia menghubungi pembawa acara yang terkenal di panggung mode, Susanti Pudjo.
Dari Ibu Pudjo, demikian Ira memanggilnya, pengetahuan dasar tentang cara menjadi pembawa acara didapatnya, seperti cara mengucapkan kata-kata dengan tepat (artikulasi), intonasi, dan cara memberi emosi pada kalimat yang dibaca. Teori-teori dasar inilah yang akhirnya menjadi modal Ira memasuki dunia presenter.
Ia mulai menjadi pemandu acara di panggung peragaan busana ketika diminta berduet dengan Indra Safera pada tahun 1999. “Saya banyak belajar dari dia, termasuk bagaimana caranya mengatasi kesalahan,” ujar Ira tentang Indra.
Di tahun yang sama, Ira diperkenalkan dengan istilah voice over oleh koreografer mode, Panca. Memandu peragaan busana dari belakang panggung selama berlangsungnya acara ini pertama kali dilakukan Ira pada peragaan busana karya Sebastian Gunawan.
“Seru juga berada di dunia ini karena bukan hanya suara yang menjadi modal. Saya harus benar-benar mengetahui semua informasi acara supaya bisa menyampaikannya kepada penonton,” ujar Ira yang suka mengunyah potongan kencur untuk menjaga suaranya.
Dunia model sendiri dikenal Ira ketika dia didaftarkan sang ibu, Helena Pasaribu, ke Sekolah Model Titi Qadarsih, seusai lulus SMA. Awalnya, sang ibu mendaftarkan Ira bukan dengan tujuan agar putrinya tersebut menjadi model, melainkan untuk mengetahui seluk-beluk dunia perempuan, seperti tentang etika, dandan, dan membangun kepercayaan diri saat tampil di depan umum.
Namun, dunia model kemudian ditekuni Ira setelah dia menjadi pemenang Wajah Femina tahun 1987. Ira sempat menjalani profesi model sambil kuliah Sastra Perancis di Universitas Indonesia selama tiga tahun, 1988- 1990. “Baru setelah lulus kuliah, saya serius di model,” katanya.
Dunia perempuan, seperti dandan, masak, menjahit baju, diperkenalkan sang ibu sejak dia kecil, hingga tanpa sengaja hal tersebut akhirnya menjadi modal untuk menjalani profesinya.
Sewaktu kecil, Ira juga diajari sang ibu membuat kue kering. “Mama memang pernah bisnis kue kering sebelum sakit. Saya mau meneruskan usaha beliau karena resepnya benar-benar asli resep keluarga. Nanti kalau sudah mulai, dicoba ya kue bikinan saya,” kata Ira.
***
Bermain Drama Musikal
Selain menjadi pembawa acara, pengalaman menjadi model yang dijalani Ira lebih dari 10 tahun telah membawanya berada di dunia lain, yaitu seni peran. Tanggal 23-27 Februari nanti misalnya, Ira akan tampil dalam drama musikal Jakarta Love Riot produksi Eksotika Karmawibhanga Indonesia (EKI) Production yang didirikan Aiko Senosoenoto dan Rusdy Rukmarata.
Di sana, Ira akan berakting sebagai ibu pemilik warung soto yang punya anak laki-laki. Isu sosial diangkat ketika anaknya Ira dalam drama tersebut jatuh cinta pada perempuan kaya.
Selain akting, Ira juga harus menari dan menyanyi dangdut. “Menyenangkan, tantangannya banyak. Apalagi kita tampil live di depan penonton,” kata Ira yang sudah tiga kali bermain dalam drama musikal.
Tantangan ini tak hanya dalam urusan menyanyi dan menari, tetapi juga dalam cara berjalan di panggung. Lho, bukannya sudah terbiasa berjalan dalam acara peragaan busana?
“Cara jalannya lain. Waktu latihan berjalan ke warung di drama tersebut, saya dikritik karena datangnya seperti seseorang yang sedang bertamu. Cara jalan saya katanya terlalu rapi. Mungkin karena terbiasa jalannya rapat ya, he-he-he,” kata Ira.
Selain berjalan, Ira pun sebenarnya sudah terbiasa berkomunikasi di hadapan banyak orang dengan menjadi pembawa acara. Namun, sekali lagi, tantangan di dunia pentas lain. Ia harus mengubah gaya bicaranya.
“Ini berbeda ketika akting karena saya harus berdialog dengan lantang. Padahal kalau jadi pembawa acara, suara pelan saja sudah cukup,” tutur Ira, yang juga pernah bermain dalam pentas Miss Kadaluwarsa di tahun 2007.
Walaupun seni pentas termasuk dunia baru, ia sebenarnya pernah punya pengalaman berakting dalam film, meski perannya hanya peran-peran kecil. Film yang pernah Ira bintangi di antaranya Djakarta 1966 arahan sutradara Arifin C Noer.
Selain itu, Ira juga pernah main dalam film Ada Kamu, Aku Ada (2008) dan Suster Ngesot (2007). Di Suster Ngesot, Ira berperan sebagai ibu Nia Ramadhani yang menjadi pemeran utama. “Waktu itu memang lagi ramai film horor, ternyata saya tertular juga main film horor. Tetapi saat itu saya bersedia main karena ada nama Jajang C Noer dan Lulu Dewayanti,” katanya, menyebut salah satu rekannya yang sama-sama mantan model. (IYA) e-ti
Sumber: Kompas, Minggu, 23 Januari 2011 | Penulis: Yulia Sapthiani